Wonwoo melihat sekerumunan orang yang berpakaian hitam di sana. Nyanyian dan musik mengalun nada yang menyedihkah. Ia dapat melihat ada yang menangis dan ada yang menenangkan. Tapi yang menarik perhatiannya adalah dia. Seorang anak kecil yang menangis sambil memeluk sebuah pusaran. Wonwoo dapat membaca nama yang tertulis di batu dekat pusaran itu.
Yoon Jeonghan.
Wonwoo sempat berpikir karena ia pernah tahu nama itu. Dan ia mengingat bahwa ibunya adalah sahabat dari Yoon Jeonghan ini. Sepertinya anak kecil itu adalah anak Jeonghan.
Matanya tak sengaja bertatapan dengan mata anak itu. Ia langsung bersembunyi dibalik semak-semak. Untunglah ia membawa saputangan hitamnya. Saputangan besar yang biasanya ia pakai untuk menyamar dan bisa bertemu dengan Jisoo. Dengan segera ia memakainya untuk menutupi mulut dan hidungnya.
Anak itu keluar dari kerumunan itu. Sepertinya orang-orang disekitarnya tidak menyadari kepergiannya.
Anak itu berjalan masuk ke hutan. Tepatnya berjalan ke arahnya. Anak Itu memiliki rasa penasaran yang tinggi ternyata. Wonwoo melihat anak itu menghapus air matanya dengan tangan kecilnya. Sepertinya anak ini seumuran dengan Mingyu.
Ada orang lain yang menarik perhatiannya. Itu adalah Jisoo. Ia tidak menyangka bahwa Jisoo ada di sana. Memangnya orang Gila itu menjabat sebagai apa di sana?
"Kau siapa?" tanya anak Itu yang sudah berada di hadapan Wonwoo. Tangannya menahan semak-semak yang menutup Wonwoo. Mata Wonwoo yang tadinya melihat Jisoo seketika beralih menatap anak kecil itu. Ia tidak tahu kenapa, tapi jantungnya sekarang berdetak dengan cepat. Anak itu tampak sangat tampan sekaligus cantik. Mata jernih yang menatapnya dengan polos bagaikan mata rusa,menambah poin mengapa jantungnya sekarang semakin berdebar kencang.
"A-aku..aku.." tiba-tiba saja dirinya susah berbicara. Ada apa ini? Dimana keahlian berbicara yang sudah ia pelajari selama bertahun-tahun itu?
"Kau Pangeran kan?" tanya anak itu lagi. Tangan kecilnya menunjuk ke arah atas, tepatnya ke badannya. Ia lupa kalau ia masih menggenakan jubah kerajaannya.
"Tidak, ini hanya,ehmmm, ini hanya kain biru yang tiba-tiba saja tersungkut di badanku ketika aku kabur." Ucap Wonwoo yang segera melepas jubah itu dan membuangnya.
"Kau kabur?"
"Iya, lebih baik seperti ini daripada aku terus merasakan ketidakadilan." Ucap Wonwoo dengan getir.
"Iya, dunia memang tidak Adil kok. Bahkan ibuku sudah dipanggil oleh kakekku padahal dia baru melahirkan Jihoon." Ucap anak itu lagi yang mulai kembali terisak.
"Hei sudahlah. Kau masih lebih baik dariku. Aku bahkan merasa seperti tidak punya orang tua sama sekali padahal mereka masih hidup. Menyedihkan bukan?" ucap Wonwoo yang entah kenapa ia juga ikut terisak. Padahal ia jarang sekali menangis, mungkin ia sudah sampai di puncak emosinya.
"Kau... Butuh pelukan?" tanya anak itu lagi. Ia sudah membuka lengannya siap memeluk Wonwoo.
"Kata ibuku, pelukan adalah obat terbaik karena kita juga ikut merasakan kesedihan orang lain." Jelas Anak Itu yang masih membentangkan lengannya.
Wonwoo akhirnya mengerti dan akhirnya memeluk anak itu. Ini pertama kalinya ia mendapat pelukan sehangat ini setelah sekian lama. Bahkan pelukan Jisoo ketika ia setubuhi tidak sehangat ini. Pelukan ini membuat jantungnya semakin meledak. Apakah ini normal jika jantung berdetak cepat padahal hanya dipeluk oleh anak kecil?
Mereka berpelukan cukup lama. Anak Itu kemudian mendorong Wonwoo pelan, Sepertinya ia memeluknya terlalu kuat.
"Sudah lega?" tanya anak itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable (Seokgyu/gyuseok) Completed
Ficción históricaSi Putra Mahkota, Lee Seokmin diwajibkan oleh ayahnya untuk menikahi Putra Mahkota dari kerajaan lain yang bernama Kim Mingyu. Meski dengan waktu yang berlalu, rasa penasaran mereka pun telah menjadi rasa cinta. Tetapi, Seokmin selalu membangun te...