Rara kembali menggigit kuku jarinya. Kali ini kuku jari tengahnya yang memendek, membentuk gerigi yang tidak beraturan karena habis dia gigiti.
Kakinya di bawah meja memantul-mantul dari lantai, sementara itu matanya tidak lepas menatap benda persegi yang terbungkus kertas putih di depannya. Sebenarnya itu adalah setumpuk uang yang dia berikan kepada Sehun, memintanya agar menyerahkan uang itu kepada Chanyeol. Tapi Chanyeol mengembalikan uang itu kepadanya sebelum kembali ke Seoul.
Chanyeol melempar benda benda yang terbungkus plastik hitam yang mendarat dengan mudah di kedua tangan Rara. Chanyeol lalu berkata, "kau punya nomor ponselku dan tahu di mana aku bekerja. Jadi kau tahu dimana harus mencariku, kan?" lalu Chanyeol pergi begitu saja. Menginjak pedal gas dan mobilnya mecapai titik jarak pandang.
Pada saat itu Rara hanya bisa bergeming. Terlalu terkejut dengan aksi dan ucapan Chanyeol waktu itu.
Dua hari uang itu teronggok diatas meja, tidak disentuh tapi terus dipandangi. Sejak Rara kembali ke Soul dan meninggalkan ibu serta neneknya, benda itu menjadi satu-satunya perhatian Rara.
Lampu duduk di atas meja masih menyala dan Rara masih tidak berhenti memikirkan maksud ucapan Chanyeol waktu itu.
Lalu, apa aku akan terus menjadi supir pengganti? Kalau uangnya dikembalikan apa Chanyeol akan terus mengangguku?
Tapi pikiran ini entah kenapa keluar dari lingkaran (topik permasalahan), Rara tiba-tiba saja teringat wajah Chanyeol yang semakin membesar di depan wajahnya. Lalu merasakan sensasi aneh yang membuat merinding, hal ini membuat Rara menggebrak meja dan berdiri dari tempat duduknya. Kucingnya yang tertidur diatas alas kaki di depan pintu mendongak-terbangun, lalu tidur lagi.
"Kenapa aku terus memikirkannya?!" Rara menggeram jengkel lalu mendorong amplop itu menjauh.
Membalikkan tubuhnya. Rara masuk kekamar mandi dan menyikat gigi, mencuci muka dan bersiap untuk tidur.
Tapi setelah tubuhnya berbalik kesana kemari selama tiga puluh menit di kasur, Rara tahu bahwa dia tidak akan bisa tidur dengan semudah itu. Karenanya dia bangkit dan mengganti baju dengan yang lebih santai. Mengambil tali skipping di dalam kotak di sudut ruangan, lalu berjalan keluar ke rumah.
Rara melakukan peregangan otot terlebih dahulu. Dan waktu sudah menunjukkan hampir jam 11 malam ketika dia memulainya. Karena keadaan yang tenang suara Rara yang menghitung terdengar begitu jelas. Satu, dua, tiga.... Kaki yang memantul dan tangan di samping yang memutar, Rara mulai melakukan skipping sampai 2 jam.
Keesokan harinya Rara dihadang ibu-ibu berbadan gempal. Rambut depannya masih dihiasi rol rambut merah muda, daster birunya yang bercorak bunga dinodai kecap di bagian kanan perut.
Rara tidak tahu kenapa wanita itu menghadangnya. Tapi setelah mengatakan, "nona, apa kau tidak bisa melihat jam? Apa kau pikir hanya kau yang tinggal disini? Tolong atur waktumu kalau harus berolahraga!" Rara tahu ini pasti berhubungan dengan aktivitasnya semalam.
Tapi setahu Rara bangunan itu meskipun tidak cukup bagus tapi kontruksinya juga tidak terlalu buruk. Seharusnya dinding kokoh itu meredam suaranya, atau mungkin hentakannya terlalu kuat, sampai langit-langit kamar ditempat ibu itu hampir runtuh? Rara sudah bertahun-tahun menyewa tempat itu tapi tidak ada satupun yang complain, lalu kenapa sekarang itu dirasa menganggu?
"Suara hentakan kakimu memang tidak mengganggu tapi karena kau melakukan itu 'si hitam' milikku jadi menggonggong keras. Itu berisik sekali, anakku sampai tidak bisa tidur!"
Ibu itu adalah pendatang baru yang tinggal di lantai bawah. Anjingnya yang berwarna hitam dan besar memang cukup mengerikan. Kucingnya bahwa sampai tidak berani keluar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Host Club #1 - Blessing
Fanfiction[COMPLETE] maaf sekali sebagian sudah di unpub untuk kepentingan editing (。•́︿•̀。) Pada saat perayaan chuseok Rara tidak sengaja melukai seorang pria yang bekerja sebagai 'host' di sebuah club. Dia berpikir nasibnya itu sungguh sial, dan dia benar2...