Bagian 16

2.1K 371 29
                                    

Rara tidak pernah merasa ingin mengikat tangan dan kaki seseorang, memplester mulutnya, lalu melemparnya ke dasar lautan. Dia tidak pernah sekejam itu memperlakukan seseorang di dalam kepalanya, batas toleransinya selalu pada level paling atas. Tapi Min Jo memberikan pilihan lain. Dengan brutal bahkan Rara berani mencabik-cabik Min Jo di dalam kepalanya.

"Eonni, aku minta maaf."

"Kalau kau tidak mau aku mengirimmu ke utara*, sekarang juga kembali ke rumah dan minta maaf ke ibumu!"

(*korea utara)

Rara bertindak tegas kali ini. Dia tidak mau membuat seluruh keluarganya cemas dengan hilangnya Min Jo.

Tadi pagi saat berangkat ke kantor dia memang sudah menghubungi ibu Min Jo, berjanji akan membawa anak itu pulang dalam keadaan baik. Tapi melihat kondisi Min Jo sekarang ini bagaimana dia harus menjelaskannya? Menundanya juga bukan ide yang bagus. Ini bukan hari libur sekolah, Min Jo tidak bisa membolos lebih lama lagi.

"Aku akan pulang, aku pasti akan pulang. Tapi setidaknya tunggu sampai kakiku lebih baik."

"Tidak, aku akan mengantarmu pulang. sekarang juga!"

Rara tidak menerima bantahan. Dengan begitu Min Jo tidak lagi memprotes dan berjalan mengikuti bimbingan Rara yang memapahnya sampai kedalam rumah.

Saat mendorong pintu yang tidak terkunci, Rara pikir, Min Jo pasti meninggalkan rumahnya begitu saja. Dia menebak seperti itu, lalu sosok ibunya terlihat duduk ditempat tinggalnya yang sempit. Menurut Rara ibunya datang pasti untuk menjemput Min Jo. Melihat seberapa sibuknya ibu Min jo, itu bisa Rara pahami.

"Apa yang terjadi?" Ibu Rara terkejut dan langsung mendekat kearah Min Jo dengan panik.

"Aku tidak apa-apa, Bi." Min Jo mencoba menenangkan dengan sikap ceria. Dia melirik Rara sebentar yang terlihat tidak nyaman, lalu menambahi. "Aku hanya jatuh karena terpleset."

"Apa kau ini balita? Bagaimana kau bisa tidak memperhatikan jalan? Aigo! Kalau ibumu tahu kau seperti ini dia pasti akan cemas. Ayahmu sudah seperti itu, kenapa kau menambah beban ibumu dengan pergi meninggalkan rumah? Sekarang kau seperti ini, apa kau tidak berpikir kalau ibumu akan jatuh sakit karena stress?"

Rara di sebelah Min Jo mulai tidak sabar dan ikut berkomentar saat meletakkan tasnya. "Dia sudah besar, hal seperti ini kenapa harus di besar-besar 'kan?"

Rara mendapat tatapan sinis dari ibunya. Raut wajahnya ketika melihat Min Jo dan dirinya sungguh berbeda. Rara tahu kenapa itu terjadi, sejak dulu juga seperti ini.

Yang paling bungsu lah yang lebih di perhatikan.

"Apa kau tidak bisa menjaganya dengan baik? Apa yang kau lakukan sampai dia mengalami kecelakaan seperti ini? Kita bersyukur karena ini bukan sesuatu yang besar, bagaimana kalau hal buruk sampai terjadi padanya?" Ibu Rara berkata dengan keras dan sorot mata yang benar-benar tidak enak dilihat.

Min Jo di sebelahnya mencoba untuk menghentikan kalimat ibu Rara, tapi diabaikan begitu saja.

"Apa aku harus mengawasinya 24 jam? Dia ini sudah 17 tahun."

"Apa 17 tahun juga tidak membutuhkan pengawasan? Apa setelah anak tumbuh dewasa tidak harus di perhatikan? Mereka juga seorang anak, dan masih lebih baik jika orang dewasa memperhatikannya."

"Ibu, apa ibu tidak terlalu berlebihan? Dengan memiliki pemikiran seperti itu, sikap seperti itu, apa ibu tidak berpikir kalau orang bisa memiliki tekanan. Mereka juga membutuhkan kebebasan. Min Jo juga membutuhkan kebebasan untuk melihat dunia luar, mengetahui seberapa kerasnya dunia luar. Mereka sudah bisa menilai baik dan buruk. Ibu hanya perlu menaruh kepercayaan saja."

✔️ Host Club  #1 - BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang