Bagian 36

1.4K 280 220
                                    

"Kau adalah karunia dari surga.
Kau adalah sebuah berkah."

.
.

Minjoo mendapat telpon dari Chanyeol 10 menit yang lalu dan dia memikirkan kembali apa yang dikatakan Chanyeol di telpon. Ternyata memang seperti dugaannya. Kedatangan Rara ke kampung halamannya bukan untuk liburan, tapi untuk melarikan diri dari masalah. Meskipun Minjoo tidak mengetahuinya secara detail, dan Chanyeol hanya meminta bantuannya agar bisa menemui Rara, dari situ Minjoo sudah bisa menebak bahwa ada perselisihan diantara mereka.

"Kak, kau bertengkar dengan kak Chanyeol kan?"

Pertanyaan itu membuat Rara menoleh. Kaleng bir tepat berada di depan mulutnya. Dia ingin tahu apakah perasaannya tergambar jelas diwajahnya sampai Minjoo menebak dengan akurat?

"Benarkan? Kau lari ke sini pasti untuk menghindarinya. Kau pasti membuat alasan cuti padahal sebenarnya tidak. Iyakan, benarkan?"

"Minjoo,"

"Kenapa? Mau menyangkal?"

"Apa kau tidak mau pulang kerumahmu? Ini sudah jam 10 malam."

Minjoo melipat kedua kakinya, menggeser tubuhnya untuk menghadap ke arah Rara dengan tatapan menyelidik.

"Kak, sebenarnya aku sudah mendengarnya dari Kak Chanyeol."

Rara menoleh. Menatap dengan penuh tanya.

Minjoo berdehem sekali. Memalingkan wajahnya ke tempat lain karena khawatir dengan reaksi Rara yang mungkin akan berteriak padanya. Tapi setelah beberapa detik, Rara tidak mengatakan apapun. Jadi Minjo melirik Rara lagi dan mulai bertanya dengan sikap hati-hati.

"Apa kau salah paham padanya?"

"SALAH PAHAM APANYA?"

Rara berteriak tanpa sadar, tapi kemudian dia merasa malu karena terlalu banyak menunjukkan emosi yang berlebihan. Wajahnya cemberut dan ada beberapa hal yang ingin dia ungkapkan sebagai pelampiasan, tapi dia mencoba menahan diri.

Minjoo ingin tertawa melihat reaksi Rara yang terlihat malu dan salah tingkah. Dia sekuat tenaga menahannya karena kalau tidak sebuah sentilan mungkin akan mendarat di dahinya yang mulus.

"Kakak selalu mengatakan kalau aku ini keras kepala. Tapi aku rasa kakak sendiri juga begitu. Bukankah kau yang mengajariku untuk tidak menyimpulkan sesuatu yang belum jelas faktanya seperti apa? Lalu kenapa kau sekarang menjadi orang yang seperti itu?"

"..."

Tidak mengatakan apapun bukan berarti tidak terjadi apa-apa. Mengindar berarti menyembuyikan. Sejak awal, aku sudah tahu semuanya, dan aku hanya bisa menunggu tanpa melakukan apapun. Menunggu sampai dia mengatakan semuanya? Sampai kapan aku harus menunggu dan mendengar langsung darinya? Bahkan sebelum kesempatan itu datang, hal seperti ini sudah terjadi.

"Memang benar, sebuah kesempatan menjadikan seseorang berubah menjadi lebih baik atau bisa menjadikan seseorang bertindak menjadi lebih buruk. Tapi apa salahnya memberi kesempatan? Kau tidak akan tahu seperti apa dia jika tidak memberikannya pilihan."

"Coba kau yang mengalaminya sendiri apa kau masih akan bicara begitu?"

"Kalau itu aku. Aku tidak akan melarikan diri, karena kalau memang itu salahnya aku bisa memberinya pelajaran saat itu juga. Tapi kalau itu bukan salahnya, bukankah itu hal bagus? Kesalahpahaman itu dimulai karena rasa tidak percaya dirimu akan suatu hal, benar 'kan?"

"Yoo Minjoo,"

"Hm, kenapa?"

"Kau ternyata sudah dewasa ya."

✔️ Host Club  #1 - BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang