Rara cukup berhati-hati ketika akan pulang dari tempat kerja, dia juga menghindari lembur dan mengerjakan pekerjaannya secepat mungkin. Tapi ada hal-hal yang berjalan tidak sesuai rencana, seperti ketika Rara dimintai tolong untuk membantu asisten pimpinan divisinya menyelesaikan pekerjaan. Itu membuat Rara harus pulang saat jam menunjukkan pukul 7 malam.
Rara berdiri di lobi, berpikir apakah dia seharusnya memanggil taxy atau tetap pada kebiasaannya menggunakan transportasi bus untuk pulang kerumah. Tapi biaya hidupnya dalam satu minggu kedepan sangat miris, dia harus menghemat sampai gaji bulanannya turun dan hal itu memunculkan kegalauan yang berlebihan.
Mobil taxy berhenti didepan Rara, membuatnya sedikit bingung dan bertanya-tanya siapa itu, lalu wajah Dojin muncul dari balik jendela.
"Mau pulang?" Dojin bertanya.
Dalam hati Rara hanya mencibir. Tapi dia masih memasang wajah ramah dan tersenyum mengiyakan.
"Mau ikut denganku? Aku antar,"
"Tidak, trimakasih."
"Tapi kau akan susah mendapat taxy. Kalau kau membaca surat kabar hari ini, mereka sedang mogok kerja. Kau mungkin harus berjalan sedikit jauh untuk sampai ke halte, itu sedikit tidak aman kan?"
Rara tidak tahu apakah ucapan Dojin hanya sebagai alasan atau bukan, tapi masalah tidak aman memang itu benar.
Rara melirik sekitar dan tidak melihat orang asing kemarin yang mengikutinya. Rara berpikir apakah dia seharusnya ikut atau tidak?
Tapi sebelum mendapatkan jawaban, Dojin sudah keluar dari mobil.
"Aku masih memegang ucapanku untuk berhenti mengejar dan menyukaimu, tapi kau tidak menolak untuk berteman 'kan? Ini adalah tawaranku sebagai teman."
Dojin memang seperti tidak memiliki niat tertentu ketika memberikan tawaran, tapi Rara merasa tetap harus berhati-hati. Ini adalah sifat jelek yang Rara miliki, dia selalu menuduh orang tanpa alasan dan berpikiran buruk. Bukankah hal semacam ini harus dia rubah?
Menyadari hal itu, Rara akhirnya mengikuti saran Dojin dan ikut naik ke dalam taxy. Lagipula seharusnya Dojin yang membayar ongkos. Meskipun ini sedikit tidak tahu malu, tapi Rara akan memanfaatkan hal ini dengan baik.
"Bagian keuangan sepertinya sangat sibuk," kata Dojin, ketika taxy baru keluar dari area perusahaan.
"Yah, seperti yang kau lihat."
Tidak ada kalimat lain setelah itu, jawaban Rara juga terkesan standar. Kesannya seperti tidak tertarik berlama-lama bicara. Jadi Dojin hanya memberikan senyuman ringan dan tidak mengatakan apapun lagi.
Rara merasa bahwa kepribadian Dojin sedikit berubah dari sebelumnya. Ini memang kabar bagus, tapi selalu ada maksud lain dari semua perubahan itu. Rara tidak bisa berhenti untuk tidak memikirkan hal-hal buruk. Untuk menghentikan kecemasannya, Rara mencoba mengambil topik lain untuk dibicarakan. Dia hanya berusaha untuk terlihat ramah.
"Kulihat kau cukup dekat dengan pimpinan."
"Aku sempat satu kelas dengannya sewaktu kuliah. Kami teman dekat."
Mengejutkan. Rara tidak lagi berkomentar setelah itu. Dia hanya mencoba untuk tidak terlalu antusias ketika mendengar fakta mengejutkan ini. Lagipula dia tidak ada ketertarikan untuk mengenal lebih jauh tentang bosnya. Memiliki hubungan atasan dengan bawahan dengan baik itu sudah cukup, tidak perlu sampai mengenal seluk beluk lainnya untuk lebih dekat.
"Aku minta maaf untuk masalah yang sudah terjadi," kata Dojin kemudian.
Rara menoleh sebentar. Permintaan maafnya ini, apa lagi kalau bukan mengenai kabar yang beredar mengenai dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Host Club #1 - Blessing
Fanfiction[COMPLETE] maaf sekali sebagian sudah di unpub untuk kepentingan editing (。•́︿•̀。) Pada saat perayaan chuseok Rara tidak sengaja melukai seorang pria yang bekerja sebagai 'host' di sebuah club. Dia berpikir nasibnya itu sungguh sial, dan dia benar2...