27

3.4K 395 7
                                    

Jennie dengan gusarnya berlari secepat mungkin, kali ini Ia terlambat untuk mata kuliah dosen terkiler di kampusnya.

Buk—

Tanpa sengaja Jennie menabrak seorang, ya kalian dapat menebak siapa orang itu.

"Aduuuhh." Jennie terus mengaduh, sedikit berlebihan memang.

"Kamu gak apa kan Jen?" Tanya lelaki itu dengan nada kekhawatirannya.

Jennie menatap lelaki itu, lelaki yang menabraknya, "Maaf banget nih aku telat, bye." Dengan begitu saja Jennie lari meninggalkan orang yang membuatnya terlambat beberapa menit.

"Pantes banyak yang suka sama kamu, lucu sih." Gumam lelaki itu sambil menatap punggung Jennie yang perlahan menghilang di balik tembok.

🌾🌾🌾

Hanbin baru saja keluar dari kelasnya bersama dosen tergabut yang pernah ada. Ia merasa bosan jika harus bertemu dengan teman temannya di kantin. Hanbin terus menyusuri koridor untuk menuju lift, entah kenapa Ia melihat sosok yang selama ini dirindukan.

Ya, Jennie. Ia melihat Jennie di gedung fakultasnya. Aneh, tak biasanya Jennie datang ke gedung ini, terlebih lagi sendirian. Betapa beruntungnya Hanbin, gadis itu sama sekali tidak menyadari Hanbin yang ikut berjalan di belakangnya menuju lift. Gadis itu sibuk dengan kertas kertas di tangannya.

Mereka berdua berhasil masuk ke dalam lift, dan betapa beruntungnya lagi Hanbin dapat berdempetan dengan Jennie, karena lift saat ini hampir penuh. Jennie pun masih fokus pada kertas kertas itu. Hanbin merubah posisinya, kali ini Ia menghadap Jennie, rasanya ingin sekali Ia memeluk tubuh Jennie.

Ting!

Lift telah tiba di lantai dasar, Jennie berjalan keluar dan Hanbin masih terus mengikutinya, mengikuti Jennie kemanapun.

"Kak Hayi!!" Teriak Jennie menghampiri Hayi. Ternyata mereka sudah berada di gedung fakultas Jennie.

Hanbin terus memperhatikan percakapan mereka berdua, tak lama Jennie meninggalkan Hayi dan masuk kedalam ruang kelas disana.

"Hanbin?" Tanya Hayi memastikan.

Hanbin tersenyum pada Hayi, "Kok tumben lu masuk ntel?" Tanya Hanbin.

"Yee, gua bukan lu kan Bin. Ngapain nih? Ngikutin Jennie ya lu?!" Tanya Hayi berhasil pada sasaran.

Hanbin cuma cengengesan, "Iya Yi, gua kangen sih abisnya." Jawab Hanbin.

Hanbin berhenti tertawa, kali ini Ia melihat Jennie jelas di depannya, seketika Hayi menjadi bingung dan membalikan tubuhnya. Hanbin yakin, pasti Jennie akan salah paham.

"Ka... ka.. Hayi..." Ucap Jennie sedikit bergetar.

"Iya kenapa Jen?" Tanya Hayi yang tak mengerti maksud dari semua ini.

"Aku pulang aja ya, besok aja ngerjainnya. Sekarang lagi ga enak badan banget. Makasih kak." Jennie langsung berlari meninggalkan Hanbin yang mematung disana. Hayi pun ikut berpikir.

Hanbin mengikuti Jennie, terus mengikuti Jennie kemanapun. Tak peduli Jennie mengetahuinya atau bahkan teman teman mereka memergoki, yang jelas saat ini Hanbin merindukan Jennie.

"Jennie!" Langkah Jennie terhenti, begitu juga Hanbin.

"Kamu pucet gitu? Kamu sakit ya?" Tanya Jaewon memastikan.

Jennie menggeleng.

"Kamu beda gak kaya tadi pagi pas ketemu aku ah, udah makan?" Tanya Jaewon.

Jennie lagi lagi menggeleng, "Aku gak kenapa kenapa kok Kak."

Jujur, hati Hanbin saat ini sangat sakit melihatnya.

"Yaudah ayo kita makan dulu, abis itu kamu aku anterin pulang." Jaewon merangkul Jennie dan mereka berjalan bersama.

Disana, masih ada Hanbin yang mematung, memperhatikan mantan istrinya yang pergi bersama sahabatnya. Mungkin memang benar, Jennie jauh lebih bahagia bersama Jaewon.

🌾🌾🌾

Jennie berjalan sambil memegang banyak kertas di tangannya, sehingga Ia terkesan tidak peduli dengan yang lain. Ia baru mendapatkan kertas ini dari seorang yang satu jurusan dengan Hanbin dan kebetulan kelasnya berada di samping kelas Hanbin.

Kaki Jennie terus melangkah berjalan, Ia tau kalau kelas Hanbin baru saja keluar dan tentu saja Ia baru melewati sosok yang pernah mengisi kehidupannya.

Dan terlebih lagi Jennie mengetahui bahwa Hanbin kini berada di hadapannya, sejujurnya Jennie rindu bersandar pada dada bidang Hanbin. Ia merindukan wangi parfum ini. Ah Jennie sangat menyukainya.

Jennie hanya pura pura sangat fokus pada kertas itu, betapa berbunganya Jennie saat ini. Lihatlah, ada senyuman di bibirnya saat Hanbin merubah posisi tubuhnya.

Setelah keluar dari lift Jennie terus berjalan menuju gedungnya, masih dengan kertas kertas di tangannya, dan Hanbin yang masih mengikutinya.

"Kak Hayi!!" Ini adalah bagian dari Jennie meluapkan rasa bahagianya.

Hayi tersenyum pada Jennie, lalu dengan santainya Jennie berjalan memasuki kelas untuk menaruh kertas kertas itu.

"Hanbin?" Suara Hayi membuat langkah Jennie sempat terhenti. Pikiran Jennie menjadi negatif.

Dengan buru buru Jennie menaruh kertas itu di loker, dan mengintip yang di lakukan Hanbin dan Hayi di luar sana dari jendela kelasnya.

"Akrab banget mereka...." Gumam Jennie pelan.

Jennie menangkis pikiran negatif itu dan menghampiri Hayi, Ia berdiri di belakang Hayi cukup lama dan mendengar gurauan mereka berdua. Tanpa sengaja Ia menangkap tatapan Hanbin. Dan saat itu juga Hanbin menjadi diam.

"Ka... ka.. Hayi..." Ucap Jennie sedikit bergetar.

"Iya kenapa Jen?" Tanya Hayi yang tak mengerti maksud dari semua ini.

"Aku pulang aja ya, besok aja ngerjainnya. Sekarang lagi ga enak badan banget. Makasih kak." Jennie langsung berlari meninggalkan Hanbin yang mematung disana. Hayi pun ikut berpikir.

Jennie sengaja berlari, rasa yang dulu saja masih sangat sakit, apalagi harus melihat Hanbin bersama Hayi, kakak kelas yang paling dekat dengan Jennie.

Jennie tau, saat ini Hanbin masih mengikutinya.

Jennie!" Langkah Jennie terhenti, dan saat itu juga Hanbin menghentikan langkahnya.

Jennie sangat mengenal suara ini, "Kamu pucet gitu? Kamu sakit ya?" Tanya Jaewon memastikan.

Jennie menggeleng.

"Kamu beda gak kaya tadi pagi pas ketemu aku ah, udah makan?" Tanya Jaewon perhatian.

Jennie lagi lagi menggeleng, "Aku gak kenapa kenapa kok Kak."

Jujur, saat ini Jennie memikirikan Hanbin yang sedang memperhatikannya.

"Yaudah ayo kita makan dulu, abis itu kamu aku anterin pulang." Jaewon merangkul Jennie dan mereka berjalan bersama.

Jennie sempat melirik Hanbin yang masih beridiri disana, "Maafin aku Bin." Ucap Jennie sangat pelan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy holiyayyyy guyss!! Siapa yang rindu Jenbin? Angkat kakimu coba/? Oke gajelas. Votement ya gengss, luvvsss❤️
Sabtu, 23 Desember 2017

Marriage Life -JENBINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang