Hanbin mengacak rambutnya frustasi, Bom, Seunghyun, Chaerin, Jisoo, dan Bobby juga sangat cemas. Saat ini Jennie sedang berada di ruang operasi. Iya, untuk mengangkat bayinya yang telah tiada. Menyedihkan bukan?
"Bin, lu harus kuat kalo gini. Jennie butuh lu." Bobby menepuk punggung Hanbin yang terus menatap pintu ruang operasi.
Dari kejauhan sana, Lisa, Rose, Junhoe, dan Donghyuk sedang berlari. Mereka juga sama paniknya ketika mendengar kabar dari Jisoo. Bom terus menenangkan Chaerin.
Dokter keluar dari ruang operasi itu, kelihatannya operasi berhasil.
"Saya perlu bicara sebentar oleh pihak Jennie, mohon ikuti saya." Ucap dokter itu, lalu Chaerin, Bom, juga Hanbin mengiktu dokter.
"Pasien sudah kami pindahkan keruang rawat inap, tapi pasien belum bisa di kunjungi untuk saat ini. Mohon maaf." Ucap suster yang ikut menangani Jennie.
🌾🌾🌾
Hanbin terus menggenggam tangan Jennie. Ia masih terus terbaring dan belum membuka matanya. Ini menyakitkan. Hanbin baru mengetahuinya, dan harus langsung kehilangannya.
"Bangun Jen, aku kangen kamu." Ucap Hanbin sambil mengelus elus tangan Jennie.
"Mama, tante, semuanya boleh pulang duluan. Hanbin yang jagain Jennie disini." Ucap Hanbin masih terus menggenggam tangan Jennie.
Bom menghela nafas melihat anaknya, "Chae, ayo kita cafetaria? Kamu belom makan." Ucap Bom sambil mengelus punggung Chaerin.
"Gua mau disini Bin, nungguin Jennie sadar dari obatnya." Ucap Jisoo lemas.
Tak lama, dokter datang untuk mengecek kondisi Jennie pasca operasi itu. Seharusnya Jennie saat ini sudah sadar.
"Jennie mungkin mengalami shock, dia masih butuh istirahat. Saya harap Jennie segera bangun." Ucap dokter itu.
Hanbin terus menatap wajah Jennie yang tertidur itu, Ia takan pernah berpaling lagi mulai sekarang.
"Dok!" Ucap Jisoo spontan karena melihat tangan Jennie yang bergerak.
Dokter langsung kembali memeriksa Jennie, dan bersyukur sekali karena Jennie terbangun dari tidurnya. Hanbin tidak jadi khawatir menunggu Jennie meski sangat lama.
Hanbin menyingkir sebentar agar dokter dapat memeriksa Jennie dengan baik. Dia berjanji akan menikahi Jennie kembali, secepatnya. Dan membuat anak kedua mereka atau anak anak yang lainnya? Dasar Hanbin mesum.
Setelah mengasih penjelasan, dokter dan para suster pamit meninggalkan ruangan Jennie. Hanbin kembali mendekat dan meraih tangan Jennie kembali. Tapi, Jennie menepis dengan pelan tangan Hanbin.
"Pergi." Ucap Jennie memalingkan wajahnya.
"Jen?" Ucap Hanbin tak percaya.
"Udah gak ada urusan kan lo disini?" Nada bicara Jennie kembali kasar.
"Aku janji Jen, kita buat yang kedua lebih cepet, dan kita bisa jaga mereka." Ucap Hanbin sambil mengenggam tangan Jennie.
Bobby ikut menggenggam tangan Jisoo lalu memberi kode agar mereka keluar, sepertinya Jennie dan Hanbin harus bicara berdua.
Jennie meneteskan air matanya, "Pulang aja lo Bin."
"Jen, ayolah kita nikah lagi."
"Lo sama sekali gak sedih kehilangan dia? Gila ya gara gara gua anak pertama gua harus meninggal dengan cara yang menyakitkan."
Hanbin terdiam, dia sangat amat sedih.
Jennie tertawa miris.
"Jen, dengerin aku. Aku sedih, sedih banget. Aku baru tau tapi harus kehilangan dia di saat yang bersamaan. Aku gak nyalahin kamu, dan ini bukan salah kamu. Kamu mau anak berapa? Bilang sama aku. Kita emang gapernah bisa gantiin posisi anak pertama, tapi ayolah Jen jaga kondisi kamu lagi. Aku butuh kamu." Jelas Hanbin.
Jennie memeluk Hanbin, memang hanya Hanbin yang Ia butuhkan saat ini.
🌾🌾🌾
Jennie sudah kembali berada di..........rumahnya. Ia di temani Hanbin, selalu bersama Hanbin. Awalnya Jiyong tidak terima, tapi melihat anaknya yang ternyata perlahan bisa tersenyum bersama Hanbin, akhirnya dia meluluh. Chaerin juga ikut meluluh dari awal.
Kali ini mereka tidak buru-buru menyusun rencana pernikahan. Mereka menyusun secara perlahan tapi tepat waktu. Kali ini agar Jennie bisa melepaskan apa yang telah hilang.
"Kamu udah makan?" Tanya Hanbin ketika memasuki kamar Jennie.
Jennie menggeleng, "Gak laper."
Hanbin mencubit hidung Jennie, "Kebiasaan kamu." Gemas.
Jennie sedang berada di tempat tidurnya, dan Hanbin berada di sampingnya, ikut diatas tempat tidur bersama Jennie.
"Seol gimana?" Tanya Jennie.
Hanbin menghela nafasnya, bahkan dia lupa memberi tahu Jennie waktu itu.
"Aku udah tau itu bukan anak aku, Jen. Jadi dia aku usir dari rumah kita." Jawab Hanbin.
"Oh ya? Itu rumah kamu Bin." Ucap Jennie sambil menarik selimutnya.
"Itu rumah kita, kan mama yang ngasih waktu baru nikah." Hanbin juga ikut menarik selimutnya.
Sementara hening, Hanbin terus menatap Jennie. Lalu tangannya mengambil sesuatu di saku miliknya. Sebuah kotak kecil.
"Ini hadiah buat kamu, waktu pas kamu ulang tahun seharusnya aku kasih." Ucap Hanbin sambil membuka kotak itu.
Sebuah kalung.
Jennie tersenyum lebar, dia bahagia kali ini bersama Hanbin. Langsung saja Jennie memeluk Hanbin. Akhirnya mereka kembali bersatu.
"Mau nemenin aku ke mekdi gak? Pengen mekdi." Ucap Hanbin.
Jennie mengangguk, "Aku mau es krim ya Bin?"
"Apapun buat kamu." Ucap Hanbin sambil mengecup sekilas bibir Jennie. "Aku tunggu sini ya, ganti baju gih."
Pipi Jennie bersemu merah karena ulah Hanbin.
"Kamu keluar lah, aku mau ganti baju gimana?" Tanya Jennie kesal.
"Disinilah, depan aku." Jawab Hanbin cengengesan.
"Males ih, mesum!" Jennie bergegas turun dari tempat tidurnya dan berlari ke kamar mandi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
Gatau aku malah sedih nulis jenbin balikan. Aku keinget mantan rp aku Hanbin. Masyaallah aku curhat wkwkwkwkwkwk.
Dah dah dah lupain, votement dong teman teman. Ramein yaa!!!
Sabtu, 27 Januari 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life -JENBIN
FanfictionApa jadinya jika kalian menikah atas dasar pemaksaan orangtua? Ini namanya penjodohan. Terlebih lagi menikah dengan orang yang tidak diketahui sebelumnya. Banyak kejadian yang membuat mereka bertengkar dan ingin berpisah, namun salah satu dari merek...