"Mungkin benda itu memang kelihatan sepele, tapi bagi orang lain, banyak kenangan yang berharga di dalamnya."
***
Felky menyalakan mesin mobilnya dan ia akan membawa Diniya ke toko buku di kotanya. Diniya masih menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Sepertinya dia masih menangis.
Felky yang melihat Diniya masih menangis pun merasa tak tega. Ia memberhentikan mobilnya di pinggir jalan yang tidak terlalu ramai untuk menenangkan temannya ini.
"Udaah.., lo jangan nangis lagi, kan gue udah bilang kalau gue bakalan beliin yang baru, lo tenang aja," ujar Felky dan ia pun menurunkan tangan Diniya yang masih menutupi wajahnya.
Felky tersenyum kearah teman barunya ini dan Diniya pun membalas senyuman dari Felky.
"Lo gak perlu beli semua itu, lo cuma perlu anterin gue ke toko buku itu dan gue yang beli semuanya pake duit gue, deal??" pinta Diniya. Matanya masih memerah dan berair.
"Gak. Gue nggak setuju. Gue beli tiga untuk lo dan lo beli dua. Deal?" Felky tampak tak setuju dengan permintaan Diniya.
"Gue yang bayar semuanya!!" bentak Diniya.
"Gue!!!!" balas Felky.
"Gue!!!" balas Diniya.
"Gue!!!" ulang Felky.
"Gue!!!" ulang Diniya.
"Supaya adil kita patungan aja!!" ujar mereka serempak.
Pipi Diniya pun memerah dan Felky tertawa melihat hal itu. Felky pun mencubit kedua pipi Diniya yang chubby dengan kedua tangannya.
"Aww.. sakit tauk!" bentak Diniya
"Gemes! Apalagi kalau pipi lo merah, jadi tambah gemes deh..!" ujar Felky dengan tampang sok polosnya.
Pipi Diniya semakin memerah karena cubitan dari Felky.
"Siapa yang nyuruh lo nyubit pipi gue? Hah! Seenaknya aja lo yaa!!" tanya Diniya. Tampaknya dia marah.
"Tangan gue, terus apalagi, ndut??" jawabnya.
"Itu perintah dari otak lo, dasar cowok resek! GUE PUNYA NAMA!!!" Diniya meneriaki Felky sehingga para pejalan kaki melihat heran kearah mobil mereka.
"Iya, Diniya Lhorensa..," ujarnya.
Felky pun kembali menyalakan mesin mobilnya dan mereka pun berangkat ke toko buku yang tak terlalu jauh. Waktu yang diperlukan hanya sepuluh menit.
Diniya melihat arloji yang ia pakai, waktu menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Mereka kembali fokus dengan kegiatan mereka masing-masing, Diniya melamun dan Felky menyetir mobil.
Sepuluh menit berlalu, Felky memakirkan mobilnya di tempat parkir yang ada di toko buku itu. Diniya keluar dari mobil Felky dengan senyuman yang terkembang, matanya tidak memerah lagi.
"Yuk!" ajak Diniya.
Felky dan Diniya pun berjalan beriringan, mereka langsung ke lantai tiga, disanalah novel-novel dijajakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Appreciate From You
Teen Fiction[END] - Tahap Revisi Diniya- Gadis bertubuh besar dan tinggi, ia juga berkulit coklat. Ia menemukan cinta pertamanya di dunia perkuliahan, cinta yang belum tentu berbalas cinta juga. Felky- Ia mencintai cewek yang sangat cuek dan jutek, ia berharap...