"Kenapa aku harus bertemu dengan mu?"
Hari ini Diniya akan mengambil sertifikat hasil UN-nya, keadaan tubuhnya sudah pulih kembali. Ia akan pergi bersama dengan Haniy dan diantar oleh Mang Eman. Mereka pun menaiki mobil lalu duduk dan hanya keheningan yang ada di mobil itu.
Dulu Mang Eman pernah bertanya kepada Diniya "Non.. Sama Non Haniy lagi gak akur ya? Tapi kalau di depan Nyonya kalian akur banget, Mamang jadi bingung nihh."
"Mang... Itu memang bener tapi Mamang diem aja yaah. Ini cuma rahasia kita." Diniya hanya menjawab seadanya.
Setelah 10 menit dalam perjalanan, mereka pun tiba di sekolah mereka. Haniy langsung berlari kearah gengnya dan Diniya kembali sendirian. Diniya pun memilih untuk pergi ke kantin lalu membuka novelnya dan duduk di salah satu kursi di sudut kantin. Setelah membaca satu bab, ia pun merasakan lapar dan haus yang datang tiba-tiba.
Tadi pagi Diniya memilih untuk tidak sarapan karena malas bertemu dengan saudara tirinya itu. Ia pun memesan kentang goreng, roti bakar plus keju yang meleleh, dan susu kotak rasa strawberry. Sebagian besar memang karbohidrat tapi Diniya tak menghiraukannya. Ia hanya makan sesuai keinginan nya karena menurut prinsipnya, makan itu sesuai keinginan bukan untuk jaim-jaiman dan menjaga badan.
Memang menjaga badan itu bagus, tapi, kita tidak terlalu merasa senang karena kita tidak bisa memakan apa yang kita suka.
Diniya selama ini tidak pernah pacaran karena orang-orang hanya melihat fisiknya bukan melihat wajah manisnya. Dibalik sikap dinginnya, ia memiliki sifat yang sangat penyayang dan baik hati.
Diniya pun memakan kentang gorengnya terlebih dahulu, lalu roti bakar, dan meminum susu kotaknya. Sepasang kekasih yang mungkin adalah siswa kelas dua belas meliriknya dengan sinis dan si cewek berbisik.
"Yang.. kalau aku gendut kaya dia kamu masih sayang gak sama aku?" bisiknya sambil mendekatkan mulutnya ke telinga cowoknya itu.
Diniya hanya terkekeh mendengarkannya. Daripada dia mendengar ucapan orang lain, lebih baik dia fokus dengan makanannya.
Tidak terasa Diniya sudah 2 jam berada di kantin sekolahnya. Ia tidak sadar dengan waktu karena novel yang ia baca sangat menarik. Novel yang ia baca memang bergenre fiksi remaja dan berbau percintaan, tapi Diniya hanya membaca bukan terlalu meresapi, mungkin ia ingin belajar tentang cinta melalui novel-novel yang dia beli.
***
"Diberitahukan kepada seluruh siswa kelas dua belas, kalian sudah bisa mengambil sertifikat hasil UN di ruang tata usaha." umum seorang guru dari kantor dengan menggunakan mikrofon super kerasnya.
Murid-murid kelas dua belas langsung mengantri di depan ruang tata usaha, antrian yang benar-benar panjang. Diniya melihat ke arah antrian yang cukup panjang, ia memilih untuk pergi ke gerbang sekolah dan mencari taksi. Setibanya di gerbang sekolah, ia menoleh ke kanan dan ke kiri dan ia pun duduk di salah satu kursi milik Bu Ema.
Bu Ema adalah pemilik warung cilok yang berjualan di depan sekolah mereka. Setelah dua menit menunggu, Diniya melihat sebuah taksi dari kejauhan dan ia melambai lambaikan tangannya sambil berteriak.
"Paak Taksiii..." taksi itu pun langsung berhenti di depan nya.
"Bu Emaa, Diniya pergi dulu ya..," pamitnya kepada Bu Ema.
Diniya pun melangkah masuk ke taksi itu.
Bu Ema memang sudah mengenal Diniya sejak pertama kali ia masuk sekolah karena Diniya sangat menyukai cilok buatan Bu Ema. Bu Ema juga pernah membela Diniya ketika ia dibully di dekat warungnya Bu Ema.
![](https://img.wattpad.com/cover/131862356-288-k862029.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Appreciate From You
Teen Fiction[END] - Tahap Revisi Diniya- Gadis bertubuh besar dan tinggi, ia juga berkulit coklat. Ia menemukan cinta pertamanya di dunia perkuliahan, cinta yang belum tentu berbalas cinta juga. Felky- Ia mencintai cewek yang sangat cuek dan jutek, ia berharap...