Bunyi bel dan ketukan pintu terdengar dari balik pintu apartemen tempat Diniya tinggal. Waktu menunjukkan pukul setengah enam sore."Gue lagi tidur ada aja yang ganggu, lama-lama bosen juga gue idup kalau gak ada kedamaian," Diniya turun dari tempat tidurnya lalu mendengus kesal.
"Wait, i'll open it!" teriak Diniya sambil mengikat rambut panjangnya.
Diniya lalu berjalan kearah pintu dan membuka pintu itu.
"Lo lagi? Ada apa?" tanya Diniya dengan mata yang masih sayu tanda ia masih mengantuk.
"Lo lupa ya? Lo nggak mau pergi? Tempatnya bagus loh, kalo lo nggak mau pergi, lo bakalan rugi besar," ujar Felky sambil membetulkan letak kacamatanya yang turun.
"Gue nggak jualan," balas Diniya singkat lalu ia membalikkan badannya dan menutup pintu.
Felky menahan pintu yang Diniya tutup dengan kedua tangannya.
"Tunggu, jadi lo mau pergi atau enggak? Gue udah siap-siap niih, gue capek loh dandan kayak gini," tanya Felky lalu ia memasang muka memelasnya.
Diniya melihat Felky dari kaki sampai ke kepalanya, Felky memakai celana olahraga, sandal jepit, dan kaos oblong.
"Lo bilang ini dandan? Mimpi lo ya? Ini mau jalan-jalan atau olahraga?" tanya Diniya terheran-heran.
"Hehehe," Felky pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Yaudah, gue siap-siap dulu, tapi perginya setelah shalat maghrib ya!" ujar Diniya lalu menutup pintu apartemennya dengan menyisakan Felky yang masih ada di balik pintu.
"Jutek amat," ujar Felky di dalam hati.
Felky kemudian berjalan kearah lift dan pergi ke apartemennya. Sedangkan Diniya kembali berbaring ke tempat tidurnya.
Tiba-tiba ide cemerlang terlintas di benak Diniya, ia ingat bahwa ia membeli lima bungkus mie instan saat ia masih di Indonesia. Diniya pergi ke dapur kecil yang ada di apartemennya, lalu mengambil panci, air, dan sebungkus mie goreng.
Ia menghidupkan kompor lalu memasak mie tersebut dan memakannya.
Setelah makan ia duduk selama sepuluh menit lalu menghambil handuk dan pergi ke kamar mandi untuk mandi.
Diniya pun keluar dari kamar mandi yang menandakan bahwa ia sudah selesai melakukan ritual yang dilakukan dua kali sehari itu.
"Gue makek baju yang tadi aja! Kan belum kotor, lagian disini kan dingin jadi gak keringetan," ide cemerlang kembali terlintas di pikiran Diniya.
Diniya memakai bajunya lalu melaksanakan shalat maghrib.
***
Felky sedang memilih baju-baju yang ada di lemarinya, ia sangat bingung. Tiba-tiba ada yang melintas di pikirannya.
"Hmmm, ya! Gue makek baju yang tadi aja! Gue kan gak BB alias bau badan," ujar Felky dengan semangat lalu ia tersenyum.
Felky sudah siap dengan tampilannya yang masih sama dengan tadi, mereka memang aneh.
Felky pun menaiki lift dan bergegas ke apartemen Diniya. Ia menekan bel yang ada di dekat pintu lalu Diniya membukakan pintu untuk Felky.
"Astaga! Lo makek baju yang tadi?" kata mereka dengan serentak.
Lalu mereka berdua pun tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Appreciate From You
Teen Fiction[END] - Tahap Revisi Diniya- Gadis bertubuh besar dan tinggi, ia juga berkulit coklat. Ia menemukan cinta pertamanya di dunia perkuliahan, cinta yang belum tentu berbalas cinta juga. Felky- Ia mencintai cewek yang sangat cuek dan jutek, ia berharap...