28

751 38 0
                                    


Diniya mengajak Husain ke Rumah Makan Padang yang cukup terkenal di kota ini.

"What?! Makanan ini kita makan semua?!" tanya Husain cemas.

"Pilih saja, tidak semuanya kok." Diniya menyunggingkan senyumannya.

"So spicy right?" keluh Husain lalu mengibas-ngibaskan tangannya di depan mulutnya yang sudah memerah kepedasan karena memakan sambalado.

Husain yang baru pertama kali memakan makanan Indonesia pun mendesah kepedasan. Diniya hanya menikmati sambil sesekali terkekeh melihat ekspresi Husain.

Setelah makan, Diniya membuka halaman selanjutnya dari buka harian milik Felky.

Dear Diniya, Si Gendut yang akan selalu gue sayang.

Sejak kita ketemu di pinggir jalan terus di rumah sakit, gue diem-diem nge-stalk ig lo. Hahaha, maaf ya. Gue jadi penguntit tapi pake ig kedua gue.

Gue nggak nyangka kalo kita bakalan ketemu di kafe. Gue cuma pengen baca komik tapi malah ketemu sama elo. Pertemuan itu tanpa direncanakan dan tanpa disengaja, kan?

Sorry kalau gue ngeganggu lo waktu itu, gue kurang perhatian. Sorry gue curhat. Gue juga bingung, kenapa gue bisa tertarik sama lo sedangkan orang lain pada ilfeel sama lo.

Kita memang tidak bisa memilih cinta, tapi cinta lah yang memilih seseorang untuk jadi teman hidup kita.

Di halaman ini, gak ada satupun alamat petunjuk. Lo jalan-jalan aja dulu sama di Husain.

Felky.

Air mata pun keluar dari mata Diniya. Di balik kacamatanya dia berusaha menghapus air mata yang turun satu persatu. Rindu yang datang tiba-tiba ini membuatnya sangat sedih. Di luar, dia memang seperti tidak peduli, tapi sebenarnya dia sangat ingin bertemu dengan sahabatnya itu.

"What's wrong?" tanya Husain

Diniya langsung pergi ke rangkulan Husain untuk menangis. Husain tampak menegerti dengan apa yang terjadi. Dia berusaha menenangkan Diniya.

Akhirnya Diniya berhenti menangis. Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah Diniya dan rencana jalan-jalan dibatalkan.

Diniya dan Husain masuk ke rumah besar keluarga Diniya. Mereka disambut oleh Diana.

"Hello, auntie," sapa Husain ramah.

"Din, Mama nggak bisa Bahasa Inggris, gimana jawabnya?" tanya Diana heran.

"Bilang aja 'hai', Ma," jawab Diniya.

"Hai, Husain," sapa Diana sambil tersenyum.

Mereka pun pergi ke lantai dua dan duduk di teras atas untuk mengobrolkan sesuatu.

"Sebenarnya, kamu itu menyukai Felky?" tanya Husain membuka pembicaraan.

"Aku menyukainya hanya sebagai sahabat, tidak lebih," jawab Diniya apa adanya.

"Aku juga bingung, kenapa kita harus mencari jawaban dari teka-teki ini berdua? Mengapa tidak kamu dengan Husna saja?"

"Aku juga tidak tau. Aku tidak tau apa yang terjadi padanya, dia menghilang begitu saja, keluarganya juga."

Husain berusaha menyimpan rahasia ini.

Appreciate From YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang