10

1.4K 95 0
                                    

Setelah sekian lama duduk di taksi, mereka akhirnya tiba di apartemen milik kakek dan nenek Felky.

Mereka turun dari taksi dan masuk ke apartemen itu lalu membawa barang mereka masing-masing. Di apartemen itu ada sekitar sepuluh lantai yang masing-masing lantainya terdapat dua kamar apartemen. Di lantai dua lah keluarga Felky tinggal. Disana ada kakek dan neneknya.

Felky menekan bel yang ada di dekat pintu apartemen tempat kakek dan neneknya tinggal.

"Assalamualaikum, grandma... grandpaa, i am coming!! Where are you?" ucap Felky sambil menekan bel itu.

"Waalaikumsalam, wait.., i'll open it." ucap seorang wanita yang berumur enam puluh tahun itu.

"Ooh Felky!!! I miss you so much..." ucap wanita tersebut dan ia mengecup pipi cucunya tersebut.

"I miss you too.. dimana kakek?" tanya Felky.

"Kakekmu sedang membeli sesuatu di supermarket, ooh ya! Kamu anaknya Diana kan?" tanya Nenek itu.

"Yes, I am Diniya," jawab Diniya singkat lalu tersenyum ramah.

"Ayo masuk, aku Martha, jadi kamu sudah mengenal Felky ya? Dia itu cucuku yang paling cerewet," ujar Martha yang tak lain adalah neneknya Felky dan ia berbicara sambil mengantar Diniya dan Felky ke dalam.

Diniya hanya tersenyum lalu duduk di salah satu sofa di ruang tamu kecil milik mereka dan diikuti oleh Felky.

Tiba-tiba seorang kakek yang memakai peci memasuki apartemen ini.

"Asalamualaikum, ooh Felky! My grandson!! I miss you, son," ujar Kakek itu dan ia memeluk cucunya itu.

"Waalaikumsalam, i miss you too," jawab Felky.

Diniya hanya melihat seluruh ruangan ini dengan kedua mata bulatnya, desain ruangan ini sangat klasik khas eropa. Diniya lalu menghampiri kakek itu dan menyalaminya.

"Saya Diniya, Assalamualaikum," ujar Diniya dengan penuh rasa sopan.

"Ooo ya ya, waalaikumsalam kamu anaknya Diana kan? Saya Abdullah, saya kakeknya Felky. Nanti saya antarkan kamu ke apartemen kamu yang ada di lantai tiga. Kemarin anak saya yang bernama Nindy memberitahu saya bahwa ada anak temannya yang akan menyewa apartemen disini selama ia kuliah?" tutur Abdullah.

"Jadi tante Nindy itu temennya Mama." ujar Diniya dalam hati.

Diniya hanya mengangguk sopan. Martha pun datang dengan membawa empat gelas teh hangat untuk kami minum lalu berjalan ke dapur.

"Thanks,"ucap Diniya singkat.

"Lo jangan canggung gitu doong, panggil aja nenek gue dengan sebutan granny dan kakek gue dengan sebutan grandpa," jelas Felky.

"Oh, Ok..," balas Diniya singkat lalu ia meminum tehnya.

Diniya duduk cukup lama di ruangan itu, Felky sedang berbincang dengan kakeknya dan neneknya sibuk di dapur.

"Gue dicuekin." gumam Diniya.

Setelah berbincang cukup lama Felky dan Kakeknya pun berdiri.

"Kalau begitu, mari kita ke apartemen kamu yang ada di lantai tiga. Kuliah kalian kan dimulai seminggu lagi, di lantai satu juga ada minimarket halal." tutur Abdullah.

Diniya hanya tersenyum dan mengikuti mereka dan menaiki lift. Abdullah membuka pintu apartement itu, apartement yang cocok untuk anak kuliahan seperti Diniya.

Appreciate From YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang