34

807 43 2
                                    


Diniya yang kini sedang mengemasi barang-barangnya, menoleh kearah Husain yang tidak sengaja melewati kamar yang ia tempati. Satu jam lagi mereka bertiga akan berangkat untuk pencarian selanjutnya.

Husain berhenti sebentar lalu menoleh kearah Diniya dan kembali berjalan ke kamarnya. Rasa senang dan bahagia menyelimuti hati Diniya.

Dia tak henti-hentinya memikirkan kejadian semalam yang membuat mood-nya semakin meningkat. Kejadian yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya.

Akhirnya dia selesai mengemasi barang-barangnya. Sekarang dia sudah siap untuk pergi ke Bandara Atarturk.

Diniya, Husna, dan Husain pun berpamitan lalu naik ke taksi. Jalanan ke Bandara cukup ramai.

Akhirnya mereka di Bandara lalu mereka check in dan langsung masuk ke ruang tunggu kemudian ke Pesawat. Dalam dua belas jam mereka akan tiba di Jakarta dan akan melanjutkan perjalanan ke Bandung.

***

Dua belas jam kemudian...

Mereka kini sudah duduk di taksi. Diniya mengambil buku harian milik Felky dari dalam tasnya lalu membuka halaman selanjutnya.

Dear Diniya, sahabatku.

Lo udah tau kan? Tau apa hayoo?? Sorry, just kidding. Kanker gue makin hari makin parah, Din. Lo kangen nggak sama gue? Yakin nggak kangen sama gue?

Gue udah tau kapan lo ulang tahun. Tanggal 26 Desember kan? Besok lho Din, nggak mau traktir gitu? Hahaha, sorry gue masih bercanda.

Pesen gue cuma satu: Lo temuin Tante Nindy, ya? Kalau lo nggak tau rumahnya, lo bisa nanya ke Mama lo kan?

Tante Nindy pasti bakalan kasih tau apapun tentang gue. Makasih udah jadi sahabat yang paling gue cintai.

Felky.

Diniya, Husain, dan Husna hanya duduk diam di taksi. Mereka sangat lelah karena perjalanan yang begitu jauh.

***

Keesokan harinya, Diniya, Husain, dan Husna akan pergi ke rumah Tante Nindy. Mereka telah siap untuk pergi.

Kini Mang Eman sedang menyipakan mobil.

"Non..! Udah siap niih, yuuk kita pergi.." seru Mang Eman.

Diniya berjalan menghampiri Mang Eman diikuti oleh Husain dan Husna di belakangnya.

"Mang, tau rumahnya Tante Nindy nggak?" tanya Diniya.

"Tante Nindy, hmmm, yang temennya nyonya ya non?" tanyanya memastikan.

"Iya, Mang," jawab Diniya.

"Ayuk kalau begitu. Kita berangkaat," ajak Mang Eman dengan semangat lalu dia membukakan pintu mobil untuk Diniya, Husna, dan Husain.

Jalanan sangat ramai dan kemacetan terjadi. Husna dan Husain hanya menatap sepeda motor yang meliuk-liuk dari satu mobil ke mobil yang lain.

Sedangkan Diniya memasang headphone-nya untuk mendengarkan musik kesayangannya.

Setelah setengah jam terjebak macet, akhirnya mereka tiba di rumah Tante Nindy yang menjadi kunci untuk membuka rahasia selanjutnya.

Appreciate From YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang