26

743 36 0
                                    


Husain keluar dari bandara, dia bergegas memesan taksi lalu melesat pergi ke apartemen Diniya. Hari ini Husain akan mendapatkan jawaban dari apa yang diminta oleh Felky.

Sebenarnya Husain agak bingung, apa maksud Felky sebenarnya? Jawabannya akan ia peroleh setengah jam dari sekarang.

Husain yang termenung menatap jalanan dari balik jendela taksi. Mobil taksi melaju dengan kecepatan sedang.

Akhirnya Husain tiba di apartemen Diniya. Dia masuk lalu menaiki lift dan tiba di lantai tiga. Berulang kali dia menekan bel yang bertengger indah di dekat pintu, tapi tidak ada jawaban.

Husain segera menelfon Diniya. Dia bertanya tentang keberadaan Diniya. Diniya hanya menjawab bahwa dia di Indonesia sekarang. Husain juga bertanya alamat lengkap Diniya dan langsung dijawab oleh Diniya.

Husain membuka aplikasi pembelian tiket pesawat online. Dengan cepat dia memesan tiket murah untuk ke Indonesia. Perjalanan akan dilakukan satu jam lagi. Daripada berdiam diri, Husain memilih untuk ke Restoran Halal yang ada di lantai satu apartemen sepuluh lantai ini.

Dia memesan beberapa makanan kecil dan memakannya sambil melamun sekaligus memikirkan sesuatu. Dia bingung, sebenarnya apa maksud dari semua ini? Dia tahu kalau Felky terkena kanker darah, tapi apa yang akan dia lakukan untuk Diniya?

Setengah jam kemudian, Husain kembali menaiki taksi dan setibanya di Bandara dengan cepat dia check in kemudian naik ke pesawat. Perjalanan yang memakan waktu empat belas jam yang tentu akan melelahkan untuknya.

***

"Kenapa Husain nanyain alamat gue? Jangan-jangan ..." gumam Diniya, ia menyangka bahwa Husain akan memberikan kejutan untuknya.

Diniya membuka fitur galeri yang ada pada handphone-nya. Terlihatlah fotonya bersama Felky dan dibelakangnya terdapat Big Ben yang sangat indah.

"Fel ... lo kemana aja? Gue rindu ama lo. Lo kemana Fel?!!" seru Diniya di dalam hati lalu melemparkan hanphone-nya ke kasur.

Di lantai bawah, Diana sedang menginterogasi anak tirinya yaitu Haniy. Diniya sayup-sayup mendengarnya, dia tidak mau ikut campur. Diniya yang mati kebosanan di dalam kamar pun mendapatkan ide cemerlang. Dia akan pergi ke Dessert Book Cafe untuk bertemu dengan Mbak Ratna.

Dengan cepat Diniya mengganti bajunya dengan baju yang kasual. Dia langsung memanggil Mang Eman untuk mengantarnya.

Setibanya di Dessert Book Cafe, Diniya langsung menyapa Mbak Ratna yang sedang mengantarkan segelas milkshake ke salah satu meja customer.

"Hai Mbaak," sapa Diniya lalu ia menyunggingkan senyumnya.

"Kayaknya saya pernah denger suara ni anak deh, kok kaya suara Diniya ya?" gumam Mbak Ratna.

"Mbak, gue Diniya. Inget nggak?" tanya Diniya.

"Jelas-jelas kamu bukan Diniya, kok malah ngaku-ngaku. Diniya kan lagi di London." sanggah Mbak Ratna.

"Walaah, Mbak ini. Aku Diniya versi kurus Mbak. Yang gendut itu tiga tahun yang lalu, kalau ini new version Mbak," tutur Diniya.

"Aahh, yang bener kamu??" Mbak Ratna masih tidak percaya.

"Iya," jawab Diniya singkat.

"Setelah aku liat-liat wajah lo itu emang mirip ama Diniya. Coba sini-sini," Mbak Ratna lalu melihat pipi kanan Diniya.

Appreciate From YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang