38

1.6K 44 0
                                    


"Ummi!! Kita mau kemana??" teriak gadis kecil yang bernama Humaya yang sedang berlari menghampiri ibunya.

"Lihat saja, ada yang mau ummi ceritakan nantinya," ujar seorang perempuan yang kini telah menjadi seorang ibu sekaligus istri.

Humaya mengangguk mengerti. Felky menghampiri adiknya yang bernama Humaya itu lalu menggendongnya. Kini Felky berumur tiga belas tahun dan Humaya berumur lima tahun.

"Ummi mau nyeritain tentang Om Felky kan?" tanya Felky memastikan.

"Iya nak, tapi tunggu Abi pulang dulu ya," jawab Diniya dengan lembut.

Diniya kini telah berubah menjadi perempuan yang sangat dewasa. Dia sudah mempunyai dua orang anak. Anak pertamanya bernama Felky Husaiya dan anak keduanya bernama Humaya Husaiya.

Diniya sengaja menamai anak pertamanya dengan nama Felky, hal itu bertujuan agar Diniya bisa selalu mengenang Felky dan merasakan keberadaan Felky melalui anaknya. Diniya sangat bersyukur, anak laki-lakinya itu mempunyai sifat baik seperti sahabatnya.

Humaya, dia adalah gadis kecil yang menggemaskan. Dengan kulitnya yang cerah, ia semakin cantik dan mewarisi wajah tampan ayahnya. Sedangkan kakaknya, berkulit sawo matang dengan mata bulat yang indah. Dia adalah remaja yang sangat manis, mulai dari kelakuan maupun wajahnya.

Husain datang dengan setelan kerjanya. Kini mereka tinggal di Indonesia. Karena sudah dua belas tahun di Indonesia, Husain sudah lancar berbahasa Indonesia.

"Abi bawa snack untuk Humaya..!" seru Husain sambil menenteng kantong plastik berisi snack.

"Untuk kakak?" tanya Felky memelas.

"Minta sama Humaya saja yaa," ujar Husain sambil menyubit pipi anak sulungnya.

"Oke," sahut Felky dengan semangat.

Mereka adalah keluarga kecil yang bahagia. Dengan hidup yang sederhana, mereka bisa sangat bahagia, apalagi dengan hidup yang serba mewah.

***

Humaya meletakkan bunga matahari di samping nisan. Felky Husaiya dan Husain menaburkan bunga-bunga yang tadi mereka beli.

Makam itu sangat terawat dan bersih. Mereka bergantian dengan keluarga Felky untuk merawat dan membersihkan makam Felky. Diniya yang memintanya.

"Ummi, kenapa kita setiap bulan ke sini?" tanya Humaya penasaran karena rasa ingin tahunya yang tinggi.

"Ummi, kenapa nama kakak sama dengan nama Om Felky ini?" tanya Felky kembali.

"Nak, ayo kita pergi. Ummi bakal ceritain nanti, tapi di rumah yaa," jawab Diniya sabar lalu dia mengelus kepala anaknya dengan lembut.

Husain hanya tersenyum. Akhirnya Diniya akan menceritakan semuanya kepada Felky, anak sulungnya. Humaya akan mendapat giliran saat dia berumur tiga belas tahun.

Husain menggendong putri kecilnya lalu menciumnya. Mereka berjalan keluar dari pemakaman umum lalu menaiki mobil dan pulang ke rumah mereka.

***

Diniya menceritakan kisah hidupnya yang berkaitan dengan Felky kepada anak sulungnya. Air matanya turun seketika. Felky menghapusnya dengan segera. Diniya membayangkan kalau anak sulungnya ini adalah Felky lalu memeluknya.

Diniya selalu mengenang kepergian Felky dan itu bukan berarti dia tidak mencintai Husain. Mereka adalah keluarga kecil yang sangat-sangat bahagia.

Appreciate From YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang