Waktu menunjukkan pukul 12.00, sepuluh menit lagi shalat dzuhur akan menanti mereka, sementara mereka masih melanjutkan perjalanan di motor matic milik Felky."Sepuluh menit lagi kan dzuhur nih Fel, gimana kalau kita berhenti di mesjid deket sini," ujar Diniya kearah telinga Felky yang ditutupi oleh helm.
"Apa?" ucapnya.
"Apa?" ulangnya.
"Ha? Apa?" ulangnya lagi.
"Apa telinga lo perlu gue korekin?!" teriak Diniya dengan wajah yang mengekspresikan kemarahan.
"Enggak kok, cuma becanda, ya, ya tunggu bentar, lima puluh meter lagi ada mesjid," jawab Felky dengan nada santai lalu ia terkekeh pelan sambil mengendarai motornya.
Diniya hanya mendengus kesal.
"Nih udah sampe di Islamic Association of North London Masjid," ucap Felky sambil memakirkan motornya.
Mereka berdua pun turun dari motor dan adzan pun berkumandang. Felky bergegas ke tempat berwudhu laki-laki dan Diniya menitipkan sepatu dan tasnya di tempat yang disediakan lalu pergi ke tempat wudhu.
"Astaga! Gue lupa bawa mukenah," ujar Diniya di dalam hati dengan tatapan yang mengisyaratkan bahwa ia lupa dan terkejut.
Tiba-tiba seorang perempuan muda yang berhijab pun menghampiri Diniya.
"Ada apa? Kenapa wajah kamu terlihat khawatir seperti itu?" tanya perempuan itu.
"Aku lupa membawa mukenah," jawab Diniya dengan sopan lalu menunduk karena malu.
"Tenang saja, di dalam ada mukenah, ayo cepat! Shalat akan dimulai, kalau begitu aku masuk dulu ya," ucap perempuan itu.
Diniya pun berwudhu setelah itu ia bergegas masuk ke dalam masjid dan memakai mukenah yang sudah disediakan lalu shalat berjamaah disana.
"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh..," ucap seorang imam yang menandai bahwa shalat dzuhur telah usai.
Diniya melipat mukenah yang ia pakai lalu ia susun di tempat yang sudah disediakan. Seorang perempuan yang tadi menghampirinya pun ingin berkenalan dengan Diniya.
"Hai, aku Husna, aku datang dari Turki, salam kenal yaa," ucap Husna sambil menyodorkan tangannya.
"Salam kenal, aku Diniya, dari Indonesia," balas Diniya sambil menjabat tangan Husna.
"Kalau begitu aku pergi dulu ya, bye," ucap Husna sambil melangkahkan kakinya keluar masjid.
"Bye," balas Diniya.
"Yes! Gue dapet temen lagi!" Diniya berkata di dalam hatinya dengan penuh kebahagiaan.
Diniya pun mengambil tas dan sepatunya lalu memasang sepatunya. Diniya melihat Felky menatap ke seluruh arah dan sepertinya ia mencari Diniya. Diniya melambaikan tangannya kearah Felky dan menghampirinya.
"Yuk! Lo mau makan gak?" tanya Felky seakan-akan Diniya tidak mau diajak makan.
"Mau banget!!" jawab Diniya semangat.
"Kalo makan semangat, kalo olahraga semangat gak?" tanya Felky sambil memperlihatkan senyum manisnya.
"Au ah, lo resek!" jawab Diniya kesal.
Mereka pun kembali menjelajahi jalanan di London hanya dengan motor matic milik Felky.
Waktu menunjukkan pukul satu siang. Akhirnya mereka tiba di Warung Tempeh restoran khas Indonesia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Appreciate From You
Teen Fiction[END] - Tahap Revisi Diniya- Gadis bertubuh besar dan tinggi, ia juga berkulit coklat. Ia menemukan cinta pertamanya di dunia perkuliahan, cinta yang belum tentu berbalas cinta juga. Felky- Ia mencintai cewek yang sangat cuek dan jutek, ia berharap...