3 tahun kemudian ..."Fel, disini gue, Husna, sama Husain semester depan mau wisuda. Lo tau gak, perjuangan kami disini? Susah banget Fel, susah, kalau menurut gue akan agak ringan kalau ada otak gesrek lo disini, kami kangen sama lo Fel," gumam Diniya yang duduk di balkon apartemennya, ia sudah selesai mengerjakan tugas makalahnya.
Besok hari libur dimulai, Diniya sudah tiga tahun tinggal di London tanpa pulang sekali pun. Dia ingin memberikan kejutan tentang tubuhnya yang sudah langsing bagaikan model papan atas tapi dia tidak berniat untuk menjadi model.
Pas sekali, Diniya ingin menghubungi Mamanya, malah Mamanya yang lebih dulu menghubunginya. Irit pulsa. Dengan suara seperti orang yang menangis, Diana menelepon anak kandungnya.
"Ha ..ha ..lo, sayang," kalimat pertama yang terlontar dari bibir tipis Diana menggambarkan kesedihan plus kecemasan dan kekhawatiran.
"Apa, ma? Ada apa? Kok nelfonnya sambil nangis gitu sih?" tanya Diniya keheranan.
"Haniy nak, Haniy, dia ..."
"Kenapa Mah? Ada apa sih?"
"Di ..di ..a hamil, nak," jawab Diana yang membuat mulut Diniya sedikit ternganga sekaligus terkejut.
"Astaghfirullah," ucap Diniya lalu ia menutup mulutnya.
"Dia sekarang libur semester. Mama kebetulan numpang buang air di toilet dia, Mama nemuin test pack."
"Terus ...,"
"Ya hasilnya gitu,"
Tangisan Diana membuat Diniya ikut sedih, siapa sangka? Diniya yang tinggal di Eropa dan dia tidak pernah terpengaruh pergaulan buruk disini. Tapi Haniy? Dia sudah kelewatan.
"Nak, kamu besok pulang, ya, Mama butuh kamu, nak, sejak kemaren dia gak pulang, dia kabur." tutur Diana.
Diniya yang sebenarnya sangat menyayangi saudara tirinya, hanya saja Haniy selalu tidak peduli dengannya.
"Iya Mah, Mama gausah jemput aku ke Bandara, Mama nyari Haniy aja ya," ujar Diniya.
"Udah dulu ya Mah, aku siap-siap dulu, aku bakalan tiba di Jakarta jam dua siang, bye, ma ...,"
"Bye sayang ..,"
***
Sesekali Felky keluar dari rumah sakit untuk sekedar jalan-jalan dan pergi ke Dessert and Book Kafe untuk mengenang pertemuannya dengan Diniya. Sudah tiga tahun berlalu, dia sangat merindukan sahabatnya.
Felky berencana untuk menelepon Husain dan memberitahu segalanya. Dia membuka kontak dan menekan tombol hijau berbentuk telepon. Terdengar bunyi sambungan, lama sekali Husain mengangkatnya. Akhirnya Husain mengangkatnya. Sekarang dia sedang duduk di kamarnya yang ada di rumahnya.
"Halo? Siapa ini?" tanya Husain bingung, Felky menukar nomor handphone-nya.
"Ini aku, Felky," jawabnya santai.
"Kemana saja kamu!!" teriak Husain yang membuat Felky menjauhkan handphone-nya.
"Tunggu dulu, jangan langsung marah, ceritanya panjang."
"Apa maksudmu?"
"Aku kena kanker darah stadium tiga, aku tidak mau kalian mengkhawatirkan aku, karena itu aku pergi dari London."
KAMU SEDANG MEMBACA
Appreciate From You
Teen Fiction[END] - Tahap Revisi Diniya- Gadis bertubuh besar dan tinggi, ia juga berkulit coklat. Ia menemukan cinta pertamanya di dunia perkuliahan, cinta yang belum tentu berbalas cinta juga. Felky- Ia mencintai cewek yang sangat cuek dan jutek, ia berharap...