9

1.3K 90 1
                                    


Hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh Diniya. Ia akan pergi ke London untuk melanjutkan pendidikannya. Sebenarnya ia sedih karena meninggalkan Mamanya. Tapi hal itu tidak masalah karena Diniya pergi hanya untuk membanggakan Mamanya.

Kemarin di hari minggu ia menyelesaikan seluruh persyaratan untuk pergi ke London termasuk visa dan paspor. Jam sepuluh pagi Diniya akan berangkat dari bandara Soekarno Hatta ke London.

Kini ia sedang mempersiapkan pakaian, buku-bukunya, handphone, laptop, dan hal yang penting lainnya. Semuanya ia masukkan ke koper yang sangat besar. Ia memakai baju lengan panjang berwarna merah, celana jeans, sepatu kets, dan jaket yang ia ikatkan di pinggang

Setelah semua persiapan selesai, Diniya pun pergi dengan seluruh anggota keluarganya termasuk Bi Imas dan Mang Eman. Diniya meminta Bi Emas dan Mang Eman untuk ikut mengantarnya karena kedua orang tersebut sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri.

Perjalanan yang ditempuh memakan waktu dua jam dan Diniya memilih untuk tidur di dalam mobil. Sedangkan Haniy masih sibuk dengan instagramnya.

Dua jam berlalu, mereka pun tiba di bandara. Lima belas menit lagi jam sepuluh pagi. Diniya dengan cepat check in di Bandara dan pergi ke ruang tunggu bersama keluarganya.

"Diniya, dengerin ama ya, kamu disana jangan banyak jajan, jangan terpengaruh pergaulan disana, patuh sama dosen-dosen kamu, selalu ngerjain tugas dan skripsi, jangan tinggalin shalat, cari temen yang baik, jangan lupa kabarin Mama tiap hari dan mudah-mudahan kamu lulus dengan cumlaude. Mama sayang kamu," ujar Diana dan air matanya pun berlinang.

"Iya Ma, jangan nangis dong...., insya Allah Diniya akan ingat pesan-pesan Mama." balas Diniya.

Mereka berdua pun berpelukan seperti telletubbies. Om Baskoro dan Haniy hanya diam menatap mereka berdua.

"Jangan lupain Bi Imas ya Non...," ujar Bi Imas.

"Diniya gak bakalan ngelupain kalian semua karena Diniya sayang kalian," Perlahan mata bulat milik Diniya mengeluarkan air matanya.

Seluruh keluarga Diniya pun pergi meninggalkan Bandara. Dari kejauhan, Diniya melihat Felky mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna biru dan putih juga celana jeans sambil menyandang tas ransel yang cukup besar. Tampaknya ia bersama keluarganya yang berperawakan seperti bule blaster-ant Indonesia. Diniya pun duduk di kursi tunggu sambil memegang tiketnya.

Diniya yang menatap ke arah pesawat yang lepas landas pun mendengar hentakan sepatu seperti orang yang berlari kearahnya. Orang itu adalah Felky.

"Din, We will arrive in London!!" teriak Felky sambil menepuk bahu Diniya.

Felky tidak peduli dengan orang-orang yang melihat kearahnya.

"Yes, you right Bro!" ujar Diniya.

"Bro, bro, bro, emang elo saudara gue?" ujar Felky diikuti dengan senyumannya.

"Kagak, lo bukan saudara gue, lo itu si resek yang gak bisa diem." balas Diniya.

"Oooooooo aja ya kan, hahaha." balasnya lagi dengan penuh kegajean.

Lima belas menit berlalu mereka berdua pergi bersama ke dalam pesawat dan betapa terkejutnya mereka, ternyata mereka duduk bersebelahan.

"Lah?! Kok kita deketan sih duduknya! Males gue duduk di sebelah lo," ujar Diniya dengan sinis.

"Ya gimana lagi, itu kan bukan gue yang ngatur, gue janji, gue gak bakalan resek, Ok?" Felky pun berjanji dan ia akan berusaha untuk mengingkari janjinya dan mengganggu Diniya.

Appreciate From YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang