23:50
"Din, mungkin hidup gue nggak lama lagi, lo tenang aja. Lo pasti dapetin orang yang bakal jagain lo. Walaupun gue bakalan nggak ada di dunia lagi, gue akan selalu jagain lo walaupun gue nggak tau caranya gimana." ujar Felky panjang lebar.
"Fel, jangan ngomong gitu dong, lo pasti sembuh. Gue yakin," balas Diniya dengan raut muka sedih.
"Andaikan aku pergi untuk selamanya. Aku titipkan Diniya sama kamu Sen," pinta Felky kepada Husain.
"Kamu pasti bisa sembuh Fel," ujar Husain menyemangati.
Husna menyeka air mata yang jatuh ke pipinya. Dia sangat sedih.
Jam menunjukkan pukul 23:56 menit. Sekarang tanggal dua puluh lima Desember dan besok adalah hari ulang tahun Diniya.
"Din, gue tau kalau gue memang orang yang rese, gak bisa diem, cerewet, tapi itu yang bakal lo kangenin dari gue. Umur gue nggak lama lagi. Lo pernah cerita sama gue kalau lo nggak pernah dihargai. Gue akan selalu meluk lo, gue akan selalu jagain lo, gue akan selalu ngehargai lo, meskipun kita udah nggak di dunia yang sama lagi." tutur Felky yang terbaring lemah.
"Fel, lo pasti bisa bangkit! Nggak ada Felky yang pesimis kayak gini! Lo pasti bisa sembuh Fel! Gue percaya kalau lo pasti bisa sembuh," Diniya mulai menghapus air matanya.
Tangan Felky yang diinfus juga turut menghapus air mata Diniya.
"Makasih, lo udah jadi cewek yang spesial di hati gue, sahabat terbaik gue, segalanya buat gue. Gue akan selalu sayang sama elo sampai kita ketemu di alam yang sama yaitu disisi Tuhan," tutur Felky.
"Makasih, Din," itulah kata-kata terakhir Felky.
Mata Felky terpejam, monitor menunjukkan bahwa jantungnya tak berdetak lagi. Felky sudah pergi tepat di hari ulang tahun Diniya atau tepat jam 00:01. Jam dua belas lebih satu menit malam, Felky pergi meninggalkan semua orang yang ia sayangi.
Husain diam terpaku, Husna menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia tak kuasa menahan tangis. Diniya memeluk tubuh Felky dari samping sambil menangis tersedu-sedu.
Felky telah meninggalkan Diniya unutk selamanya. Kini Diniya tidak punya cinta yang melebihi tulusnya cinta dari Felky. Kini Diniya hanya seseorang yang merasakan pahitnya kehilangan.
Kehilangan seseorang yang kita sayang memang sangat sakit, bahkan sakitnya melebihi tusukan pedang.
Diniya masih memeluk tubuh Felky yang tidak bernyawa lagi. Pintu ruangan itu dibuka oleh Tante Nindy yang sedang menagis. Dia memeluk tubuh keponakannya itu dari sisi lain dan menangis.
Kakek dan Nenek Felky datang menyusul. Cucu semata wayang mereka telah pergi dan takkan pernah kembali lagi.
Suster dan dokter akhirnya datang. Diniya masih menangis sambil memeluk Felky yang tidak akan pernah bangun lagi. Suster berusaha membujuk Diniya agar menyingkir dari sana. Diniya akhirnya menyerah.
Husain datang menghampirinya, Diniya langsung menangis di pelukan Husain.
Wajah Felky dan tubuhnya telah ditutup dengan selimut. Diniya masih tak kuasa menahan tangisnya. Dia sangat-sangat sedih.
***
26 Desember,
Diniya masih menangis, melihat jenazah Felky yang diturunkan ke liang lahat, tempat peristirahatan terakhirnya. Puluhan lembar tissu telah ia pakai untuk menghapus air matanya dan semua orang berpakaian serba hitam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Appreciate From You
Novela Juvenil[END] - Tahap Revisi Diniya- Gadis bertubuh besar dan tinggi, ia juga berkulit coklat. Ia menemukan cinta pertamanya di dunia perkuliahan, cinta yang belum tentu berbalas cinta juga. Felky- Ia mencintai cewek yang sangat cuek dan jutek, ia berharap...