BRUGH
Alvaro terduduk di sepanjang lantai koridor. Tubuhnya seakan menolak untuk diajak berjalan lagi. Pikirannya tak fokus, dan hatinya bergumam tak menentu. Memikirkan masalah yang silih berganti menimpa padanya.
Sejenak Alvaro menekuk lututnya dan menenggelamkan wajah ke dalamnya. Inginkan Alvaro terlepas dari semua masalah itu dan hidup bahagia seperti seorang anak SMA pada umumnya. Namun, entah kenapa, setiap kali melihat cowok SMA yang merendahkan dirinya, hati Alvaro selalu merasa jengkel dan ingin segera memukulnya. Sifat arogannya inilah yang membuat Alvaro harus terkekang dalam masalah yang ia ciptakan sendiri.
Apa yang gue lakuin selalu salah di mata orang lain. Gak ada sekalipun yang pernah nganggep bener, batin Alvaro. Sambil meraih tasnya ia pun berusaha bangkit berdiri. Sejenak dilihatnya langit diatas yang mulai menggelap seiring berjalannya waktu.
"Udah gelap aja, padahal masih baru jam 5" gumam Alvaro sembari melirik jam tangannya. Ia pun tersenyum lalu kembali berjalan menuju parkiran. Namun, sesuatu yang mengerikan membuat Alvaro menghentikan langkahnya.
"Goblok!! Jam 5?! Gue lupa jemput Nayra!!"
Segera Alvaro mengambil langkah seribu dan terburu-buru menuju parkiran untuk mengambil motornya.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Silahkan Tuan"
Alex membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Davino untuk keluar. Mereka berdua sudah sampai di taman kota. Terlihat Davino yang mengembangkan senyum khasnya selagi berjalan di sekitar bunga tulip yang bermekaran.
"Indah" guman Davino sekilas, lalu menoleh kearah Alex yang langsung menunduk dihadapannya. "Antarkan aku berkeliling sebentar"
Alex pun mengangguk "Baik Tuan"
5 menit pun telah berlalu, namun Davino masih semangat melangkahkan kakinya menelusuri taman yang cukup luas. Hingga sebuah taman bermain kecil membuat langkah Davino terhenti. Dilihatnya beberapa anak tengah bermain dengan sangat bahagia disana. Seketika Davino teringat akan kenangan masa kecilnya yang sedang bermain disini bersama seseorang. Sontak hal itu membuat Davino tertunduk menahan rasa sakit di kepalanya.
"T-Tuan? Tuan baik-baik saja?" langsung saja dengan sigap Alex menahan tubuh Davino yang hampir terjatuh. Ia memandang wajah tuannya yang tiba-tiba pucat. Alex pun memapah Davino kembali menuju mobil. Namun, sebuah suara tangisan membuat Davino terhenyak dan menyingkiran tangan Alex darinya.
"Hiks... hiks..."
Davino melihat seorang gadis kecil tengah duduk sambil menangis disekitar air mancur. Seketika Davino mendekatinya dan duduk tepat disampingnya.
"Eherm!" Davino berdehem, ia semakin menggeser posisi duduknya mendekati gadis kecil itu "Kamu habis jatuh? Ada yang luka?"
Gadis itu pun mendongak menatap wajah garang Davino, kontan saja ia semakin mengeraskan tangisannya. "Huaaaaaaa!! Ada om-om mesum mau nyulik Nayra!!"
Langsung saja Nayra berlari menjauhi Davino dan tersandung tepat di depannya. Nayra kembali menangis sambil memeluk kedua kakinya yang kini terluka.
"H-Hey... kau nggak apa-apa kan?" buru-buru Davino berlari kearah Nayra dan menggendongnya. Sempat Nayra berpikir untuk menolak, namun pelukan Davino terasa seperti pelukan ayahnya, Ferrel.
"Nggak ada yang luka kan?" tanya Davino khawatir sembari memandang dengan teliti tubuh Nayra, kalau-kalau ada yang terluka.
Nayra menggeleng, namun tangannya malah menunjuk lutut kaki sebelah kirinya sambil cemberut. Melihat hal itu, Davino seketika tertawa dan meniup lutut Nayra dengan pelan.
"Udah nggak sakit kan? Mau ikut paman beli es krim?" tawar Davino, dibalas dengan anggukan semangat Nayra.
"Um... Om bukan Om jahat yang mau nyulik Nayra kan?" Nayra tiba-tiba bertanya dengan suara gemasnya. Davino pun langsung dibuat terkekeh olehnya.
"Om bukan orang jahat. Nama om Davino" ujar Davino dengan mengulurkan tangannya dihadapan Nayra. Kontan Nayra langsung menjabat tangan itu dengan bahagia.
🍁🍁🍁🍁🍁
BRUM...
Alvaro memarkirkan motornya sembarangan. Ia pun turun dan cepat-cepat berlari menuju gedung sekolah taman kanak-kanak di depannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Sekolah itu benar-benar terlihat sepi, tak ada seorang pun disana.
Gerimis pun mulai beranjak turun. Tangan Alvaro terlihat sangat gemetaran. Berulang kali ia menanyakan keberadaan keponakannya pada satpam yang berjaga disana, namun sekalipun tak ada yang mengetahui. Mereka bilang semua anak-anak sudah pulang dengan orang tua mereka masing-masing, tak ada seorang pun di sekolah ini.
"NAYRAA!!" Alvaro berteriak dalam keputus asaan-nya. Ia menarik kerah seragam satpam itu dan mengancam melapor pada polisi apabila terjadi sesuatu pada sepupu kecilnya, Nayra.
Waktu pun semakin berlalu. Gerimis yang sedari tadi mengguyur kini berubah menjadi hujan deras. Terlihat dari ujung jalan, Alvaro sibuk berlarian meneriaki nama sepupunya. Sesekali dirinya menanyakan pada orang-orang yang tengah berteduh dari derasnya hujan. Namun, tak ada satupun yang mengetahui keberadaan Nayra, hanya seorang penjaga kebersihan yang kebetulan melihat gadis kecil berlari menuju taman sambil menangis tersedu-sedu tadi sore.
Tanpa basa-basi Alvaro langsung berlari menuju taman yang ditunjuk pak tua itu. Tak peduli seragam sekolahnya yang kini sudah basah kuyup. Ia harus menemukan Nayra, secepatnya.
"NAYRAAA!!" Alvaro berteriak ditengah kerasnya bunyi hujan yang beradu dengan tanah. Taman yang dimaksud bapak tadi ternyata benar-benar sepi. Hanya segelintir orang yang berlalu-lalang mengitari taman ini. Tak ada anak kecil atau semacamnya disini.
"Lo dimana Nay?" gumam Alvaro pasrah. Sudah hampir 1 jam ia mengelilingi taman ini. Seragam yang ia kenakkan pun juga kini penuh dengan lumpur.
Sejenak Alvaro terduduk di dudukan dekat taman bermain. Ia sempatkan untuk melirik jam di pergelangan tangannya yang mulai berembun. Ternyata sudah pukul 8 malam, namun dirinya belum menemukan Nayra juga. Sempat terbesit dipikiran Alvaro bahwa terjadi hal yang tidak-tidak pada Nayra. Ia takut bila Nayra diculik atau semacamnya.
Drrrrt... Drrtttt..
HP di dalam saku Alvaro bergetar. Ternyata panggilan masuk dari Raka. Segera Alvaro menslide tombol merah dan mengeluarkan baterai HP nya tanpa ba-bi-bu. Ia tak tahu harus bilang apa pada pamannya tentang hilangnya Nayra.
"Maaf paman Raka, Alvaro gak bakal pulang sebelum nemuin Nayra"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvaro ✔ [COMPLETED]
Teen FictionSejak kematian orang tuanya, hidup Alvaro berubah drastis. Tekanan demi tekanan terus ia dapatkan selama hidup serumah dengan ketiga pamannya (Adrian, Raka, Ferrel). Hingga terpaksa membuatnya menjadi bad boy. Lambat laun keanehan mulai muncul di ke...