"Maaf sebelumnya pak Felix, tapi saya benar-benar tak mengenal siapa anda dan soal tanda lahir atau apalah itu. Saya benar-benar tak tahu soal tuan muda yang anda bicarakan" ujar Alvaro setelah bersusah payah membujuk Felix untuk mendengarkan ucapannya. Dan akhirnya, Alvaro benar-benar berhasil membuat pengakuan dihadapan Bapak Felix.
Terlihat Felix hanya bisa mendesah lesu. Ia pun menggenggam kedua tangan Alvaro dan menangkupnya. "Kamu benar. Bapak sepertinya sudah salah menangkap orang. Bapak terlalu rindu pada tuan muda, sampai-sampai bapak sendiri tidak memperdulikan Clinn, anak bapak sendiri. Karena dari kecil, bapak sudah merawat tuan muda Alvaro dengan sepenuh hati. Mengantarnya tiap berangkat sekolah dan menjaganya tiap bermain di taman bermain dekat rumah. Tuan muda Alvaro sudah bapak anggap sebagai anak bapak sendiri. Hingga... suatu insiden membuat tuan muda kabur dan tak pernah kembali ke mansion ini" ungkap Felix, tak terasa sebulir bening turun menghiasi pipinya yang telah berkeriput.
Alvaro yang mendengarkan penjelasan dari Bapak Felix pun seketika merasa tersentuh. Ternyata seperti ini wujud pengorbanan yang amat tulus dari Bapak Felix, walaupun beliau hanyalah seorang bodyguard namun kasih sayangnya melebihi seorang ayah.
Alvaro pun berusaha menenangkan hatinya kembali. Saat dirasanya perasaan Bapak Felix sudah sedikit menenang, barulah ia melayangkan pertanyaan lagi. Sungguh, kali ini ia sangat penasaran akan asal usul tuan muda Alvaro yang diceritakan Felix.
"Kenapa bapak sungguh sangat ingin mencarinya?" tanya Alvaro, mencoba menggali lebih dalam akan kebenaran yang membuatnya kebingungan setengah mati.
Felix pun menghela napasnya berat. Alvaro tahu, beliau berusaha untuk menahan seluruh air matanya.
"Semua ini salah saya. Saya yang sudah membuat tuan muda Alvaro menjadi kesal dan kabur dari mansion." Felix kembali menyeka air matanya yang tak bisa ia tahan lagi "Waktu itu, saya bermain dengan tuan muda di dalam kamar. Karena suatu hal, direktur tiba-tiba memanggil saya dan ingin bertemu dengan saya di ruangannya. Saat itu saya sangat ceroboh, saya lupa bahwa saya pernah berjanji pada tuan muda Alvaro bahwa saya akan selalu disisinya, kapanpun. Dan waktu itu, saya lupa untuk menutup pintu kamar tuan muda. Alhasil, tuan muda Alvaro diam-diam mengikuti saya dan tak sengaja mendengar percakapan antara saya dan direktur. Setelah mendengar percakapan kami, Tuan muda pun sangat terkejut dan langsung berlari kabur dari mansion. Ini memang salah saya, saya lah yang harus bertanggung jawab atas semua ini" jelas Felix. Kini air mata telah membanjiri kedua pipinya.
Sementara itu, Alvaro hanya bisa duduk termangu setelah mendengar penjelasan dari Felix. Dirinya masih belum bisa menarik kesimpulan alasan mengapa tuan muda Alvaro sampai terpaksa kabur dari mansion.
"Boleh saya tau kenapa tuan muda Alvaro sampai kabur dari mansion?" Alvaro akhirnya memberanikan diri untuk menanyakan hal ini. Sebelumnya ia harus berpikir seribu kali untuk mengeluarkan pertanyaan ini dari mulutnya. Alvaro takut bila nanti Bapak Felix menjadi tersinggung.
Terlihat Felix menoleh kearah Alvaro dan membuat kontak mata dengannya. Sangat jelas sekali guratan kesedihan terpancar dari manik mata hitam Felix. Ah, rasanya Alvaro menyesal telah menanyakan pertanyaan itu pada Bapak Felix.
"Ibu tuan muda Alvaro berselingkuh dan saat itu tengah mengandung hasil dari hubungan gelapnya dengan seseorang. Direktur pun mengusir ibu tuan muda dan terpaksa memutuskan ikatan pernikahan putra sulungnya. Itulah yang membuat tuan muda Alvaro kesal pada kakeknya sendiri dan memutuskan untuk kabur dari mansion" ujar Felix kemudian berdiri dan lagi-lagi menghela napas. Ia pun tersenyum menatap Alvaro yang terlihat tak percaya atas apa yang sudah didengarnya.
"Sudahlah, ngapain dibikin pusing" Felix menepuk pundak Alvaro. Sontak hal itu membuat Alvaro terjingkat kaget hingga ikut bangkit berdiri "Toh, itu cuman sedikit kisah kelam keluarga besar kami"
Alvaro pun hanya membalasnya dengan anggukan kecil. Sedikit kisah kelam katanya, batinnya kebingungan. Apakah kisah sekelam itu disebut 'sedikit' di keluarga ini? Benar-benar tak masuk akal.
"Baiklah. Kau boleh pergi. Maafkan bapak yang tiba-tiba membawamu kemari" ungkap Felix lalu membungkukkan badan kepada Alvaro dan memilih pergi meninggalkan kamar ini. Kini, hanya ada Alvaro dan bayangannya di dalam ruangan ini
"Gue harus cari tahu. Lo udah bikin sengsara banyak orang, tuan muda yang ngaku-ngaku namanya mirip sama gue" gumam Alvaro kesal, sebelum akhirnya berlari kearah balkon dan melompat turun dari lantai 2.
🍁🍁🍁🍁🍁
BRUM... CKIT
Raka mengerem mobil sportnya. Kini ia telah sampai di depan sebuah TK, tempat dimana Nayra bersekolah.
Sembari mematikan mesin, Raka melenggang turun dari mobil dan berjalan kearah pos satpam yang berjaga disana.
"Permisi... Apa bapak-bapak ini melihat ada anak SMA yang datang kesini?" tanya Raka lalu melepas kacamata hitamnya. Seketika aura ketampanan bak artis korea terpancar dari wajahnya.
"Kalau anak SMA mah banyak pak, ada yang SMA 1, SMA TARUNA RAYA, SMA KEDUNGASEM, SMA--"
Belum sempat satpam itu menyelesaikan kalimatnya, Raka langsung menyelanya.
"M-Maksud saya, anak laki-laki SMA yang baru-baru ini datang kesini, ada?" Raka menatap satu persatu wajah satpam tersebut. Hingga salah satu diantaranya tiba-tiba berdiri dan berjalan mendekat kearah Raka.
"Ada. Memangnya kenapa?! Anda siapa nya?!" balas satpam tersebut penuh emosi. Membuat Raka bingung kenapa satpam ini tiba-tiba menjadi sangat marah seperti ini.
Raka pun menjawabnya, "S-Saya pamannya..."
BUGH
Seketika satu pukulan melayang tepat di pipi Raka. Terlihat ujung bibir Raka yang terluka dan sedikit mengeluarkan darah.
"Woy Dang! Istighfar! Ngapain elo mukul nih orang?!" teriak satpam yang satunya saat tahu teman kerjanya ini memukul Raka hingga babak belur seperti itu.
"Biarin. Biar tahu rasa dia. Punya keponakan tapi kurang ajar sama orang yang lebih tua. Pake acara narik-narik kerah seragam kerja gue lagi. Emang tuh anak kecilnya diajarin apa sih. Dasar, orang tua nya pasti kagak becus ngurusin anak!"
BUAGH
Raka langsung melayangkan pukulannya tepat di wajah satpam itu. Amarahnya telah meledak. Ia tak terima kalau Ici dan Arkan disebut sebagi orang tua gak becus.
"Jangan asal bicara kalau nggak tahu kebenarannya!" Raka memperingatkan "Saya bisa lebih kurang ajar dari keponakan saya. Ingat itu!"
Raka pun pergi meninggalkan para satpam itu dengan muka penuh kemurkaan. Kini ia lebih memilih mencari keberadaan Alvaro nya sendiri, tanpa dibantu siapapun. Orang-orang jaman sekarang hanya melihat segala sesuatu dari luarnya saja, tanpa tahu kebenarannya seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvaro ✔ [COMPLETED]
Teen FictionSejak kematian orang tuanya, hidup Alvaro berubah drastis. Tekanan demi tekanan terus ia dapatkan selama hidup serumah dengan ketiga pamannya (Adrian, Raka, Ferrel). Hingga terpaksa membuatnya menjadi bad boy. Lambat laun keanehan mulai muncul di ke...