KRIIIING KRINGGG
Jam weker tiba-tiba berbunyi nyaring. Burung-burung pipit yang sebelumnya berkicauan di luar dengan riangnya langsung menghambur melarikan diri. Terlihat dari balik selimut tebal, seseorang tengah menggeliat tak tentu arah, mencari-cari keberadaan benda kecil berisik itu.
"Shit!"
Geraman itu membuat tubuhnya bangkit seraya mengerjapkan mata. Rambutnya terlihat seperti sarang burung wallet dan pandangannya masih mengabur. Tangannya meranggai-ranggai dan akhirnya berhasil mematikan jam weker tersebut.
Ia memandang sekitar, hari masih gelap namun mengapa jam wekernya sudah berbunyi. Segera, ia pun berdiri dan meraih jam wekernya.
Pukul 07.45
Perasaan gue tidur jam 2 pagi tapi kok bangunnya jam 8 malem?, batinnya kebingungan. Ia pun memutuskan untuk melangkah kearah gorden dan menyibakkannya.
WUSHH...
Seketika cahaya mentari pagi menyambutnya dengan kasar.
"F*ck!! Gue ketiduran!"
🍁🍁🍁🍁🍁
Setelah merias diri cukup lama akhirnya ia pun turun dari lantai 2 menuju dapur. Lagi-lagi hari ini Alvaro disambut 2 pemandangan yang tak mengenakkan.
"Siapa suruh kemarin beli daging bebek hah?! Gue kan nyuruh beli daging ayam!" tutur Ferrel penuh emosi sambil mengangkat daging bebek itu.
"Gue maunya daging bebek, bukan daging ayam" balas Raka tak kalah emosinya, sampai-sampai spatula yang tadinya diatas kompor kini berada di tangannya.
Disisi lain, Nayra justru duduk rileks diatas meja makan sambil menikmati roti bakar, seolah-olah kejadian ini tak pernah terjadi dan hanya sebuah ilusinya saja.
Buru-buru, Alvaro berlari kearah meja makan dan menyambar sepotong roti bakar di tangan Nayra. Langsung saja Nayra menoleh dengan kesal saat mengetahui roti bakar yang mau disantapnya hilang tak berbekas. Lantas Alvaro mengusap-usap rambut Nayra gemas dan berlari tergesa-gesa menuju garasi.
Ia menuntun keluar motor ninjanya selagi menghabiskan roti di mulutnya. Perkataan paman Raka benar, motornya benar-benar aman, malahan lebih kinclong daripada yang sebelumnya.
Dengan segera, Alvaro menggas motornya dan melaju membelah angin menuju sekolah.
🍁🍁🍁🍁🍁
Butuh waktu 7 menit untuk Alvaro meliuk-liuk di jalanan dan kini ia sampai di sekolahan tercintanya. Dengan segera, Alvaro memarkirkan motornya di salah satu tempat penitipan motor di sebrang jalan. Ia selalu menitipkan motornya disana karena kalau menitipkan di sekolah harus memiliki SIM terlebih dahulu, dan... Alvaro malas untuk mengurusnya.
Tempat parkir itu bersebelahan dengan sebuah warkop kecil-kecilan. Terkadang tak sedikit anak SMA lain yang membolos dan nongkrong di warkop tersebut demi mendapatkan WIFI gratis. Tak terkecuali Alvaro, dulu ia sering sekali bolos jam pelajaran dan nongkrong di warkop tersebut untuk ngopi, namun sekarang tidak lagi. Alvaro sudah insyaf.
Sambil melepas helm, Alvaro melirik kearah pergelangan tangannya. Sudah hampir pukul 8.
"Mampus gue" gerutu Alvaro mulai mempercepat gerakannya.
Namun, saat hendak melangkah keluar dari parkiran, seseorang tiba-tiba menghadangnya. Bukan, bukan seseorang, lebih tepatnya beberapa orang.
"Lo Alvaro kan?" salah seorang anak berteriak kearah Alvaro, namun tak ditanggapi.
"Dasar bocah songong, berani-beraninya lo mukulin adek gue hah?!" teriak seorang anak yang seragamnya terbuka sebagian. Alvaro yakin anak ini berasal dari SMA swasta sebelah sekolahnya.
Anak itu berjalan mendekat kearah Alvaro dan menatap tajam kearahnya. Ia mendorong kening Alvaro dan meludah tepat di kakinya.
"Minta maaf" ucap anak itu namun tak dihiraukan oleh Alvaro. Anak ini telah membuang waktu 2 menitnya terbuang sia-sia.
"Minta maaf!!"
Kini anak itu berteriak cukup keras sampai-sampai orang yang sedang santai ngopi di warkop menoleh kearah mereka berdua.
Alvaro pun menggapai lengan anak tersebut dan menguncinya di punggung.
"Hari ini gue gak mood berantem. Jadi jangan coba-coba mancing amarah gue" ancam Alvaro lalu melepas kunciannya. Ia pun melangkah acuh meninggalkan komplotan anak-anak tersebut yang kira-kira berjumlah 6 orang.
Mendengar ancaman Alvaro, anak-anak tersebut menjadi berang dan saling berbisik satu sama lain, menyiapkan rencana balas dendam.
"Tunggu aja lo" gumam anak tersebut lalu mengisyaratkan kelompoknya untuk pergi dari tempat parkir.
🍁🍁🍁🍁🍁
Melompati pagar belakang, Alvaro akhirnya berhasil menyusup kedalam sekolah. Untung saja daerah tersebut tidak dipasang CCTV, alhasil Alvaro bisa masuk dengan selamat.
Sambil berlari-lari kecil, Alvaro menyusuri koridor lantai satu. Sesekali dirinya bersembunyi diantara pot-pot besar kala melihat siswa atau guru yang kedapatan berlalu-lalang. Saat dirasa aman, dengan cepat Alvaro berlari kearah tangga menuju lantai 2, dimana ruang kelasnya berada.
"Kalau aja hari ini gak ada ulangan Fisika, gak bakalan deh gue masuk sekolah" rutuk Alvaro. Ia pun akhirnya sampai di depan kelasnya, tepat sebelum Pak Yitno keluar dari ruangannya sambil menenteng tumpukan kertas ulangan hendak menuju kelas Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvaro ✔ [COMPLETED]
Teen FictionSejak kematian orang tuanya, hidup Alvaro berubah drastis. Tekanan demi tekanan terus ia dapatkan selama hidup serumah dengan ketiga pamannya (Adrian, Raka, Ferrel). Hingga terpaksa membuatnya menjadi bad boy. Lambat laun keanehan mulai muncul di ke...