[16] Maafkan abang, Nayra

3.5K 253 2
                                    

"Mau kemana kamu?" tanya Raka bingung saat Alvaro melangkah berlawanan dari langkahnya. Anak itu berbalik dan berjalan menuju arah dimana taman kota berada.

"Ngambil motor" jawab Alvaro. Raka pun segera berlari mencegahnya.

"Tenang aja, udah paman urus" Raka pun menarik lengan Alvaro masuk ke dalam mobil "sekarang kita harus pulang. Kasian bang Ferrel nungguin di rumah"

KLAK

Pintu mobil pun tertutup. Raka  segera menyalakan mesin mobil dan memundurkannya dari tempat parkir. Sesekali dirinya memandang siluet Alvaro dari kaca mobil kecil diatasnya. Keponakannya yang satu itu terlihat sangat kelelahan dan lusuh.

Selama perjalanan pulang, keduanya masih bungkam. Diantara Raka dan Alvaro tak ada yang berniat untuk membuka percakapan. Padahal, sepuluh menit yang lalu Raka sangat bahagia bertemu dengan Alvaro, bahkan sampai memeluknya erat.

"Kenapa kamu bisa sampai babak belur seperti itu?" tanya Raka. Akhirnya ia memberanikan dirinya untuk bertanya pada Alvaro.

"Ceritanya panjang" jawab Alvaro singkat. Wajahnya masih berpangku tangan di jendela mobil. Memandangi puluhan cahaya temaram lampu-lampu jalan.

Raka yang mendengarnya hanya bisa menghela napas sambil sesekali melirik Alvaro. Ia tak kuasa melihat kondisi keponakannya saat ini : pipi lebam, bibir berdarah, dan seragam sekolah yang sangat kotor. Hal itu mengingatkannya pada seseorang dari masa lalu. Sayangnya Raka lupa siapa orang yang ia pikirkan itu.

Disisi lain, suasana hati Alvaro saat ini sedang bercampur aduk. Inginkan dirinya jujur kepada paman Raka bahwa Nayra hilang gara-gara ia teledor untuk menjemputnya pulang. Alvaro tak bisa melihat bagaimana ekspresi paman Raka nantinya jikalau mengetahui bahwa sepupu kecil tersayangnya hilang entah kemana.

30 menit perjalanan, akhirnya mereka berdua sampai di depan gerbang rumah. Raka turun duluan dan membukakan pintu untuk Alvaro. Terlihat Alvaro yang turun dengan raut muka lesu dan seakan-akan seluruh kakinya lemas. Bukan karena usai berkelahi, melainkan ia tak sanggup melihat paman Ferrel untuk saat ini. Alvaro belum siap.

Tepat dibelakang Alvaro, Raka sibuk mengeluarkan tas sekolah Alvaro dan tas koper kerjanya. Ia terkejut kala melihat Alvaro yang tiba-tiba terdiam mematung di teras pintu. Entah apa yang sedang dipikirkan keponakannya itu, Raka tak tahu. Segera, dirinya berjalan melewati Alvaro dan membuka pintu rumah.

CKLEK

Pintu terbuka perlahan. Bagi Alvaro, suara deritan pintu di depannya sekarang ini jauh lebih menyeramkan ketimbang suara deritan pintu di film-film horror.

Dan benar saja, Ferrel sudah menyambut mereka berdua dengan duduk diatas sofa sambil menangkupkan kedua tangannya.

Jantung Alvaro saat ini tengah berdegup kencang dari biasanya. Ia bingung harus bilang apa pada paman Ferrel. Nayra hilang. Nayra diculik. Nayra--

BUGH

Tiba-tiba sebuah pukulan mendarat di wajah Alvaro, membuat dirinya limbung seketika dan terjatuh ke lantai. Raka yang melihat hal itu sontak menjatuhkan tas di tangannya dan memilih menenangkan Ferrel dengan berbicara empat mata.

Terlihat darah segar mengalir di sudut bibir Alvaro. Tak cuma itu, hidungnya juga ikut-ikutan berdarah. Pukulan paman Ferrel terlalu keras untuknya.

Hingga dari balik tangga terlihat sosok siluet seorang anak kecil tengah berlari menuju Alvaro. Nayra ternyata. Gadis itu langsung melompat menindihi Alvaro dan memeluk dada bidangnya.

"Babang Varo kemana aja? Nayra kangen. Nayra takut babang Varo gak pulang-pulang" ucap Nayra polos sambil memainkan kancing seragam Alvaro.

Alvaro yang mendengarnya hanya bisa tertawa geli lalu mencium kedua pipi Nayra gemas. Ia sangat bersyukur saat mengetahui Nayra pulang dengan selamat dan tak terjadi sesuatu dengannya.

Dengan semangat, Nayra melompat berdiri dan menarik salah satu lengan Alvaro untuk membantunya bangkit. Sempat Alvaro meringis kesakitan saat Nayra menarik lengan yang salah, lengan dimana ia terluka akibat pukulan balok kayu.

Alvaro pun masuk ke dalam kamarnya setelah amarah paman Ferrel mereda. Satu persatu kain pakaian di tubuhnya ia tanggalkan dan kini menyisakan tubuh bidangnya dengan bercelanakan boxer hitam.

Sambil bercermin, Alvaro melihat bahu dan tulang belikatnya yang bengkak dan kebiru-biruan akibat pukulan keras anak berandalan tadi. Perlahan, Alvaro mencoba menggerak-gerakkannya walaupun sambil sesekali menahan sakit.

Ia pun menatap kembali dirinya di depan cermin. Kini gantian hidungnya yang tiba-tiba mengeluarkan darah. Segera Alvaro menyekanya dengan tisu diatas nakas. Diliriknya jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Buru-buru Alvaro mengenakkan baju tidurnya sebelum ketiga pamannya mulai berkoar-koar tak lama lagi, nonton bola.

Alvaro ✔ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang