KLAK
Ferrel membanting HP di tangannya dengan penuh emosi. Kedua tangannya terlihat mengepal sangat kuat. Amarahnya saat ini telah meledak, dan tak ada seorang pun yang bisa menghentikannya kali ini.
BRAK
Ferrel memukul meja di depannya begitu keras. Napasnya terengah-engah, seperti seseorang yang berusaha menahan ledakan emosi dalam dirinya. Mata Ferrel menatap tajam pantulan siluet dirinya dari layar TV di depannya.
"Nayra... dimana kamu nak?" Ferrel berujar dalam amarahnya. Ia berusaha sangat keras agar amarah itu tidak keluar dari dalam tubuhnya.
Sudah hampir pukul 10 malam namun Alvaro dan Nayra tak kunjung pulang juga. Ferrel khawatir bila terjadi sesuatu pada anaknya. Ia tak mau insiden penculikan ibu Nayra 2 tahun lalu terulang kembali.
Sejenak, dari layar TV terlihat seseorang tengah berjalan mendekati Ferrel dari arah belakang. Langsung saja Ferrel menoleh dan mendapati Raka yang sedang menundukkan kepalanya takut. Tanpa basa-basi, Ferrel langsung menyerbu kearah Raka dan mencengkeram kedua pundaknya.
"Kenapa lo biarin si Alvaro itu yang njemput Nayra?! Lo kan tau sendiri Alvaro tuh anaknya kayak gimana! Kenapa masih lo biarin aja hah?!" teriak Ferrel sambil mengguncangkan tubuh Raka berulang kali. Tak terasa sebulir bening menetes di pipi Ferrel.
"Gue gak mau Nayra jadi korban. Udah cukup istri gue aja yang jadi korban gara-gara kesalahan kita bertiga dulu" ujar Ferrel terbata-bata. Lututnya kini lemas dan napasnya kembali berhembus tak beraturan.
Raka yang melihat kondisi terpuruk kakak laki-lakinya ini pun hanya bisa diam mematung kaku sambil sesekali menangis. Ia tak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk sekedar membangunkan Ferrel yang kini bersimpuh tak berdaya di depan kakinya.
"M-Maafin gue bang... gue emang adik yang gak berguna" ujar Raka parau lalu memeluk tubuh Ferrel yang masih terbalut setelan jas kerja. Semenjak insiden yang menimpa istri abangnya, sifat Ferrel menjadi berubah drastis dan sedikit kasar terhadap orang-orang terdekatnya. Terutama Alvaro.
CKLEK
Terdengar suara pintu depan terbuka. Cepat-cepat Raka dan Ferrel berlari kearah ruang tamu. Mereka berdua amat terkejut saat melihat Nayra berdiri sambil tersenyum di hadapan mereka berdua. Langsung saja, tanpa basa-basi Ferrel menghambur memeluk Nayra dan menggendongnya, sesekali ia mencium keningnya.
Raka yang terlihat gembira saat mengetahui Nayra pulang dengan selamat seketika ikut memeluk mereka berdua. Namun, sesuatu yang aneh seketika membuat Raka terkejut dan segera mengurai pelukannya.
"Kok Nayra pulang sendirian?" tanya Raka kebingungan "Dimana babang Varo?" Ia mulai mengecek teras depan rumah, mungkin saja Alvaro sedang bersembunyi disana. Namun ternyata hasilnya nihil.
Nayra yang tadinya tersenyum bahagia kini langsung cemberut saat mendengar nama 'Alvaro' diucapkan oleh pamannya. Tangannya bersedekap dan kedua alisnya saling bertautan. Membuat Ferrel yang sedang menggendongnya mulai memberikan tatapan panik.
"Babang Varo nakal. Babang Varo nggak jemput Nayra tadi. Nayra pulang sendiri" ujar Nayra kesal. Membuat Raka terkejut seketika.
"A-Apa?!"
Ferrel yang menyadari reaksi Raka segera menurunkan Nayra dari gendongannya "Trus Nayra tadi pulang sama siapa?" tanyanya.
"Sama om-om ganteng yang beliin Nayra es krim dan nganterin Nayra pulang pake mobil" jawab Nayra polos.
Raka pun semakin dibuat panik. Bukan karena Nayra yang diantar pulang oleh orang asing, melainkan dimanakah keberadaan Alvaro sekarang ini, mengingat Alvaro yang berkali-kali tak menjawab panggilan darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvaro ✔ [COMPLETED]
Ficção AdolescenteSejak kematian orang tuanya, hidup Alvaro berubah drastis. Tekanan demi tekanan terus ia dapatkan selama hidup serumah dengan ketiga pamannya (Adrian, Raka, Ferrel). Hingga terpaksa membuatnya menjadi bad boy. Lambat laun keanehan mulai muncul di ke...