[33] Pembalasan Dendam

3K 199 0
                                    

Kini mobil Cecil telah sampai di halaman depan rumah Alvaro. Sejenak Cecil melirik kearah Alvaro yang duduk disampingnya. Terlihat sangat jelas kesedihan dan perasaan penuh balas dendam tersirat di wajah Alvaro. Bahkan selama perjalanan, lelaki itu terus tertunduk, tak memperdulikan sekitarnya.

Cecil pun merogoh dashboard mobilnya dan mengambil sebuah pistol, lalu memberikannya pada Alvaro. Sejenak, Alvaro menatap ragu pistol yang kini berada di tangannya.

"Aku.. tak bisa melakukannya" Alvaro menggumam pelan, dengan suara serak parau dan wajah berpaling. Membuat Cecil segera mendecih kesal.

"Dasar pengecut! Kau selalu saja meratapi penderitaanmu sendiri. Sia-sia saja kedua orangtuamu mengorbankan nyawa untukmu!"

Cecil mulai mendongakkan kepala Alvaro kasar. Menatap kedua manik mata cokelat itu tajam.

"Nyawa harus dibayar dengan nyawa. Kau ingat itu, Alvaro!"

Alvaro pun kembali tertunduk. Perasaannya kini bercampur aduk, setelah semua penderitaan yang selama ini ia rasakan. Alvaro tak ingin kedua orang tuanya mati secara tidak adil. Cecil benar, harus ada yang membayar semua ini.

Disisi lain, Cecil terlihat menyeringai puas saat melihat Alvaro yang polos kini berubah menjadi bengis, seperti dirinya. Tak sia-sia Cecil menunggu bertahun-tahun demi momen ini. Sebentar lagi, dendam kakaknya akan terbalaskan.

Nampak Alvaro keluar dari mobil dan mulai memasuki rumahnya dengan tatapan penuh dendam. Pistol telah ia sembunyikan kedalam saku.

"Kalian harus membayar semua ini"

Alvaro pun mendobrak pintu di depannya dan mendapati sosok Ferrel yang tengah mencuci piring di dapur, bersama Nayra yang sedang melahap sepotong roti bakar di meja makan. Perlahan Ferrel menoleh dan terkejut mendapati sosok Alvaro yang tengah berdiri menatapnya tajam. Ferrel bingung, apa yang sebenarnya merasuki keponakannya itu.

"Kemana saja kau? Kemarilah, paman sudah membuatkan makanan kesu--"

DOR

Belum sempat Ferrel melanjutkan kalimatnya, sebuah peluru sukses menembus perut Ferrel. Nayra yang menyaksikan kejadian itu seketika menjerit ketakutan.

Masih dengan tatapan berkabut amarah, kini Alvaro justru mengarahkan pistol itu kearah Nayra. Gadis kecil itu sejenak terpejam ketakutan sambil sesekali terisak.

"Babang varo..." Nayra mulai menangis tersedu-sedu, "A-Ayah.."

Belum sempat pelatuk pistol itu tertarik, Raka tiba-tiba datang dan menghentikan Alvaro dengan mengunci tubuhnya dari belakang.

"AL! SADAR!! MEREKA KELUARGAMU!"

Raka berteriak sambil menahan Alvaro yang berontak. Alvaro mulai menyikut Raka hingga terjatuh ke atas lantai. Kini pistol di tangan Alvaro beralih tertodong kearah Raka.

"Kalian pembunuh... KALIAN PEMBUNUH IBUKU!!"

BUGH

Seketika Adrian melayangkan pukulan kearah Alvaro. Membuat lelaki itu tersungkur keatas lantai. Adrian pun menginjak keras lengan Alvaro dan menendang pistol itu jauh-jauh. Sejenak Alvaro mengerang kesakitan ketika merasakan lengannya yang retak.

Tak membiarkan Alvaro lengah, Adrian pun menduduki tubuh Alvaro lalu memukulinya berkali-kali diatas lantai.

"KAU BENAR-BENAR SUDAH GILA!! MEREKA PAMANMU! MEREKA KELUARGAMU! KEPONAKAN MACAM APA KAU INI!!"

Adrian terus memukuli Alvaro hingga babak belur dan berdarah hebat. Ia pun berhenti saat melihat Alvaro yang terpejam lemas sambil merintih kesakitan.

Sejenak Alvaro menatap Adrian pasrah, kemudian menatap Raka dan Nayra yang berteriak menangis di depan Ferrel yang terkulai lemas menahan pendarahan di perutnya.

"Aku... benar-benar sudah gila" air mata mulai menetes di kedua pelupuk mata Alvaro, "Aku.. pembunuh"

Adrian spontan meninggalkan Alvaro dan beralih menolong Ferrel yang mulai kehabisan darah. Raka juga berlari kearah Ferrel dan mencoba membangunkan pria yang hampir kehilangan kesadaran itu.

Sementara Alvaro masih menatap kedua tangannya dengan gemetar. "Aku seorang.. pembunuh"

Alvaro pun bangkit dan berlari tertatih-tatih keluar dari rumah. Lelaki itu berlari menjauh tanpa arah. Sementara itu, Cecil tersenyum puas melihat keadaan Alvaro yang sudah benar-benar hancur sekarang. Rencananya telah berhasil.

Dengan tertawa bengis, Cecil mulai menghidupkan mesin mobilnya. Urusannya disini telah selesai. Namun siapa sangka, sebuah mobil menghadang mobil Cecil tepat sebelum ia berhasil melarikan diri. Terlihat Davino dan Alex keluar dari dalam mobil dan berjalan menuju kearahnya. Tanpa basa-basi Davino langsung menggeret Cecil keluar dari mobil.

"Apa yang telah kau lakukan pada anak itu?!" Davino mendesis sambil mencekik leher Cecil kasar.

Cecil tertawa puas, "Rencanaku telah berhasil... tunggulah kabar kematian anak itu sebentar lagi. Anak itu sudah kubuat hancur Takkan ada lagi 'Alvaro' kedua"

Davino terlihat menggeram menahan emosi. Cecil sejenak menghela napasnya.

"Sekarang tersisa dirimu saja. Hahaha!! Bukan suatu hal yang sulit, aku bisa membunuhmu kapanpun aku mau" ujar Cecil lalu mengelus dagu Davino. Lelaki itu seketika menepis tangan Cecil.

"Kau benar-benar wanita gila! Jangan harap kau bisa menyentuhku!"

"Ah.. terserahmu saja" Cecil mulai terkekeh bahagia, "Yang penting sekarang keluarga Ici benar-benar musnah. Hilang tuk selama-lamanya. Dendam kakakku akhirnya terbayarkan"

Tak ingin membuang waktu dengan wanita gila ini, Davino segera menyuruh Alex untuk memborgol Cecil dan membawanya ke kantor polisi.

"Maafkan aku Ci, aku benar-benar terlambat" gumam Davino pelan, lalu memutuskan untuk berlari menyusul Alvaro. Berharap lelaki itu masih belum pergi terlalu jauh.

Alvaro ✔ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang