KRIIIIIING KRIIIIING
"Oh shit, shit, SHIT!" Alvaro tergopoh-gopoh bangkit dari tempat tidurnya. Diraihnya cepat-cepat ponsel yang berdering diatas nakas meja.
"H-Halo?" sapa Alvaro dalam telepon.
"ALVARO!! SUDAH BERAPA KALI IBU BILANG JANGAN TERLAMBAT LAGI! KAMU DIMANA SEKARANG?! CEPAT, KE SEKOLAH SEKARANG!"
Tut~
Telepon terputus tiba-tiba. Alvaro segera memasang ekspresi bingung. Diliriknya jam weker tepat di samping ponselnya. Masih pukul 7 kurang sepuluh menit. Tak ada yang harus ia khawatirkan. Malahan, hari ini ia bangun sepuluh menit lebih awal dari biasanya.
"Yang sekolah siapa yang repot siapa. Ck, ck" dumel Alvaro lalu menyibakkan selimut ditubuhnya dan berjalan menuju kamar mandi di pojok ruangan.
5 menit Alvaro gunakan untuk membersihkan diri dan berdandan ganteng ala model victoria secret. Tak lupa ia oleskan pomade yang dibelinya dari olshop terpercaya ke seluruh rambutnya. Terlihat cahaya kecil terpancar dari setiap ujung rambut Alvaro.
"You're so handsome man"
Alvaro mengedipkan matanya di depan kaca dan buru-buru memakai jaket kesayanganya yang tegantung di balik pintu. Ia berjalan keluar dari kamar dan menuruni tiap anak tangga sambil sesekali menguap ngantuk.
"Ayaaaah... sepatu pink kupu-kupu Nayra manaaaa?"
Terdengar teriakan Nayra--anak dari bang Ferrel sekaligus sepupu kecil Alvaro--yang tengah sibuk mondar-mandir di lantai bawah. Melihat hal tersebut, Alvaro segera mendesis memanggil Nayra.
"Pssst!! Nay! Nayra!" panggil Alvaro sambil menengok kearah bawah dari anak tangga.
Terlihat Nayra mendongak dan memasang wajah datar dihadapan Alvaro.
"Apa?" jawabnya cemberut
"Gak papa, cuman manggil doang. Gak jadi" ujar Alvaro sambil terkekeh geli.
"Dasar aneh"
Nayra pun melanjutkan langkahnya lagi dan tetap sibuk memanggil ayahnya yang tak kunjung keluar dari kamarnya. Alvaro pun hanya bisa menatap gadis itu dengan tatapan nanar, lalu melangkah menuruni anak tangga dengan lesu.
Ya, seperti biasa, tak ada senyuman hangat selamat pagi yang dulu biasanya selalu mengawali hari-hari Alvaro, sebelum ayah dan ibunya meninggal.
CKLEK
Alvaro membuka pintu depan dengan lesu, lalu menutupnya perlahan agar orang-orang di dalam rumah tak mengetahuinya bila dirinya terlambat masuk sekolah. Dan ya... Alvaro memang mengharapkan hal itu terjadi.
GREEEK... GREEEK
Alvaro mendorong pintu pagar rumah dan menuntun motor ninjanya keluar dari garasi. Di staternya motor tersebut sebentar untuk sekedar memanasi mesin.
Alvaro memakai helm merah milik ayahnya. Dilajukan motor tersebut dengan kecepatan tinggi, mengarungi jalanan komplek perumahan yang masih terlihat sepi karena guyuran hujan badai semalam
🍁🍁🍁🍁🍁
"Semua sudah siap?"
"Sudah pak"
"Baiklah, angkat barang-barang saya keatas mobil sekarang"
Davino mengeluarkan kunci mobilnya dari dalam saku lalu memberikannya ke asisten pribadinya. Seluruh barang persiapan telah ia siapkan sejak tadi malam, dengan dibantu Cecil yang sengaja berkunjung ke apartement seperti biasa.
"Dengar ya sayang, pokoknya disana kamu nggak boleh ke tempat yang aneh-aneh. Kamu harus tetep stay di hotel bila gak ada meeting. 2 jam sekali kamu harus telepon aku. Oke?" Cecil menyodorkan jari kelingkingnya di hadapan Davino, meminta agar lelaki itu menyetujui permintaannya.
Seperti biasa, Davino tak akan bisa menolak. Dikaitkannya jari kelingking Cecil dengan jari kelingking miliknya, lalu tersenyum kecil menyanggupi. Cecil pun dengan spontan memeluk Davino posesif dan berbisik di telinganya.
"Satu lagi, pokoknya kamu nggak boleh percaya sama siapapun disana. Sekalipun orang itu ngaku-ngaku mengenalmu. Paham?" titah Cecil.
Davino pun mengangguk dan mengurai pelukan Cecil karena jadwal keberangkatannya tinggal 1 jam lagi. Ia pun menggamit koper kecil di sampingnya lalu berjalan keluar dari apartement. Tak lupa ia melambaikan tangan kearah Cecil dan meminta agar perempuan tersebut berhati-hati selama dirinya tak ada disampingnya.
"I will miss you" lirih Davino sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan apartement di depannya.
🍁🍁🍁🍁🍁
PLAK
Sebuah benda dipukulkan dengan keras kearah salah satu bangku.
Alvaro seketika terjingkat kaget, karena belum sempat ia membuka sepenuhnya pintu kelasnya, Bu Fenny sudah berkacak pinggang dihadapannya. Seolah-olah perempuan berumur 46 tahun itu mewanti-wanti kehadiran Alvaro.
"Ck, ck, ck..." Bu Fenny menggeleng-geleng berat "Dari sekian banyak siswa yang terlambat, kamu yang paling parah. Lihat! Sudah jam berapa sekarang?!"
Bu Fenny mengetuk-ngetukkan penggaris besi ke pergelangan tangan Alvaro. Dengan santainya, Alvaro memperlihatkan jam tangannya pada Bu Fenny.
"Sekarang jam setengah delapan bu. Jadi--"
"Jadi kamu terlambat setengah jam!! Murid macam apa kamu!" omel Bu Fenny berapi-api.
Alvaro mencebik sejenak, lalu berjalan kearah papan jadwal di sampingnya "Sekarang jam setengah delapan bu. Jadiiiiii, ibuku sayang... waktu pelajaran ibu sudah habis."
Bu Fenny terjingkat kaget sebentar "O-Oh. Benarkah?!" Beliau pun mengecek jadwal yang ditunjuk Alvaro.
"Maafkan ibu. Ibu lupa" Bu Fenny membenarkan kacamatanya dengan gugup "Tapi kamu, Alvaro!! Kamu tetap datang terlambat dan temui ibu di ruang BK nanti!!"
Bu Fenny pun berjalan angkuh menggamit tasnya di ujung ruangan lalu melangkah keluar dari kelas XI-5 ini. Ditatapnya sekali lagi para murid-muridnya yang hanya bisa memasang wajah muka tegang selama pelajaran BK ini.
"Selamat siang!"
"Selamat pagi bu! Dadah buuu!"
BRAK
Bu Fenny membanting pintu kelas ini begitu keras. Sejenak, keadaan kembali sunyi senyap layaknya kuburan. Hanya ada adu tatap tajam antara mata Alvaro dan 29 mata teman-temannya.
"CIEEE!! YANG TAMBAH TUAA!! HBD VAROOO!" teriak salah seorang perempuan di ujung ruangan. Seketika seluruh siswi di kelas ini berlarian mengerubungi Alvaro dan memberikan sekotak kado untuk laki-laki yang dicap oleh siswi-siswi di sekolah ini sebagai most wanted paling tampan dan berpengaruh pada anjloknya nilai kedisiplinan di sekolah ini.
Seketika Alvaro menaikkan kedua alisnya bingung.
Umur gue udah berapa ya? Sampe lupa gara-gara ulang tahun terus tiap dateng telat ke kelas ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvaro ✔ [COMPLETED]
Teen FictionSejak kematian orang tuanya, hidup Alvaro berubah drastis. Tekanan demi tekanan terus ia dapatkan selama hidup serumah dengan ketiga pamannya (Adrian, Raka, Ferrel). Hingga terpaksa membuatnya menjadi bad boy. Lambat laun keanehan mulai muncul di ke...