Alvaro terus berlari tak tentu arah. Tubuhnya serasa bergetar, rasa sakit seolah mati rasa di tubuhnya. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah dia telah membunuh pamannya, Ferrel.
"Aku pembunuh... aku telah membunuh pamanku" Alvaro terus menggumam selagi menatap kedua tangannya. Tak ia sangka iblis telah mengendalikan tubuhnya, hingga melakukan perbuatan sekeji itu pada pamannya.
Sejenak Alvaro berlutut dan mencengkeram wajahnya kesal. Tak peduli rasa sakit akibat memar di wajahnya, Alvaro terus berteriak, menyesali perbuatan yang telah ia lakukan. Apalagi mengingat wajah Nayra yang sangat ketakutan ketika melihat kebengisan dirinya tadi.
"Kau bodoh Alvaro! Benar-benar bodoh!!"
Alvaro memukul kepalanya berulang-kali. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan, paman-pamannnya pasti sudah sangat membencinya sekarang. Alvaro tak tahu lagi harus tinggal dimana kalau paman Adrian benar-benar mengusirnya dari rumah nanti.
"ALVARO!!"
Sebuah suara terdengar memanggil nama Alvaro dari kejauhan, namun ia tak bisa melihat dengan jelas siapa orang itu. Yang jelas... Alvaro tak mau lagi berurusan dengan orang asing, seperti yang dilakukan Cecil dengan segala hasutan yang berhasil membangunkan iblis dalam dirinya. Alvaro tak mau memberikan kesialan yang sama pada orang disekitarnya lagi, sudah cukup paman Ferrel saja yang menjadi korban.
Akhirnya dengan segala pertimbangan, Alvaro pun mempercepat langkahnya menjauh. Tak terasa kini ia berada di sebrang jalan raya yang cukup ramai kendaraan berkecepatan tinggi. Alvaro terus berlari ke tengah jalan raya hingga tanpa sadar sebuah mobil melaju kencang kearahnya.
TIIIIIIIIIIINNN
BRAAKK
Mobil tersebut menabrak tubuh Alvaro sangat keras. Seketika tubuh Alvaro terpental cukup jauh lalu tergeletak lemas diatas aspal. Terlihat darah mulai mengucur deras dari kepalanya. Mobil yang menabrak Alvaro tadi kabur, meninggalkan Alvaro yang sekarat sendirian. Dengan napas tersengal-sengal, dan tubuh yang lemas kehabisan darah, Alvaro berusaha menjaga kesadarannya sambil menatap sayu langit mendung diatasnya.
"Beginikah rasa sakit yang kalian rasakan waktu kecelakaan itu?"
Alvaro meringis kesakitan, kemudian sejenak tersenyum kecil, "Terima kasih telah mempertaruhkan nyawa untuk membuatku hidup selama ini, ayah... ibu..."
Tes. Sebulir air mata jatuh membasahi pipi Alvaro. Perlahan kesadarannya hilang dan kini matanya terpejam sempurna diiringi dengan gerimis yang mulai turun membasahi tubuhnya.
🍁🍁🍁🍁🍁
Davino mempercepat langkahnya kala mendengar suara benturan yang begitu keras dari kejauhan. Pikirannya sudah memikirkan yang tidak-tidak, apalagi sosok Alvaro yang tidak menyahuti teriakannya tadi.
Rintik hujan yang semakin deras mulai memperlambat langkah Davino. Jalanan semakin tak terlihat, hanya ada sorot lampu dari kendaraan yang berlalu lalang.
"ALVARO!!"
Kembali Davino berteriak, walau hanya suara derasnya hujan yang terdengar. Terlihat samar-samar sosok tubuh tergeletak di pinggir jalan. Davino pun berlari menghampiri.
Betapa terkejutnya Davino saat melihat tubuh Alvaro tergeletak tak berdaya dan bersimbah darah. Sejenak Davino tertunduk dan memandangi tubuh itu penuh penyesalan.
"Aku terlambat Ci... aku terlambat. Maafkan aku"
Davino langsung memeluk tubuh Alvaro dan membawa ke pangkuannya. Tak terasa air mata mulai membasahi pipi Davino, ia telah mengulangi kesalahan yang sama lagi. Sejenak Davino mengusap puncak kepala Alvaro, berharap kedua mata itu terbuka untuknya. Davino ingin meminta maaf atas semua yang terjadi pada Alvaro. Ia merasa bersalah karena telah membuat Alvaro merasakan semua penderitaan ini, sendirian.
Merasa jantung Alvaro masih berdetak, Davino pun bangkit dan membopong tubuh Alvaro. Ia berteriak meminta pertolongan, namun tak ada satupun kendaraan yang berhenti. Tak kuasa melihat Alvaro yang sekarat, Davino pun memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Tak peduli derasnya hujan atau dinginnya hembusan angin, Davino tetap berlari menggendong Alvaro di punggungnya. Berharap Tuhan masih memberikan waktu untuk lelaki ini bernapas.
"Kumohon bertahanlah Alvaro... jangan buat aku mengulang kesalahan yang sama dua kali"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvaro ✔ [COMPLETED]
Fiksi RemajaSejak kematian orang tuanya, hidup Alvaro berubah drastis. Tekanan demi tekanan terus ia dapatkan selama hidup serumah dengan ketiga pamannya (Adrian, Raka, Ferrel). Hingga terpaksa membuatnya menjadi bad boy. Lambat laun keanehan mulai muncul di ke...