"K-Kamu Alvaro Fernandes temen SMA nya Ici dulu kan?!"
Davino menatap Raka bingung sambil tersenyum "Maaf... sepertinya anda salah orang"
Raka pun mengeplak kepala Davino "Prank lo lumayan juga ya Al. Lo kan udah lama mati. Masa iya lo reinkarnasi lagi. Sumpah lucu banget, gue diprank sama bocah ingusan kayak lo" ujar Raka kemudian tertawa terbahak-bahak.
Sementara Davino hanya melihat Raka dengan tatapan aneh. Gak waras nih orang, batinnya.
Melihat tuannya dikeplak sama Raka, Alex pun melangkah mendekati Raka dan menodongkan pistol kearahnya. Kontan hal itu membuat Raka terkejut seraya mengangkat kedua tangannya.
"Sekali lagi tangan anda menyentuh tuan Davino... jangan harap anda bisa bangun besok" ancam Alex, membuat Davino seketika merebut pistol itu dari tangannya secara paksa.
"Be nicely Alex. Aku gak mau terlibat lagi ketika kau membuat masalah"
Davino pun menyimpan pistol tersebut kedalam saku, Alex seketika menunduk dan melangkah mundur di belakang Davino. Berharap Davino memaafkan kesalahannya kali ini.
"Tuh rasain! Dimarahin bos lu kan jadinya. Pake main nodong pistol ke orang tua segala. Kualat, gue kapokin lo ntar" Raka mengejek Alex sambil menjulurkan lidahnya. Alex yang melihatnya hanya bisa diam sambil mengerlingkan mata kesal.
"Om Alex mau nembak paman Raka? Om Alex polisi ya? Kata Irpan orang yang megang pistol itu pasti polisi kalo nggak penjahat," ujar Nayra polos. Kemudian Davino berjongkok menatap Nayra.
"Om Alex bukan polisi, juga bukan penjahat. Om Alex itu bodyguard, orang yang menjaga paman." Davino mengelus rambut Nayra.
Raka yang melihat kedekatan mereka berdua segera berdehem dan menyuruh Nayra untuk masuk kedalam rumah. Kini hanya tersisa mereka bertiga dalam kesunyian malam.
"Emangnya di dalem kubur panas ya Al? Sampe-sampe lo bangkit hidup lagi" Raka menggoda Davino. Membuat Alex sangat ingin menghajar mulut Raka namun dicegah oleh Davino.
"Sepertinya anda butuh dokter" Davino merapikan jas kemejanya "Oh ya satu lagi, nama saya Davino. DAVINO. Bukan Alvaro atau entah apa itu"
Davino dan Alex pun melenggang pergi. Raka tiba-tiba meraih tangan Davino sehingga lelaki itu terpaksa menghentikan langkahnya.
"SMA Cakrawala. Ici. Arkan. Lo bahkan gak inget semua itu Al?!"
Seketika Davino memegang kepalanya dan melepaskan cengkraman Raka. Entah kenapa kepalanya terasa sangat sakit. Sakit yang sama ketika ia berada di hotel tempo lalu.
Alex yang melihat tuannya kesakitan segera membopong Davino menuju mobil dengan tergesa-gesa. Meninggalkan Raka yang termenung sedih dalam kegelapan.
🍁🍁🍁🍁🍁
Alvaro telah sampai di tempat yang ia tuju, gedung olahraga di jalan yarta. Terlihat dari luar gedung itu sangat sepi. Mungkin karena sudah malam.
Alvaro pun memarkirkan motornya dan berlari masuk ke gedung tersebut. Suara gema langkah kaki Alvaro di sepanjang koridor gedung seakan menemani kesunyian yang ada. Hingga sampailah Alvaro di lapangan tengah gedung. Sangat sepi, gelap, dan juga lembab.
Sejenak Alvaro melihat sekeliling, bangku-bangku penonton yang berantakan, tembok yang dipenuhi lukisan mural, dan juga beberapa kayu berserakan di lantai yang berasal dari reruntuhan atap. Alvaro mencari-cari dimana keberadaan anak itu, katanya ia ingin Alvaro untuk menemuinya di gedung ini. Namun ternyata? Gedung ini benar-benar kosong.
Mereka yang main-main ato gue yang salah alamat, batin Alvaro sedikit kesal. Ia pun menendang sebuah bola tenis lama di depannya ke sembarang arah.
DUAG
Bola itu sepertinya mengenai sebuah pintu. Pintu yang terbuat dari kayu triplek, karena suara yang ditimbulkannya sangat keras.
PLANG
Lampu di seluruh gedung tiba-tiba menyala. Alvaro terkejut tatkala gerombolan preman sudah mengepungnya di belakang, mengahalangi satu-satunya pintu keluar.
Alvaro menatap satu-persatu preman sok jago itu dengan tatapan dingin "Oh... ternyata bocah ingusan doang yang nakutin gue. Sok jadi preman lo semua"
Alvaro meludah, dan tak sengaja mengenai salah satu kaki preman tersebut. Seketika saja preman itu menghajar Alvaro hingga ia limbung ke lantai. Terlihat sebulir darah mengalir di bibir Alvaro. Ia pun langsung menyekanya dan bangkit berdiri lagi.
"Lumayan lumayan... skill lo lumayan. Tapi buat bocah seumuran lo, bukan buat gue!"
Alvaro pun balik menghajar preman tersebut. Preman itu langsung terpental ke belakang dengan keras. Kontan pukulan Alvaro memancing preman lain untuk mengeroyoknya. Terlihat 10 preman sedang mengeroyok Alvaro sekarang. Beberapa preman lain juga menggunakan kayu dan batu untuk menghajar Alvaro. Alhasil, belum semenit Alvaro sudah terkapar di lantai dengan tubuh penuh luka. 10 lawan 1 rasanya sangat tidak adil.
"Sudah menyerah rupanya?" suara seseorang terdengar dari kejauhan diiringi langkah kaki yang mendekat kearah Alvaro. Alvaro pun berusaha keras memfokuskan pandangannya sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
"Fuck!! Kembaliin Nayra!!" teriak Alvaro. Laki-laki itu pun berjongkok dan menekan pipi Alvaro ke lantai dengan sepatunya. Membuat Alvaro semakin emosi.
"Bangsat! Singkirin kaki lo dari muka gue!" Alvaro bangkit lalu mencengkeram leher laki-laki itu "Mati lo abis ini!"
Alvaro pun menendang laki-laki itu hingga jatuh tersungkur ke lantai. Dua orang preman segera menahan tangan Alvaro dan menendang kakinya untuk berlutut. Sedangkan preman yang lain membantu laki-laki itu untuk bangkit berdiri lagi.
"Tenang aja... gak perlu buru-buru. Orang suruhan gue sebentar lagi juga dateng kok bawa 'jasad' Nayra lo" ujar laki-laki itu sambil mengibas-ngibaskan bajunya.
"Apa yang udah lo lakuin ke Nayra?!" Alvaro menunduk dan menggeram penuh amarah ketika mendengar kata 'jasad' dari mulut laki-laki itu. Laki-laki itu justru terkekeh dan mendongakkan kepala Alvaro menggunakan kayu.
"Kita liat aja ntar... apakah Nayra lo udah jadi sandwich? Ato daging cincang?"
"FUUUCK!!! BANGSAT LO SEMUA!!!"
Alvaro berontak. Laki-laki itu pun seketika memukul Alvaro kencang menggunakan kayu hingga kepalanya berdarah. Namun Alvaro tak bergeming dan justru menangis sesenggukkan. Pikirannya masih pada Nayra. Alvaro tak percaya kalo sepupu kecil tersayangnya itu mati dibunuh oleh preman sialan ini. Alvaro gak bisa membayangkan bagaimana ia nanti membawa jasad Nayra kembali ke rumah dengan keadaan mengenaskan. Ditambah lagi paman Ferrel pasti akan benar-benar membunuhnya ketika tau anak kesayangannya telah meninggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvaro ✔ [COMPLETED]
Teen FictionSejak kematian orang tuanya, hidup Alvaro berubah drastis. Tekanan demi tekanan terus ia dapatkan selama hidup serumah dengan ketiga pamannya (Adrian, Raka, Ferrel). Hingga terpaksa membuatnya menjadi bad boy. Lambat laun keanehan mulai muncul di ke...