[21] Rahasia Terungkap

3.3K 234 2
                                    

"Lepasin gue, bangsat!!"

Alvaro memukul wajah anak laki-laki itu dan menendang tubuhnya hingga jatuh diantara jejeran sepeda motor yang terparkir. Beberapa murid sekolah lain yang melihat pertengkaran mereka berdua segera berlarian menuju tkp. Alvaro pun tanpa babibu langsung menaiki motornya dan kabur melarikan diri.

Di jalan, Alvaro terus menambah kecepatan sepeda motornya. Pikirannya terus saja terngiang-ngiang akan ancaman anak tadi. Alvaro takut kalau Nayra terlibat dalam hal ini. Ia tak mau sepupu kecilnya itu jadi korban karena kenakalannya.

Langit yang tadinya senja kini mulai meredup dan datanglah petangnya malam. Namun, Alvaro masih belum sampai juga di TK nya Nayra. Berkali-kali Alvaro memukul setir motor sambil mengutuk-ngutuk dirinya. Kesialan selalu datang menimpanya bertubi-tubi. Dan sedihnya, tak ada seorang pun yang peduli padanya. Alvaro harus berjuang sendirian lagi.

Gedung TK Nayra nampak didepan mata Alvaro. Dengan segera Alvaro menepikan motornya dan memarkirnya sembarangan, lagi. Alvaro berlari menuju gerbang TK dengan harapan masih ada seorang anak kecil yang kini sedang menunggunya, Nayra. Alvaro benar-benar takut Nayra diculik oleh komplotan geng anak tadi.

"Pak" Alvaro mendekatkan dirinya kearah pos satpam. Rasanya seperti de ja vu saja kalau bicara dengan satpam disini.

"Iya ada apa mas?" Satpam tersebut menoleh menanggapi panggilan Alvaro.

"Ada anak kecil namanya Nayra nggak pak nungguin disini tadi?" tanya Alvaro sambil ngos-ngos an.

"Saya sih cuman dikasih tau sama ibu salah satu murid disini, katanya ada anak kecil nungguin abangnya njemput. Tapi kata ibu tadi anak kecil itu udah dijemput kok, mangkanya ibu itu lapor ke saya biar saya nutup gerbang sekolahnya lebih cepet"

Deg. Jantung Alvaro rasanya mau copot. Apakah ia sudah terlambat?

"Haloo... mas? Kok diem? Mas nya gak lagi kesurupan kan?"

Alvaro tak menghirukan ucapan satpam itu. Tubuhnya kini sudah lemas. Ia tak tau harus berbuat apa sekarang. Semuanya sudah terlambat. Kelengahan Alvaro membuatnya kehilangan segalanya, termasuk Nayra.

Alvaro pun mengeluarkan secarik kertas dari dalam sakunya. Sejenak ia teringat akan alamat yang diberikan anak di parkiran tadi. Ancaman anak tadi yang katanya akan menyakiti Nayra seketika terngiang lagi di kepala Alvaro.

Langsung saja raut muka Alvaro berubah menjadi ganas. Pikirannya kosong dan hatinya sudah terbakar api emosi sekarang.

Kesabaran Alvaro sudah benar-benar habis. Kini ia sudah dalam level boss dan tak segan-segan untuk menghabisi nyawa orang yang berani menyulik Nayra.

"Fuck!! Mati lo abis ini!!"

Alvaro pun melangkah penuh amarah menuju motornya. Distaternya motor dengan kuat hingga suara knalpot berubah menjadi lebih berat. Alvaro pun melaju dengan sangat kencang membelah jalanan menuju alamat yang diberikan anak tadi.

JL YARTA
GEDUNG OLAHRAGA

🍁🍁🍁🍁🍁

Usai menyantap beberapa es krim lezat bersama Nayra, Davino pun mengantar gadis kecil itu pulang. Selama perjalanan, Nayra tertidur pulas di pangkuan Davino. Mungkin Nayra kekenyangan.

Mobil tiba-tiba berhenti di depan sebuah gang perumahan. Gang itu terlihat terlalu sempit untuk dilalui sebuah mobil. Dan juga, gang itu terlalu gelap untuk seorang anak kecil pulang sendirian.

Alex keluar dari mobil duluan, sekedar mencari pos satpam untuk menanyakan jalan. Namun, gang ini tak seperti dugaannya. Davino yang tak tahan melihat Alex celingukan segera turun dari mobil.

"Kamu beneran tau alamatnya kan?" tanya Davino sedikit ragu-ragu. Ia takut mereka kesasar dan saat ini sudah terlalu larut buat Nayra.

"Anak kecil tadi itu bilang rumahnya ada disini. Tapi saya tidak begitu yakin tuan"

Davino menghela napas panjang dan menuju mobil dengan segera. Dilihatnya Nayra masih tertidur pulas. Davino jadi tidak tega untuk membangunkannya. Tapi mau bagaimana lagi?

Davino pun mengangkat tubuh Nayra dan menggendongnya dalam pelukan. Tak lama Nayra terbangun lalu menatap sekitar dengan wajah bingung usai bangun tidur.

Davino yang mendapati Nayra bangun segera bertanya kepadanya "Rumah Nayra yang mana?"

Nayra pun turun dari gendongan Davino. Ia tiba-tiba berlari kearah sebuah rumah tak jauh di depannya. Rumah putih berlantai dua dengan pohon jambu di depannya. Pagarnya pun menjulang tinggi hampir menyamai tinggi pohon jambu tersebut. Pantas saja Nayra tidak boleh pulang malam-malam, takut kalau suaranya tidak kedengaran mengingat rumah yang terlalu besar itu.

Davino dan Alex mulai berjalan menghampiri Nayra. Terlihat Nayra bersemangat meranggai-ranggai bel rumah yang terlalu tinggi untuknya. Davino pun menekan bel tersebut.

Tak lama gerbang pun terbuka. Terlihat seseorang melangkah dari kegelapan.

"PAMAN RAKAAA" Nayra berteriak kegirangan sambil berlari memeluk Raka. Raka pun tak henti-hentinya menciumi Nayra.

"Nayra kok pulang sendiri? Nayra pulang dianter siapa? Mana babang Varo?" tanya Raka bingung. Nayra pun menunjuk Davino di belakangnya.

"Nayra dianter om ganteng"

Davino melangkah maju ke tempat yang lebih terang. Dan wala... seketika Raka dibuat terkejut akan sosok Davino, sampai-sampai Nayra diturunkan dari gendongannya.

"K-Kamu?" Raka menunjuk sosok Davino sambil gemetaran.

"Saya Davino"

"K-Kamu Alvaro Fernandes temen SMA nya Ici dulu kan?!"

Alvaro ✔ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang