[23] Bertemu Pria Itu

3K 221 0
                                    

Mobil Davino melaju kencang membelah jalanan malam. Jarum jam kini menunjukkan pukul 10 malam. Pantas saja lalu lintas di jalan raya ini sedikit sepi, berbeda dari sore tadi.

Di dalam mobil, Davino terlihat masih bersender lemas di tempat duduknya. Sedangkan Alex fokus menyetir mobil, namun sesekali matanya melirik khawatir ke Davino.

"Apa perlu kita ke dokter tuan?" tanya Alex. Hanya dijawab gelengan kepala saja oleh Davino.

"SMA Cakrawala. Ici. Arkan. Lo bahkan gak inget semua itu Al?!"

Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepala Davino. Entah apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya di masa lalu. Apakah ucapan Raka itu benar? Bahwa dirinya yang dahulu sudah lama mati?

BRAK

Sesuatu dari luar tiba-tiba menabrakan diri ke mobil Davino hingga membuat lelaki itu sedikit terkejut. Kontan Alex memelankan laju mobilnya.

BRAK BRAK BRAK

Suara gebrakan itu kemudian merembet ke arah bagian depan mobil. Davino mencoba menurunkan kaca mobil dan melihat apa yang tengah terjadi. Sementara Alex justru mengumpat lalu menambah kecepatan mobilnya lagi.

Davino melihat di depan mobil terdapat sebuah sepeda motor yang dikendarai oleh anak ABG. Ternyata anak itulah yang menggebrak bagian mobilnya tadi dari belakang. Namun bukan itu yang membuat Davino khawatir, malah justru keberadaan anak kecil yang diboncengnya itu yang membuat mata Davino terbelalak. Seketika Davino masuk lagi ke dalam mobil dan ia berpindah ke kursi depan di sebelah Alex.

"Alex... kejar motor itu"

Perintah Davino membuat Alex langsung menambah kecepatan mobil dan mengejar ketertinggalan dari sepeda motor tadi. Davino berharap anak kecil itu baik-baik saja.

🍁🍁🍁🍁🍁

Alvaro mengerjapkan matanya. Tak ia sadari bahwa sedari tadi dirinya pingsan.

"Arrghh..."

Alvaro mengerang selagi menahan nyeri yang mulai menggelora ke seluruh tubuhnya. Dan ia tersadar... kalo tubuhnya sekarang diikat pada sebuah kursi tua nan reyot.

"Sudah mimpi indahnya?"

Seketika Alvaro menoleh kearah sumber suara di depannya. Lagi-lagi pria itu. Sudah muak rasanya Alvaro memandang tubuh pria tua itu dari tadi. Andai saja Raka ada disini pasti pria itu sudah bertekuk lutut putus asa dihadapannya sambil menangis minta ampun.

Sejenak Alvaro tersenyum geli membayangkan bagaimana jadinya nanti bila Raka diadu dengan pria tua itu. Ah... pasti seru rasanya, seperti sedang menonton pertandingan adu ayam antara ayam jago dan ayam kate.

"Tertawalah sepuasmu, Alvaro" ujar pria tua itu sambil terkekeh bengis dan berjalan menuju Alvaro. Pria itu kemudian menangkup wajah Alvaro dengan kuat

Alvaro seketika terbelalak mendengar perkataan pria itu barusan

"S-Sejak kapan kau tahu kalo namaku Alvaro?"

Pria itu mendecih lalu terkekeh kecil, menganggap pertanyaan Alvaro seperti sebuah lelucon baginya.

"Sudah sejak lama aku mengincarmu, Alvaro. Sudah bertahun-tahun pula aku ingin menghancurkan keluarga Wasesa. Namun pamanmu Adrian ternyata tak semudah yang aku bayangkan. Seharusnya Ici sudah berhasil kubunuh waktu insiden di rumah sakit 25 tahun yang lalu. Tetapi Adrian terlalu pintar untuk kuhasut. Alhasil gara-gara ulah ketiga paman sialan mu itu, aku hampir jadi buronan polisi!"

Dengan emosi, pria itu pun melempar kayu dibawahnya kearah jendela. Pyar... seketika kaca jendela itu pecah berkeping-keping dan hampir mengenai Alvaro.

"Dan 8 tahun sudah aku memendam amarah ini. Aku... sangat ingin balas dendam kepada Adrian. Aku... sangat ingin... membunuhnya" geram pria itu lalu menatap Alvaro dengan bengis

"10 tahun lalu aku berhasil menghabisi nyawa Ici dan Arkan dengan membuatnya mati seolah-olah kecelakaan. Kupikir rencanaku ini akan berhasil memancing Adrian kehadapanku, tapi aku salah besar. Kau tahu kenapa?"

Pria itu kemudian mencekik Alvaro

"Karena kau masih hidup. Kau! Satu-satunya yang selamat atas kecelakaan itu. Dan kau tau... AKU SANGAT KESAL! KAU MENGHANCURKAN SELURUH RENCANAKU!!!"

Tanpa ba-bi-bu, pria itu pun langsung mengeluarkan pistol dari dalam sakunya dan menodongkan tepat kearah Alvaro.

BRAK

Sebuah pintu tiba-tiba terbuka, Davino dan Alex melenggang masuk sambil menodongkan pistol kearah pria tua itu.

Namun, sebelum sempat peluru Davino melumpuhkan pria tua itu, pria itu terlanjur menarik pelatuk pistolnya yang mengarah tepat ke tubuh Alvaro.

DOR

Dan seketika tubuh Alvaro jatuh keatas lantai, tak sadarkan diri.

Alvaro ✔ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang