Sudah semenit yang lalu bel pulang sekolah berbunyi, namun Alvaro tak kunjung pulang juga. Ia memilih untuk bermain basket sebentar sebelum menjemput Nayra. Ya, atas desakan Paman Raka, Paman Ferrel akhirnya memperbolehkan Alvaro untuk menjemput Nayra lagi, walaupun dengan beberapa syarat yang membuat Alvaro geleng-geleng kepala.
"Coba pikirin deh Van, masa gue harus dikasih chip beginian sama paman gue?" curhat Alvaro sambil menunjukkan chip yang terpasang di kerah seragamnya kepada Revan. Namun, Revan hanya menanggapinya dengan tersenyum sinis selagi mendrible bola basket di tangannya.
KLANG
Lagi dan lagi, Revan mencetak three point. Sudah terhitung 38 three point ia cetak hanya dalam waktu setengah jam saja.
"Paman lo posesif banget ya Al" ujar Revan, tubuhnya kini berbaring di lantai lapangan. Untung saja saat ini cuaca sedang mendung, kalau tidak habis sudah Revan jadi sosis panggang.
Mendengar hal itu, Alvaro hanya bisa mengendikkan bahu sembari mengipas-ngipaskan seragamnya yang penuh dengan keringat "Ya... begitulah" ujarnya.
"Enak banget" Revan pun menoleh kearah lain "gue malah pengen diperhatiin kayak gitu"
Alvaro seketika terkekeh mendengar jawaban Revan. Enak katanya? Mungkin kalau mereka berdua diberi kesempatan untuk bertukar posisi, Alvaro yakin 100% kalau Revan tidak akan tahan berlama-lama tinggal di rumahnya walau hanya sehari.
Tiba-tiba chip di kerah seragam Alvaro berbunyi, mengisyaratkan bahwa sudah waktunya untuk menjemput Nayra.
"Udah jam 4 nih, gue balik dulu ya. Mau njemput malaikat kecil gue, Nayra" Alvaro menepuk pundak Revan, dan hanya dibalas dengan lambaian tangan santai.
"Tiati. Banyak cabe-cabean jam segini" Revan memperingatkan.
"Bisa aja lo" balas Alvaro sambil terkekeh kecil.
🍁🍁🍁🍁🍁
Sesampainya di parkiran, Alvaro langsung menghambur menuju motornya yang ia parkirkan di pojokan. Namun, belum sempat tubuhnya naik ke motor tersebut, seseorang tiba-tiba menghadangnya. Lagi-lagi anak berandalan itu.
Tak biasanya yang selalu main keroyokan, kali ini anak tersebut hanya datang seorang diri. Sampai sekarang, Alvaro sama sekali tak mengerti maksud dan keinginan dari anak tersebut.
"Belum kapok juga nih anak" ujar Alvaro. Namun anak tersebut masih tak bergeming di tempatnya.
Acuh tak acuh, Alvaro pun meraih helm yang ia letakkan di atas tangki bensin lalu memakainya.
Entah karena kesambet apa, tiba-tiba anak tersebut memberikan secarik kertas kepada Alvaro. Sedikit ragu-ragu, Alvaro menerimanya dan membuka kertas tersebut.
JL. YARTA
GEDUNG OLAHRAGA
JAM 5Usai membacanya Alvaro hanya bisa terkekeh. Ia meremat kertas tersebut lalu membuangnya sembarangan. Alvaro pun mulai menstater motor ninjanya.
Namun, saat Alvaro hendak menggas motornya, anak tersebut tiba-tiba berlari menghadang motornya sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam saku. Ternyata sebuah foto.
Anak itu menunjukkan foto tersebut kepada Alvaro. Seketika saja Alvaro kaget dan langsung turun dari motornya. Dibantingnya helm yang sedang dikenakannya
"Mau lo apa hah?!" teriak Alvaro selagi mencengkeram kerah baju anak tersebut kuat-kuat.
"Lakuin perintah gue atau bocah ini bakal mati" ancam anak tersebut lalu melepas cengkraman Alvaro.
"Sialan!"
Tanpa ba-bi-bu Alvaro langsung melayangkan pukulan ke wajah anak tersebut. Namun anehnya anak tersebut dapat menepis pukulan Alvaro dengan mudah.
"Lo hanya mukul disaat lo emosi" ucap anak tersebut sambil meladeni pukulan-pukulan Alvaro yang sama sekali tak mengenai tubuhnya "Itulah kelemahan lo, Alvaro"
"Fuck!!!"
Krak...
Anak tersebut memelintir tangan Alvaro hingga membuatnya seketika menjerit kesakitan.
"Turutin perintah kami" anak tersebut mulai berbisik ke telinga Alvaro
"atau nggak Nayra lo mati di tangan gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvaro ✔ [COMPLETED]
Roman pour AdolescentsSejak kematian orang tuanya, hidup Alvaro berubah drastis. Tekanan demi tekanan terus ia dapatkan selama hidup serumah dengan ketiga pamannya (Adrian, Raka, Ferrel). Hingga terpaksa membuatnya menjadi bad boy. Lambat laun keanehan mulai muncul di ke...