"Berdoalah semoga kalian pulang dengan tubuh yang utuh" ujar Alvaro sebelum akhirnya seorang anak berlari kearahnya dan melayangkan pukulan langsung.
Dengan sigap, Alvaro menghindar dan mengunci kedua tangan anak tersebut di punggungnya. Terlihat anak tersebut merintih kesakitan hingga badannya membungkuk 90°
Merasa dipermalukan, teman-teman yang lainnya langsung menyerbu Alvaro dengan raut wajah penuh emosi. Beberapa diantaranya hendak menyergap Alvaro dari belakang, namun gagal. Alvaro terlalu gesit untuk perkelahian ini.
Hingga salah seorang diantaranya melompat ke tubuh Alvaro yang tengah sibuk meladeni pukulan-pukulan beberapa anak. Sontak, Alvaro terkejut karena anak tersebut bergelantungan di punggungnya dan sesekali mencekik lehernya.
Melihat kesempatan itu, anak-anak yang lain langsung menyerbu Alvaro dan memukulinya tanpa henti. Tapi, Alvaro tak kehabisan akal, di posisinya yang berbahaya ini ia langsung melakukan back flip dan mendorong tubuhnya melewati celah kaki salah satu anak yang kebetulan terbuka lebar. Dan akhirnya, ia berhasil kabur.
Namun, tanpa Alvaro sadari, tepat dibelakangnya ada seorang anak bertubuh besar keluar dari balik kegelapan sambil menyeret sebilah balok kayu berukuran sedang. Anak itu pun tanpa segan-segan mengayunkan balok tersebut dan mengarahkannya tepat di pundak kiri Alvaro. Seketika Alvaro ambruk dan hampir saja kehilangan kesadaran kalau saja suara sirine mobil polisi tak mendekat kearahnya.
Terlihat, beberapa polisi keluar dari dalam mobil sambil menembakkan peluru redam keatas langit.
"Dasar bocah setan! Malem-malem tawuran di tempat sepi kayak begini!" teriak salah seorang pimpinan polisi sambil mengisyaratkan teman-temannya untuk meringkus anak-anak tadi.
Beberapa anak berusaha kabur namun gagal karena polisi lebih cekatan ketimbang mereka.
Kesepuluh anak tadi akhirnya berbondong-bondong dipaksa masuk kedalam mobil polisi untuk dimintai keterangan di kantor polisi. Beberapa ada yang memberontak, dan beberapa juga ada yang menangis berkoar-koar minta dipulangkan. Namun, polisi tak mudah dibodohi dengan cara kampungan seperti itu.
Hingga salah seorang polisi berbisik kearah pimpinan polisi dan menunjuk tubuh Alvaro yang tergeletak tak berdaya di atas tanah. Sempat polisi tersebut terjingkat kaget, mereka takut ada korban atas peristiwa ini. Akhirnya, pimpinan polisi tersebut berjalan mendekat kearah Alvaro. Beliau mengecek apakah anak ini masih hidup atau tidak. Dan untungnya jari Alvaro bergerak sehingga mengisyaratkan bahwa dirinya masih hidup.
Dengan segera pimpinan polisi tersebut mengangkat tubuh Alvaro dan membopongnya. Sempat Alvaro meringis kesakitan saat polisi tersebut menahan lengan kirinya di pundak beliau.
"Kau tak apa-apa? Kau masih sanggup berjalan?" tanya polisi tersebut khawatir. Alvaro pun menjawabnya dengan anggukan kecil dan mata yang berkedip-kedip menahan sakit.
Sesampainya di kantor polisi, kondisi Alvaro lambat laun menjadi lebih baik. Teh hangat yang disuguhkan pimpinan polisi tersebut membuat tubuhnya rileks dan tak setegang tadi.
Pimpinan polisi tersebut kemudian duduk tepat di depan Alvaro "Kau sangat tampan, tapi kenapa kau harus ikut tawuran?"
Alvaro tergelak dan sedikit tersedak "Saya nggak pernah ikut tawuran pak" ujar Alvaro membela diri.
Mendengar hal itu, pimpinan polisi tersebut hanya bisa tersenyum geli sambil mengangguk-anggul tanda ia percaya akan apa yang Alvaro ucapkan barusan.
Tak beberapa lama, pintu kantor terbuka dan masuklah kesepuluh anak tadi dengan wajah tertekuk dan berkerut masam. Diikuti dua polisi yang menjaga mereka dari belakang.
"SIAPA PROVOKATORNYA?!" tanya salah seorang polisi tersebut dengan nada membentak. Seketika saja sepuluh anak tersebut menunjuk Alvaro dan menudingnya tanpa ampun.
"Dia pak yang mulai duluan!"
"Nih liat pak tangan saya terkilir gara-gara dia!"
"Wajah saya juga pak, babak belur gara-gara anak sombong itu!"
Umpatan-umpatan itu mengalun bebas di telinga Alvaro. Ia segera mengepalkan tangannya kesal.
"Apa itu benar Alvaro?" tanya pimpinan polisi tersebut untuk mengklarifikasi ucapan kesepuluh anak berandalan tersebut.
Alvaro tiba-tiba memukul meja di depannya dengan keras "Mohon maaf pak, tapi lebih tepatnya saya disini sebagai korban" ujarnya.
Seketika kesepuluh anak tersebut mengumpat dan menyoraki Alvaro. Terlihat Alvaro semakin mengepalkan kedua tangannya kuat.
"Sudah-sudah, hentikan" pimpinan polisi tersebut segera menengahi mereka. Ia menatap tajam Alvaro dan langsung menariknya menjauh. Kini mereka berdua sudah berada di tempat lain yang jauh lebih kondusif.
"Sekarang telpon orang tuamu, suruh mereka datang kemari dan mengurusmu, cepat!" pimpinan polisi tersebut menyodorkan sebuah telepon genggam kearah Alvaro. Namun, Alvaro tak langsung menerimanya
"Apakah saya harus menggali kuburan mereka dulu untuk menjemput saya disini?"
Deg
Seketika pimpinan polisi tersebut terkejut kala mengetahui bahwa Alvaro adalah anak yatim piatu. Beliau merasa menyesal telah mengatakan hal itu.
Kring
Pintu kantor tiba-tiba terbuka dan seseorang berbadan tegap masuk kedalamnya. Terlihat jelas sekali wajah orang itu yang seakan panik dan bingung sendiri.
P-Paman Raka?!, batin Alvaro kaget. Mata mereka pun akhirnya bertemu walau dibatasi dengan dinding kaca.
Raka segera berlari masuk kedalam ruangan tempat dimana Alvaro dan pimpinan polisi tersebut berada. Disana, Raka langsung memeluk Alvaro erat dan posesif.
"Dasar anak nakal! Kemana saja kamu? Paman sangat khawatir" ungkap Raka disela pelukan hangatnya dengan Alvaro.
Alvaro langsung mengumbar pelukan tersebut dan duduk sambil menghela napas berat "Paman tak perlu tahu"
Melihat tingkah laku Alvaro, Raka langsung menghambur duduk di depan pimpinan polisi tersebut dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi disini. Polisi tersebut menceritakan bahwa Alvaro terlibat dalam tawuran anak SMA dan polisi itu juga menyebutkan bahwa Alvaro memukuli 10 anak hingga babak belur dan beberapa diantaranya ada yang sampai patah tulang.
Mendengar tuturan polisi tersebut, Alvaro hanya bisa menghela napasnya. Saat ini dirinya dituduh sebagai pelaku oleh seseorang yang dikenal arif dan bijaksana. Padahal kenyataannya Alvaro-lah yang menjadi korban dan paling terluka parah.
"Tapi keponakan saya tak pernah terlibat dalam tawuran sebelumnya" Raka mencoba membela. Namun respon polisi tersebut hanya tertawa geli sambil tersenyum kecut.
"Siapa tahu ada yang merubah sifatnya?" ucap polisi tersebut. Raka pun sontak berdiri dan sedikit menatap polisi tersebut jengkel.
Akhirnya terjadilah perdebatan sengit diantara Raka dan pimpinan polisi tersebut. Ia bersikukuh bahwa Alvaro bukanlah seorang anak yang mereka pikirkan. Raka yakin bahwa Alvaro adalah korban atas peristiwa ini.
Tak butuh waktu lama, Alvaro akhirnya bisa keluar hidup-hidup dari kantor polisi tersebut berkat pamannya. Jujur saja, trik yg digunakan Raka sangat manjur tadi. Ia menantang pimpinan polisi tersebut bahwa mereka boleh saja menghakimi Alvaro, namun para polisi tersebut harus bersiap menghadapi puluhan pengacara profesional yang bakal Raka sewa demi membebaskan keponakannya.
"Gini-gini paman Raka mantan bodyguard lho" ujar Raka penuh percaya diri dihadapan Alvaro yang justru acuh tak memandangnya. Kini mereka berdua berhasil keluar dari kantor polisi dengan selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvaro ✔ [COMPLETED]
Teen FictionSejak kematian orang tuanya, hidup Alvaro berubah drastis. Tekanan demi tekanan terus ia dapatkan selama hidup serumah dengan ketiga pamannya (Adrian, Raka, Ferrel). Hingga terpaksa membuatnya menjadi bad boy. Lambat laun keanehan mulai muncul di ke...