TWENTY SIX

1.9K 212 151
                                    

.

.

.

.

.

Jennie Kim duduk dengan tenang disisi ranjang rawat milik wanita tua, bermarga Jung itu. Ini sudah hari kedua Jennie menginap disini menemani wanita tua yang sangat membencinya itu.

Jennie menemukan wanita tua itu pingsan karna penyakit jantungnya dihalaman kantor ibunya. Karna itu Jennie membawanya ke rumah sakit. Jennie sudah mencoba menghubungi keluarga wanita tua itu tapi tak satupun dari mereka yang dapat dihubungi.

Jennie bahkan sudah menyuruh orang suruhan ibunya untuk pergi ke kediaman wanita tua itu tapi tak ada hasil apa apa.

Jennie sudah meminta wanita tua itu sendiri yang menghubungi keluarganya.

Tapi wanita tua itu malah menyuruhnya untuk meninggalkannya saja dirumah sakit. Sesuatu yang mustahil Jennie lakukan pada orang sakit tanpa keluarga apalagi seorang dengan usia senja sepertinya.

Sebenarnya masih ada satu orang lagi yang bisa dihubunginya, Namjoon. Tapi Jennie sudah berjanji untuk tidak kembali pada Namjoon atau mengusik hidup pria itu.

Jennie hanya tidak ingin hubungan Namjoon dan keluarganya rusak karna keberadaannya.

"Emm bisakah kau kupaskan apel untukku" ujar Ny. Jung pelan. Jennie hanya menganguk tanpa suara dan berdiri kenakas disisi ranjang rawat wanita tua itu sambil mengupaskan buah untuknya.

Wanita tua itu terus memperhatikan bagaimana tangan Jennie mengupas buah dan memotong motongnya kecil lalu menghidangkannya dipiring disisi ranjang Ny. Jung. Setelah itu Jennie mendudukan tubuhnya di kursi jaga pada sisi ranjang.

Ny. Jung menelisik dengan baik wajah Jennie. Gadis itu memang sangat cantik sama seperti cucu kandungnya, Kim Doyeon. Ny. Jung menghelah nafasnya tanpa Jennie sadari.

"Kim Jennie ..." Jennie menoleh menatap Ny. Jung.

"Ne Nyonya?" tanya Jennie pelan menatap wanita tua itu.

"Bagaimana jika aku tak merestuimu sampai kapanpun untuk bersama Namjoon" Jennie tertegun menatap wanta tua berwajah dingin itu. Hati Jennie nyeri dan air mata terkumpul dipelupuk matanya.

Tapi sebisa mungkin Jennie tersenyum menanggapi wanita tua itu.

"Tidak masalah nyonya, kalau itu keputusanmu. Mungkin aku memang tidak berjodoh dengan Joon oppa"
________________




"Chaeng"

Lisa menggunamkan nama Rose berulang kali menyadarkan gadis tinggi itu dari lamunannya. Rose menoleh menatap Lisa dengan pandangan bingung.

"Eummm ada apa Lice?"

Tanya Rose sambil mengelus perutnya menggantikan tangan Lisa yang sampai beberapa detik lalu ada disana. Rose meminta Lisa mengelus permukaan perutnya karna keinginan bayi dalam perutnya.

Lisa menarik bangku disisinya kemudian menarik lembut pergelangan tangan Rose menyuruh gadis tinggi itu untuk duduk disisinya.

Pandangan Lisa melembut menyadari Rose sedang mencoba menghindari pembicaraan yang sudah diduga olehnya.

"Apa kau tidak berniat mencari tahu alasan sebenarnya Jimin oppa meninggalkanmu?"

Senyuman miris tertarik diwajah cantik Roseana, sesuai dugaannya Lisa membicarakan 'hal itu' lagi. Ditundukannya kepalanya sambil meletakan tangannya diatas kedua pahanya lalu menatap tonjolan perutnya sambil menghelah nafas panjang namun pelan.

WHEN ______ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang