Part 2 Rani Dan Ucok.

67 18 8
                                    

Kata - kata  Badria, hanya membuat Ucok menggeleng, dan Alika, menegakkan wajahnya sambil sedekap untuk berkata kepadanya.

          "Lagipula, kuliah itu hanya kesampingan saja, bukan nomor satu", perkataan sombong yang terlontar dari mulut Alika, membuat Ucok semakin menahan perih di hatinya, dia tidak menjawab apapun dan masuk ke dalam kamarnya, duduk dibawah ranjangnya sambil menatap kosong kearah pinty, perasaan itu tidak bisa ditahannya lagi, namun dia tetap berusaha agar tidak menjadi anak durhaka, walau kenyataan pahit yang diterimanya.

Jika saja memiliih untuk, tidak meneruskan hidup, adalah bukan pilihan yang tepat, Tuhan pastikan akan memberikan dosa yang setimpal untuk Ucok.

          Kadang tersirat, rasa iri kepada Rani, sahabatnya meskipun dia hidup sederhana, dibanding Ucok, tapi bisa lebih bahagia, sungguh kebahagiaan itu adalah hal yang sederhana bukan yang berlebih - lebihkan.

        Rasanya, sulit untuk menerima kenyataam hidup yang sangat pahit, dia teringat akan tugasnya, dan Ucok mulai mengambil buku sketsa, percuma juga tidak ada yang mengingatkan karena tidak pernah ada yang peduli juga akan keadaannya, Badria hanya memberikan materi kepadanya, karena memiliki segalanya, tetapi bukan hidupnya, Badria hanya memerhatikan dirinya, secara adat yang berlaku dalam keluarga. Laki - laki harus menikah, dan di jodohkan dengan sepupunya, tetapi bukan nasib dirinya.

       Dia mulai memegang pensi, dan menggambar disana, Alika membuka pintu kamar, tanpa bertanya dulu, apa yang sedang di lakukannya, meskipun dia melihatnya.

         "Kak, kau tidak mau makan, atau kau mau mati.....", perkataannya terdengar kasar di telinga Ucok, namun dia tetap berusaha sabar menghadapinya.

          "Sebentar lagi", dia menjawab singkat, pintu terdengar di tutup kembali dengan suara agak keras, itu membuatnya semakin merasakan perih yang dalamsanubari dan menusuk dirinya, Ucok mulai mengambil warna yang tergeletak di sebelahnya, dan dia mencoretnya dengan halus, segala perasaannya yang di tuangkan disana.

          Pada saat itu, juga dia mendapat pesan whatsapp dari Berlian, dan bunyinya adalah mengajak dirinya jalan - jalan nanti malam.

          "Cok, nanti malam jam tujuh, aku ingin mengajakmu ke Dreamland Beach",  dengan perasaan agak malas - malasan, Ucok membalasnya singkat.

           "Oke", sesungguhnya dia mau melayani perempuan itu, hanya karena Badria, entah dari dulu, Ucok pula tidak sanggup memberontak, meskjpun prilakunya tidak sesuai keinginannya, di tambah Alika, kakak perempuannya yang justru ikut - ikutan, tidak ada yang bisa membelanya, Ranipun hanya mampu menguatkan dirinya.

       Di kampus, dia malah di jauhi, dianggap aneh karena sering menyendiri, padahal hal itu di lakukan, karena ancaman Badria, yang tidak akan peduli jika ada teman yang menelepon kerumahnya, dia tidak akan sungkan - sungkan memperlakukannya kasar, meski apapun masalahnya, sudah banyak tidak hanya teman perempuan, teman laki - lakipun juga sama mengalaminya.

       Kini nasib dipikulnya sendiri, teman satu - satunya di kampus hanya Rani yang bisa mengerti keadaannya, dia lebih dari seorang sahabat melainkan saudara.

         Bayangan itu muncul di mata, Ucok tiba - tiba saja, sempat dia ingin menjauh dari Rani, pada saat gadis itupun pernah terkena dampak akan kisah hidupnya, dia menghubungi Ucok melalui Hpnya, namun Berlian yang mengangkatnya, nasib memang sedang tidak mujur padanya.

         "Halo Ucoknya ada", ? Rani bertanya

         "Aku kekasihnya...., ini siapa yah. Jangan ganggu calon suami orang, ", ! Suara kasar terdengar disana.

         "Heyyy kamu, jangan pikir aku ini perempuan tidak tahu diri yah, aku hanya memberikan tahu tentang tugas kepada Ucok, paham....", ! Tegas Rani.

MAHARANI ( pengembangan cerita ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang