Part 19 Jebakan Aroon.

13 0 0
                                    

Ada hal yang sebenarnya, Awwut tidak pernah mengetahuinya tentang, Aroon sahabatnya namun Awwut tidak pernah mencari tahunya.
        
       Jika memang ada keanehan dari sikap Aroon, dia tidak memerhatikannya, karena bagi Awwut adalah Aroon yang bisa memenuhi keinginannya yang selama ini berkurang dalam hidupnya yaitu perhatian.

       Entah mungkin Awwut sosok yang tidak pernah mensyukuri adanya hidup, karena meskipun begitu, dia telah beruntung memiliki seorang ibu yang menyayanginya, tetapi dia adalah wanita pekerja, sebenarnya jika sempatpun Malee selalu menghubjngi Awwut selama berada di Bali.

        Lain halnya dengan Rani, semenjak itu, Rani seakan membayangkan jijik diri Awwut, baginya entah kenapa dia harus menyesalinya dan mengenal dirinyam suatu hari dirumahnya Rani menceritakan hal itu dengan Nurhayati.

           Kala itu mereka sedang mengobrol di depan Tv, wajah Rani tidak biasanya menunjukkan kekesalannya pada Awwut.

              "Aku mengenal laki - laki Thailand, namanya Awwut dia seorang fotografer tapi kelakuannya masya Allah menjijikan, lebih baik aku bersanding dengan Ucok, seenaknya saja dia pegang - pegang wanita berhijab....", Rani berkata ketus.

           "Manusia memang tidak luput dari kesalahan, tapi bukan berarti kamu harus memusuhinya begitu, jangan menilai orang dari luarnya saja....", Nurhayati menasehatinya.

            "Tapi dibandingkan Ucok, tidak separah dirinya, lagipula aku baru mengenalnya, siapa tahu penjahat seks...", Rani meninggikan suaranya, tidak biasanya dia melakukan ini, Nurhayati hanya menatap dirinya dengan kaget, dan terperanga, kelakuannya sungguh janggal hari ini.

            Keesokan harinya, Awwut kembali mengobrol dengan Aroon, kali ini mereka sedang berada di kafe jimbaran menikmati hidangan kepiting, selepas memotret panorama disana.

             "Sepertinya Rani, gadis itu belum memaafkanku, dari sorot matanya, terlihat dendam dalam hatinya....", Awwut memulai ceritanya.

             "Sehabis kita makan kepiting, aku ingin ke Pura sejenak, setidaknya aku ingin minta petunjuk kepada Tuhan...", Awwut meneruskan pembicaraannya.

            "Sejak kapan, kamu rajin beribadah....", ? Aroon menatap dirinya heran dengan bertanya.

             "Sebenarnya biarpun aku suka mabuk, main perempuan aku masih ingat kepada Tuhan, kalau saja Tuhan mau memaafkan segala dosaku...", Awwut berkata panjang lebar.

              "Kamu berubah jadi aneh...", Aroon memberikan pendapatnya.

               "Bukankah kamu jauh lebih aneh, tidak ada gairah dengan perempuan, kalau kamu mau..,, di pantai sana, lihat ada gadis baru saja berenang, cobalah cicipi tubuhnya...", Awwut berkata panjang lebar, dan Aroon hanya diam saja tidak memberikan komentar sedikitpun.

              "Mataharinya lagi bagus, kita foto matahari saja, kalau kamu mau, kita foto matahari saja..., dan pemandangan alam..", kata - kata Aroon seolah mengalihkan pembicaraan Awwut mengenai seorang perempuan.

             "Aroon, nanti malam aku ingin kamarmu, banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu termasuk suara yang sering aku dengar di satu rumah, aku memiliki firasat ingin mencari tahunya, barangkali ada suatu perjalanan hidup yang baru disana...", ! Awwut meninggikan suaranya, karena pada saat itu, selesai makan Aroon lebih dulu ke pantai untuk memotret dan dia berbicara pada saat Aroon masih berada di depan pintu.

         Aroon, nampak layaknya tidak bersemangat, dengan apa yang di katakan oleh Awwut, pada akhirnya diapun tersadar, akan sikap janggal tersebut, satu demi satu dia perhatikan tingkah lakunya, tetapi yang di pikirkan oleh Awwut adalah kecemburuan Aroon, pada seorang gadis dan itu Rani.

     Entah kenapa, dia seperti rasanya ingin membicarakannya, empat mata dengan Aroon, perasaan yang sebenarnya.

      Sesuai niatnya, ada rasa dihati Awwut, memang ingin ke Pura, lebih dulu memohon petunjuk hatinya, kepada Tuhan, dan seperti biasanya, kala selepas Isya atau Maghrib dia mendengarkan seorang perempuan mengaji di sebuah rumah.

         Lamban laun, perasaan Awwutpun di rundung, penasaran yang lebih hebat dari sebelumnya, awalnya memang tidak terlalu memikirkannya, tapi sekarang dia memikirkannya, Awwut, masuk ke dalam komplek perumahan, yang dekat dengan penginapannya di Kuta Beach.

       Suara itu semakin memecah keheningan malam, entah bagaimana kakinya, menjadi bergemetar, dia melangkah perlahan, masuk ke dalam mencari sumber suara, dan disana ada sebuah jendela yang tertutup korden menghadap kearah rumah depannya.

            Tanpa di sadarinya, ada seseorang yang menegur dirinya, mengetahui dia adalah turis, matanya menatap curiga takut kalau Awwut ingin merampok disana.

          "Are you find someone...", ? Dia bertanya.

          "No, sorry...", dengan buru - buru, berlari kecil dia meninggalkan tempat tersebut, tapi suara itu tidak pernah hilang dari lubuk hatinya.

          Malam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Awwut baru sampai di penginapannya, dan nampak pintu kamarnya terbuka, Aroon, sedang berada di dalamnya, dia terengah - engah berdiri di depannya.

           "Awwut, jujur kamu ini..., suka minum, dan main perempuan tapi bodoh", tiba - tiba saja Aroon, berkata yang membuat Awwut terkejut.

          "Maksudnya...", ? Dia bertanya heran.

          "Awwut, aku jatuh cinta padamu...", perkataan Aroon, membuat mulut Awwut hanya mampu menganga, dan sekarang dia menyadari siapa sahabatnya, itu bahkan tidak sebaik yang di pikirkan, Aroon, meraba tubuh Awwut, dengan spontan, Awwut memukul Aroon, namun dia justru semakin menjadi dia menyentuh pundaknya.

        Seorang petugas penginapan tengah sedang mengawasi, dan terkejut melihat mereka berdua, dia berteriak sekuat tenaga.

             Arah matanya, menatap keduanya adalah sepasang homo, dengan tatapan jijik, maka  Aroon langsung mengambil kesempatan tersebut, arah telunjuknya menunding kearah Awwut yang hanya korban.

           "Dia duluan....",

          "Aroon...", !!! Awwut berteriak keras, dia menangis yang teryata Aroon bukanlah sahabat yang baik, jika dia memang memiliki kekurangan maka pastinya ada sisi baiknya, tetapi ini justru dia menjadi musuh begitu saja, karena tidak terpuaskan nafsu cintanya kepada lawan jenisnya selama ini.

         "Aroon, apapun diri kamu, kamu tetap sahabat aku", dengan polos Awwut berkata demikian yang justru membuat Aroon semakin ingin melakukannya, dia menjebak Awwut agar orang mengiranya juga sama seperti dirinya padahal hanyalah korban.

       Betapa fitnah, lebih kejam dari pembunuhan, dengan apa yang Aroon, lakukan kepada sahabatnya sendiri.

          

MAHARANI ( pengembangan cerita ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang