Part 13 Berusaha Menjauhi Rani.

11 1 0
                                    

Pada akhirnya, Ucok kembali ke dalam rumahnya, kemudian bersujud di kaki Badria, dengan menangis deras, meskjpun berperang pada hatinya sendiri, yang sebenarnya tidak sanggup dia lakukan.

      "Aku menerima lamaranku mamak dengan Berlian, meskipun aku belum bisa menjadi anak yang sempurna untukmu, maafkan aku, maafkan atas semua kesalahanku...", sikap Badria tetap pada egonya sendiri, meskipun Ucok telah kembali merapuh untuknya.

      "Baiklah kalau begitu, tandanya kamu sudah mulai akan mensyukuri apa yang mestinya kamu miliki, jika pada akhirnya kamu tidak meneruskan kuliahmu, dan meninggalkan semua mimpimu untuk menikah, kau harus tetap relakan, karena adat kita adalah segalanya dalam hidup kita...", tegas Badria.

           "Jika yang mamak mau juga, aku meninggalkan Rani, maka aku akan melakukannya...", Ucok berjanji kepada Badria meskipun itu sulit di lakukannya.

        Keesokan harinya,  Rani yang baru saja selesai, dari pekerjaannya di kafe, dia melihat jam tangannya menunjukkan pukul sebelas siang, dan Rani berpamitan kepada Ayu, selaku manager disana, untuk ke kampus, pada saat yang bersamaan Dewa teman rekan kerjanya menegur dirinya.

          "Memang kamu kuliah ambil jurusan apa, pariwisata....", ?

          "Bukan Tari, aku hanya ingin bekerja apa saja....", Rani menggeleng, sambil berjalan masuk ke dalam ruangan, Ayu, untuk berpamitan pergi ke kampus, dan setelah sudah mendapat izin, Ayu keluar dari ruangan tersebut, dan meninggalkan kafe dengan amgkutan umum, untuk menuju Denpasar.

            Di dalam bis, dia menyandarkan tubuhnya sambil bersedekap, melihat kearah jendela yang berada di pinggirnya, tiba - tiba saja yang merasuk ke dalam pikirannya adalah Ucok. Tidak lama bis itu berhenti tepat di stasiun dekat kampusnya, Rani turun dan segera memasukki gerbang kampus, lalu berjalan menuju ke arah Fakultas pertunjukkan.

        Entah bagaimana, nampak Ucok menunggunya dengan tatapan tidak biasa menuju kearahnya, namun di redupkan lagi, dia duduk di anak tangga dan berdiri menghampiri Rani dengan sikap tidak biasa juga, namun berusaha untuk tidak melakukannya, seperti sedang berperang dengan perasaannya sendiri.

          "Aku menyerah Rani atas segalanya, aku tidak bisa melawan lebih hebat lagi, seorang ibu, aku takut dosa yang akan ku bawa sampai mati, dan aku takut siksa neraka yang paling kejam, demi Allah jika aku kelak nanti mati, aku hanya ingin surga terindah...", Ucok berkata panjang lebar.

          "Perkataanmu, seakan kamu akan mati besok....", ? Rani menatap dirinya heran.

          "Rani, bukan itu maksudku, namun..., aku mau minta maaf atas segalanya, jika aku mengundurkan dari segalanya, menerima keadaan diriku, aku akan lamaran dengan Berlian bulan depan, maafkan aku atas segalanya....", perkataan Ucok yang berikutnuya, pada akhirnya menyadarkan Rani dengan apa yang jngin di lakukannya, air matanya turun dengan deras.

         Dia takut merasa kehilangan Ucok, dia ingin tetap bersamanya, seraya Rani langsung jatuh di pelukannya dengan tersedu, namun melepasnya dengan tersadar, karen menyadari Ucok belum menjadi muhrimnya.

           "Ucok, aku tidak ingin kehilanganmu...", lirih Rani terisak.

            "Rasa kehilangan justru, menyadarkan kita dengan apa yang kita rasa sebenarnya, kalau aku sebenarnya selama inipun terpikat denganmu....", kata - kata Ucok yang ini mmbuat air mata Rani mulai basah, dan mengenai hijab yang di kenakannya.
 

           "Allah, mengajarkan kita atas keikhlasan...., dengan apa yang kita rasakan, meskipun itu duka sekalipun, karena hidup tidak akan berwarna kalau buka karenanya, Allah juga memberikan cobaan hidup untuk ujian keimanan..., cok...aku terlalu mencintaimu, karena rasa itu adalah fitrah datang ke hati", Ranj seperti tidak sanggup berkata - kata lagi.

         "Aku tetap menegur dirimu, meskjpun kita tidak akan berdekatan lagi, jujur jika kamj mau, bantu aku agar aku tidak menjauhimu, namun sepertinya ini takdir hidupku..., aku minta maaf  Rani, sebenarnya akupun tidak sanggup melakukannya, tapi aku takut dosa yang besar kepada seorang ibu, apa kamu tahu semalam aku nyaris kabur dari rumah, tetapi aku kembali lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Apapun itu adalah keluargaku....", Ucok berkata panjang lebar.

        "Meskipun tidak pernah ada cinta yang kamu inginkan", ? Rani menyahut dirinya, dan Ucok hanya mengangguk pelan.

          Pada akhirnya, Ucokpun memang berusaha menjauhi Rani, dia hanya menegur Rani dari jauh dan tidak mendekatinya seperti biasa, tetapi Rani bisa memahami penyebab dari semuanya adalah keluarganya yang tidak pernah peduli akan keadaannya, bahkan Rani melihatnya dengan mata kepala sendiri.

            Dan ujian Tengah Semester itupun secara bersamaan, telah tiba, dan hari ini adalah hari pertama ujian praktek pada pukul delapan pagi, pada waktu Rani masuk ke dalam kelas, Kadek menegur dirinya, dia sudah berada disana lebih dulu.

            "Belakangan kamu sudah tidak berdekatan dengan Ucok lagi...", ? Dia bertanya.

             "Ini semua karena ibu dan keluarganya...", Rani menjawab lesu.

             "Sudah aku bilang, dia itu orang aneh, dia tidak bisa memiliki teman satu orangpun, karena keluarganya juga....", Kadek memberikan pendapatnya.

              "Tapi bukan berarti, harus di hujat.....", ! Tegas Rani yang tidak suka dengan kata - kata Kadek mengenai Ucok, walau apapun itu, hanya Rani yang tahu isi hati terdalamnya.

        "Tanpa harus di hujat, sekalipun kamu lihat sendiri, hasilnya, dia menjauhimu, karena dirinya sendiri juga...", Kadek membalasnya dengan lebih tegas.

                Rani hanya diam saja, mendengar kalimat tersebut, dia tidak memberikan sedikit tanggapan dan Ucok melihatnya dari jauh, dia menghampiri Rani ketika, Kadek sudah berlalu.
  

                "Ucok, kita berjauhan, dan karena itu mereka semakin berpikir negatif, apa selama ini aku yang mengejar - ngejar, kamu lebih baik kita kembali kita semula, keputusanmu justru membuat mereka mencap negatif tentangmu, bahkan aku yang sekarang terlibat, maaf aku tidak bermaksud menyalahkanmu, aku menghargainya, karena aku bisa memahaminya" Rani berkata sambil muram.

              "Semua tidak ada bedanya Rani, mau aku menjauhimu atau tidak, karena mereka sudah berpikir negatif tentang kita, tapi setidaknya hanya hatimu yang tahu, dan Allah buksn orang lain. Siapa aku sebenarnya dan kamu juga, Ran..., maaf aku hanya membatasi diri untuk dekat denganmu bukan membencimu..., buktinya aku tetap bersikap ramah...", Ucok berkata bijak.

         "Tapi mereka berpikiran yang macam - macam tentang semua ini.., Ucok hanys kita saja yang tahu tentang keadaan ini, mereka bisa saja salah menilai tetapi hanya kita yang tahu, dan aku yang mengetahuinya juga harus menghadapinya. Yang aku takuti, kalau aku benar - benar kehilanganmu", perkataan Rani membuat Ucok memikirkan dirinya sendiri.

       Tiba saatnya, ujian tengah semester, di hari pertama tugas makala banyak yang harus di kerjakan, dan Rani harus pintar membagi waktunya, dengan pekerjaannya di restoran, hingga selama ujian tengah semester berlangsung, sama sekali pikirannya tidak terpusat kepada Ucok.

       Dan pada akhirnya, setelah berapa minggu kemudian, ketika ujian itu sudah selesai, Rani tidak melihat sama sekali Ucok di kampusnya, tidak disangka itu adalah pertemuan terakhirnya Ucok memutuskan untuk membuang jauh mimpinya, demi menuruti keinginan Badria untuk lamaran dengan Berlian, air mata Rani, menetes, dan saat ini dia merasakan patah hati untuk pertama kalinya, karena cintanya bertepuk sebelah tangan, perasaan itu dibawanya hingga Rani, belum siap untuk menerima laki - laki lain di hidupnya.

MAHARANI ( pengembangan cerita ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang