Part 39. Disekap

54 0 0
                                    

Entah apa yang ada dalam pikiran Aroon, saat itu dia, berbuat hal yang diluar dugaan Awwut sebelumnya, bahkan tidak sempat membayangkan sebelumnya. Di sebuah rumah yang kosong Aroon menyekap dirinya, selama ini Awwut masih mencoba sabar, meskipun sikaP Aaron sudah layaknya musuh yang akan melakukan apa aja kepadanya, tanpa dosa dia mengikat kaki dan tangan Awwut sambil berdiri di depannya, bersedekap dengan tatapan tajam untuk menghakimi dirinya.

"Awwut, apa yang kamu lakukan juga sudah benar - benar menghancurkan hidupku, dan seharusnya aku bunuh gadis berhijab itu....", ucapannya terdengar ancaman bagi Aroon.

"Aku mohon, aku jngin tenang,..tolong jangan siksa aku lagi...", tapi apalah arti permohonan Awwut kepadanya yang tidak akan mengubah hatinya menjadi luluh atau iba, dan itu hal yang bodoh saja dilakukan Awwut, kalau dia mengatakan hal itu.

"Aroon, sebenarnya memohon padamu sudah tidak ada arti, tapi jujur......", belum sempat Awwut meneruskan pembicaraannya tangannya sudah melayang di wajahnya dengan sangat keras, pada saat yang bersamaan, seperti ada kontak batin dengan Rani, kala itu dia sedang berjalan di trotoar dan kakinya tersandung, dia merenung sejenak, dan ada rasa teringat pada Awwut, gadis itu mengambil Hp dari dalam tasnya dan menggeser nomor kontak Awwut namun tidak diangkat olehnya.

Perasaanya mulai resah, dia mencoba menelepon sekali lagi, namun tetap tidak berhasil hingga pada akhirnya dia mendapat whatsapp dengan nomor tidak dikenal mengancam dirinya.

"Jauhi Awwut atau aku akan berbuat sesuatu" !

Kata - kata itu, membuat Rani bernafas tidak tenang, tangannya bergemetar mengenggam Hp sambil berdiri mematung di tengah jalan, dan air matanya mengucur deras dari pipinya dengan seenggukan, tidak tahu apa yang harus dilakukannya kecualj minta perlindungan dari tuhan agar orang yang dicintainya baik - baik saja.

Rani kembali ke rumahhya, dan perasaan yang tidak tenang, semakin meliputi perasannya dan keresahan itu semakin bergejolak di dalam dadanya, dia semakin tidak sanggup menepis dengan bayang - bayang cemas tentang Awwut.

Sedangkan Awwut yang berada dalam sekapan, Aroon, dia hanya bisa merenungi nasibnya, sulit rasanya untuk bisa membebaskan diri dari apa yang membelenggu dirinya, namun Awwut pada akhirnya dia berpikir jngin membebaskan dirinya, dia berusaha melepas ikatan tangannya namun tidak berhasil.

Di kegelapan, dia menarik nafas dalam ruangan yang kurang celah tersebut, agar dia tetap masih bisa bernafas dengan baik, karena hanya ada satu jendela, Awwut mendengar ada seseorang membuka pintu.

Awwut mendongak, pada orang tersebut, di adalah Aroon yang akan menyiksanya lagi dan rasanya Awwut sudah kehabisan kata - kata untuk bicara padanya.

"Awwut, bagaimana menurut kamu kalau aku menyuruh Rani datang kesini, melihat kamu aku siksa...", nada suara Aroon berubah menjadi seorang yang kejam.

"Aroon.., aku mohon", namun dengan secepat kilat kaki orang itu menendang perut Awwut hingga dia berteriak.

Dan pada saat yang bersamaan, lagi - lagi, Rani mendapat firasat tidak baik hatinya semakin berdegup keras dan tidak tenang, jantungnya memacu dengan cepat, dan ingatannya tiba - tiba saja di takut terjadi akan sesuatu pada Awwut.

Namun Rani, sendiri juga entah harus berbuat apa, kalau harus bolak dan balik Bali ke Thailand, berapa ongkos yang didapat ? Sedangkan Rani baru saja mencoba melamar pekerjaan itupun berkali - kali mengalami kegagalan, pada saat itu juga, justru Awwut yang menghampirinya ke Bali, dan pada saat Rani ke Thailand, ketika dia belum keluar dari pekerjaan lamanya.

Ranj tidak tahu, harus berbuat apa, meskipun otaknya, terus berpikir namun keadaan diri yang menghambatnya yang akhirnya dia memutuskan untuk berkunjung kerumah, Kadek sahabat lamanya, dan disana Rani benar - benar melampiaskan perasaan yang mengganjalnya

"Kadek, apa yang harus aku lakukan..., aku benar - benar merasa tidak enak, perasaanku tentang Awwut, namun apa yang harus aku lakukan, ada rasa ketakutan yang sangat merajai hatiku...", Rani bercerita dengan nada suara bertubi - tubi, karena perasaan yang tidak mampu dikuasainya lagi.

Kadek berusaha menenangkannya dengan menggosok, pundak Rani yang di tengah dera batin tak tenang.

"Seandainya Allah, memberikan jalannya, jika memang Allah sudah tidak adil lagi, maka lebih baik aku berbuat dosa dengan bunuh diri....", perkataan Rani membuat Kadek, membelalakan mata sedangkan Rani menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Apa arti hidup, jika hanya sgalanya mengalami kegagalan dan hambatan...", Rani meneruskan kata - katanya.

"Tuhan, akan memberikan jalannya disaat waktu yang tepat...", kadek memberikan nasehat padanya.

Pada saat yang bersamaan, dia juga menerima telepon dari Aroon, apa yang dikatakannya membuat air mata Rani semakin deras.

"Kemarilah, kalau mau Awwut", perasaan itu berubah menjadi tegang, Rani menutup teleponnya dan menghadap kearah Kadek, bibirnya terasa bergetar.

"Mungkin, aku tidak akan pernah menemukan jodohku, dulu aku tidak bisa bersatu dengan Ucok dan selalu dipisahkan dan sekarang, Awwut. Ya Allah, semua seperti sudah menjadi nasib yang telah digariskan aku begini...", nada suaranya terdengar pasrah.

"Tapi mungkin ini waktunya kamu untuk berjuang, temui dia, kamu bisa pakai uangku untuk tiket atau keperluan kamu selama berada disana...", Kadek mulai berusaha untuk membantunya dia mengambil amplop putih dan memasukkan uangnya kemudian memberikannya kepada Rani.

"Ya Allah, kadek kamu baik sekali....", air mata Rani mulai berkaca - kaca menerima uang yang diberikan oleh Kadek kepadanya, perasaan yang begitu tajam Rani adalah dimana sepertinya memang Awwut benar - benar dalam bahaya, dia harus menyelamatkannya.

Entah apa juga juga yang ada dalam pikiran, Awwut dia tidak berusaha untuk melepaskan diri melainkan hanya mengucapkan kalimat doa, agar diberi perlindungan, dan tidak juga berharap kalau Rani datang menolongnya.

     Saat itu juga, Rani telah sampai di bandara, setelah dia sudah mengambil barangnya, dia langsung masuk ke dalam hotel, di dalam kamar Rani, memikirkan perasaan yang di rasakannya, satu tangan meronggo isi dalam tasnya untuk mengambil Hp dan menghubungi nomor tak dikenalnya tersebut, suaranya terdengar terbata.

  "Halo, aku sudah sampai, dimana aku harus menemui Awwut", orang itu memberi tahu dengan suara yang terdengar sangat tega, dan Rani mematikan Hp, mengembalikannya ke dalam tas, dan mulai bergegas ke tempat yang akan ditujunya.

Jantung Rani semakin memacu cepat, dan perasaan tidak tenangnya, Rani duduk di sebuah halte, tidak lama kemudian bis yang ditunggunya datang, Rani segera masuk ke dalam bis dan memilh tempat duduk dekat jendela.

     Sedangkan keadaan Awwut keadaannya semakin tersiksa oleh apa yang dilakukan Aroon kepadanya, seseorang mendobrak pintu dan mengejutkan mereka semua.

"Ranj", Awwut menyebut namanya perlahan, sambil menatap dirinya, diapun berlari menghampiri dirinya lalu memeluk tubuh Awwut.

       "Aku mencintaimu", Rani berbisik pelan di telinga Awwut, kemudian memandang Aroon dengan tatapan tajam.

      "Aroon, aku tahu rasa cemburumu, dan sekali ini saja jangan pernah hubungan kami lagi", !! Rani mulai menggertak dirinya.

      "Dan aku tahu kamu juga penyebab aku dipecat", !! Mendengar hal itu, mata Awwut langsung melotot kearah Aroon.

        "Apa benar begitu", ! Dia berkata dingin kepada Aroon.

        "Yah benar, dan kalian semua tidak akan lolos dari tanganku tidak terkecuali kamu", doa mulai mengancam Rani.

         "Aku akan melaporkan kamu ke polisi", Rani membalasnya dengan ancaman juga, lalu mengambil Hp dari dalam tasnya namun dengan cepat Aroon merebutnya.

Aroon, terus menerus menghjndar dari tangan Rani, namun Rani tetap nekat merebut Hp itu dan mulai akan menelepon polisi, namun Aroon mengancamnya di tengah keadaan tersebut.

Namun dengan tegar Ranj melawannya, dan disinilah terlihat jelas kalau sebenarnya Rani benar - benar mencintai Awwut, Aroon semakin meradang akan hal itu, dia mendorong tubuh Rani dalam sekejap dengan keadaan mengenggam Hp miliknya, namun Rani kembali merebutnya dengan keteguhan hati, dia berhasil melaporkan Aroon ke polisi dalam sekejap polisi itu datang ke tempat lokasi dan langsung memborgol Aroon kemudian membawanya pergi.

MAHARANI ( pengembangan cerita ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang