Part 11 Bersikap Tegas.

6 2 0
                                    

Dan memang benar sikap yang di tunjukkan Ucok, kepada Badria, adalah sikap tegas yang tidak biasa, dia lakukan kepada ibunya tersebut, dia menghampiri Badria yang sedang mengobrol dengan Alika, mengenai rencana Ucok akan lamaran dengan Berlian.

      "Ada yang ingin aku katakan dengan mamak, boleh aku membicarakannya....". ? Ucok memberanikan diri dengan sopan.

       "Yah, kami juga sedang membicarakan hubunganmu dengan Berlian, untuk kalian segera lamara, Insya Allah dua bulan lagi....", Badria menyela tanpa mendengarkan apa yang Ucok ingin katakan lebih dulu.

         "Mamak.., ini bukan soal Berlian, tapi tentang hidup aku sendiri, yang sebenarnya sudah menentukan pilihanku sendiri, yaitu Rani....", Ucok menyela dengan terengah.

           "Jangannnnn jadi anak durhakaaaaa kauuuu.......", !!! Alika berteriak melengking, dan Badria masih terpaku dengan kaget menyebut nama gadis yang disebut oleh anak laki - lakinya itu.

          "Begini jadinyaaaaaaa..., karena terpengaruh oleh pergaulan di kampusmu itu, yang tidak penting, lebih baik tidak usah lanjutkan kuliahmuu.....", !! Badria mengancam.

        "Lamaranmu, akan di percepat bulan depan...", dia meneruskan kata - katanya.

         "Demi Allah, mamak dan Alika dengarkan isi hatiku sejenak saja, aku mohon, aku juga punya keinginan yang dari dulu masih terpendam, aku ingin memilih jalan hidupku sendiri, biarkan aku melakukannya, dan aku punya mimpi menjadi seorang pelukis, selain aku mencintai Rani....", kata - kata Ucok membuat Badria semakin emosi, dia menampar wajah anaknya dengan sangat keras.

       "Untung saja, mamak tidak mengeluarkan kata - kata yang membuat jalan hidupmu tidak lancar, besok keluarga Berlian, akan kemari, dan kita akan membicarakan acaran lamaran kamu...", sikapnya semakin tidak mempedulikan perasaan Ucok, dan semakin menjadi - jadi, dia yang sudah melawan kerapuhan tetaplah tidak bisa melawan lebih hebat seorang ibu, walau apapun itu yang melahirkan dirinya.

       Meskipun telah mencoba untuk bersikap tegas, tetapi tetaplah dia rapuh, di hadapan Badria, karena ancamannya yang akan mengeluarkan kata - kata membuat jalan hidupnya tidak lancar, Ucokpun masih memiliki rasa takut yang sangat besar kepada Tuhan, jika itu di dengar olehnya.

      Dia berjalan masuk ke dalam kamarnya, merenungi semua nasib hidupnya sendiri, sambil duduk bawah ranjangnya, dan menundukkan wajah resah, dan gelisah atas perasaan yang di rasakannya.

              "Ya Allah....., berikanlah aku sebuah petunjukMu, atas semua apa yang aku rasakan, dan apa yang akan ku hadapi, apapun itu aku hanyalah milikMu, maafkan aku yang telsh melawan ibuku, meskipun dia begjtu, maafkan aku jika engkau mau mengutukku..., lakukanlah", kata - kata itu tiba - tiba saja terlintas di dalam hatinya.

           Badria, masuk ke dalam kamar Ucok, dan mulai melotot kembali, sambil bersedekap "mestinya kamu bersyukur dengan apa yang telah di berikan", Ucok tidak bergeming apapun.

       Hingga keesokan harinya, Ucok menyampaikan akan hal itu, dengan Rani, dia terdiam sejenak, tertegun dengan ikut merasakan getir tersebut,

            "Biar aku membantumu, menghadapi mamakmu, aku akan katakan jika aku mencintaimu, bahkan juga dirimu, itu adalah kekuatan cinta yang fitrah hatinya dari Allah", ! Tegas Rani.

            "Baiklah, kita akan saljng menguatkan", Ucok mengenggam tangan Rani.

MAHARANI ( pengembangan cerita ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang