Hati Rani, tiba - tiba, saja ingin mencari jawaban, dari meminta petunjuk Allah, dia pula sekarng sedang sibuk mencari pekerjaan sambilan tersebut, agar tidak terlalu memberatkan biaya Orang tua.
Dia membuka - buka tempat - tempat lapangan pekerjaan, yang tidak menganggu aktivitas kuliahnya, dan Rani memang sangat anak yang berbakti kepada orang tua, tangannya terus mengutak - utik Hp, sekiranya yang ada menerimanya untuk sambil kuliah.
Tiba - tiba saja dia terpikirkan oleh Ucok, jika saja Rani memikirkan masa depannya, maka Ranipun juga sama, betapa tidak mereka sesungguhnya adalah orang yang sebenarnya segalanya adalah sama tapi tidak di sadarinya.
Rani teringat tugasnya juga kemudian, dia lalu membuka laptop dan mulai mengerjakannya tugas makala yang sempat tertunda untuk di kerjakan.
Jarinya dengan cepat mulai mengetik di keyboard, lalu berdehem sejenak untuk mulai berpikir, udara sejuk dari luar kamarnya, mulai terasa, karena Rani tinggal di dekat tepi pantai, tatapan matanya tajam kearah layar, lalu kemudian dia berhenti sejenak untuk mencari sesuatu di aplikasi pc browsernya kemudian kembali mengetik.
Tiba - tiba saja, dia mendapat pesan whatsapp dari Ucok, dan isinya sangat panjang karena dia sedang menceritakan isi hatinya dengan Rani.
"Ran...., aku baru saja mau mengerjakan tugas, tapi dirumahku sangat tidak mendukungku untuk itu, mungkin memang aku tidak di takdirkan untuk memiliki masa depan sampai nyawaku habis, dan hanya menderita....", Rani baru sempat membaca, karena teryata baru saja mendapat informasi panggilan kerja untuk di restoran sebuah Kafe daerah Kuta Beach tidak jauh dari rumahnya.
Dia membaca pesan informasi tersebut, kalau mereka akan memanggil Rani untuk wawancara besok siang jam dua belas, dia menghela nafas lega, tapi kemudian teringat jika Ucok juga mengirim pesan whatsapp padanya.
"Kesabaran itu tidak terbatas, jika memang kita adalah orang baik, maka Allah akan memberikan jalan terbaikNya....",
"Thanks kawan", ucapan dari Ucok membuat Rani tersenyum, namun entah bagaimana dia pula menyimpan rasa dari sebuah pertanyaan dan jawaban besar, atas perasaan yang di rasakan yang lain kepada Ucok.
Dan rasanya, Ucok sendiri, juga sedang mencari jawaban yang sama, jawaban dari sebuah misteri diantara keduanya, yang belum juga terpecahkan, namun keduanya sudah amat memahamj rasa tentang itu semua.
Setelah selesai, dengan apa yang di kerjakannya, Rani belum bisa tidur, dan dia pergi keluar rumahnya untuk kearah Pantai, dia berjalan kesana dan dari kejauhan terlihat Ucok sedang mengerjakan tugas disana.
"Sepertinya rumah, kalau sudah tidak kondusif lagi kita akan mencari tempat pelarian, Asalamualaikum....", Rani menyapa dirinya.
"Walaiakumsalam", Ucok menengok kearah dirinya, dan Rani berjalan mendekat untuk berdiri disampjngnya, wajahnya terlihat cantik ketika, hijabnya agak melayang sedikit karena angin di ujung bahannya.
"Apa kamu Ran...., jika pelarian itu sepertinya memiliki tujuan yang sama, kamu dan aku", Ucok menambahkan kata - katanya.
"Aku pula sebenarnya berpikir tentang jatuh cinta, karena bisa jadi yang aku rasakan padamu, adalah serupa....", dia melanjutkan lagi kalimatnya.
"Tapi aku berusaha tidak ingin merasakannya...", Ucok menelan ludahnya.
"Karena mamakmu", Rani menebak dirinya.
"Mungkin ini adalah saatnya kamu mengambil keputusan yang tegas, jika yang kamu rasakan adalah cinta, karena bagiku penyebab orang jatuh cinta adalah karena selalu bersama, dan kamu tahu Ucok, kamu adalah laki - laki yang pantas dicintai dengan tulus, meskipun hidupmu bermasalah tapi kamu adalah orang yang tulus dengan seseorang, kepribadianmu misterius itu penyebabnya wanita akan memilih dirimu", Rani berkata panjang lebar.
"Dan kamupun juga begitu kan.....", Ucok menyahut dirinya.
"Sebenarnya, aku baru saja diterima pekerjaan baru di restoran, untuk sambil kuliah, besok setelah selesai kuliah jam dua belas, aku akan kesana....", Rani bercerita dirinya.
"Maaf jika tidak bisa mengantar....", Ucok berkata lembut padanya.
"Yah aku mengerti", Rani berlalu sambil menyahut dirinya.
Tinggalah Ucok yang kini sendiri di pantai tersebut, entah kenapa dia menjadi terpikirkan kata -kata Rani jika dia harus bersikap tegas. Jika yang dirasakannya lebih dari seorang sahabat, dan kini dia akan berusaha melawan kerapuhan
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHARANI ( pengembangan cerita )
SpiritualSinopsis : sosok gadis berhijab meskipun dia seorang gadis Bali dengan wajah manis bernama Maharani dan dia biasa disapa Rani, memiliki sifat yang lemah lembut, segala apa yang ada dalam dirinya nyaris sempurna. Sejak kuliah, Rani memiliki sahabat l...