Part 20 Fitnah

12 1 8
                                    

Awwut masih tidak percaya dengan apa yang di lakukan oleh Aroon, meskipun apapun kepribadian dirinya, padahal Awwut mau menerimanya, asalkan dia tidak menyakiti
Perasaannya, asalkan tidak menganggu dirinya.
     Ketika, seorang petugas mengintrogasi dirinyam Awwut hanya menatap Aroon sejenak, da menundukkan wajahnya.

         "Awwut, tidak tahukah, perasaan diriku yang kamu acuhkan, jugs karena pusat perhatianmu belakangan sedang tertuju kepada Rani, gadis itu, dan aku bukan cemburu karena jatuh cinta dengannya, sebaliknya dirimu, kamu tahu, kamu belum pernah memuaskan hasrat naluriku...", ! Aroon berdesis sinis.

        Tetapi yang di pikirkan, oleh Awwut kecemburuan, Aroon terhadap dirinya, yang tidak terpuaskan hasratnya tersebut karena dja ingin juga di perhatikan, meskjpun itulah kecacatan dirinya, namun tetaplah Aroon adalah manusia biasa.

           "Aku kecewa padamu, bukan karena siapa dirimu, melainkan apa yang kamu lakukan, dan kamu cemburu kepada Rani, jujur aku sendiri saja belum memiliki status apapun, Aroon, aku tahu ada hasrat yang belum terpenuhj, tetapi jangan libatkan dia, kenapa tidak kamu cari saja seorang pria yang bukan, walau kamu berbeda, tapi aku tetap menerimamu sebagai sahabat....", dia berkata dengan berat hati.

         Tjdak lama kemudian, seorang petugas datang dan menanyakan dengan apa yang mereka lakukan.

          "Jadi kalian melakukan apa", ? Tanya petugas tersebut.

          "Saya korban, dari kelakuannya yang homo seks....", Aroon menunding Awwut dengan lancarnya.

         "Dia menjebak saya, untuk masuk ke dalam kamarnya....", ambisi Aroon untuk membuat fitnah semakin menjadi - jadi.

         Tetapi Awwut hanya diam saja, baginya apa yang di kerjakannya tersebut, bisa jadi adalah karma sifat buruknya selama ini.

       Awwut, tidak banyak berkata, dia hanya bisa merenung di dalam kamarnya, sepanjang hari dengan kejadian yang menimpanya.

         Berita itupun, menyebar sampai ke telinga Rani, yang bekerja di kafe tersebut, mereka sedang membincangkannya.

          "Jadi mereka, itu adalah homo", ? Rani bertanya kepada temannya Dewa.

           "Yang pasti aku dengar begitu....", jawab Dewi singkat, tiba - tiba saja yang ada dalam pikiran Ranj, jika itu benar, kenapa harus Awwut menganggu dirinya, namun pikiran itu dengan cepat di tepiskan lagi.

MAHARANI ( pengembangan cerita ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang