Part 3 Cerita Hidup Rani

4 1 0
                                    

Rani sendiri, sebenarnya memiliki kisah hidupnya sendiri, yang sama beratnya dengan Ucok, tidak mudah baginya, yang awalnya keluarganya beragama Hindu, memutuskan untuk masuk Isla, dan Rani mengenakan Hijab, sebagian keluarga mencerca mereka, yang masih memeluk agama Hindu, bahkan satu diantaranya memusuhinya, pada awalnya, dan awalnya pula mereka di singkirkan oleh mereka, karena sudah tidak pergi ke Pura, lagi bersama mereka

   Tetapi kebahagiaan, yang dimiliki oleh Rani, adalah akhirnya dia mendapat pengakuan dari mereka semua, jika memang keimanan itu adalah hal yang paling kuat untuk Rani dan keluarganya untuk memeluknya.

      Hidup Rani, tidak begitu menderita seperti Ucok  meskjpun ia pula pernah mengalamj masa pahit, tetapi pahit itu tidak banyak di lewatinya, tidak banyak aral yang melintang di hadapannya.

      Tuhan lebih menyayangi hidupnya, untuk tetap bisa bebas dari belenggu hitam, sedangkan  Ucok, tetap terjebak mau sampai kapanpun kakinya melangkah.

     Dan yang sulit diakui, itu adalah ibu dan kakak perempuannya sendiri yang melakukannya, Ranj baru saja masak dan Nurhayati ibunya, menghampirinya kearah dapur, dia tersenyum disana, dan dapur tersebut menghadap kearah pantai Kuta yang indah, sama seperti kamar miliknya.

        "Lagi masak apa, anak mama yang cantik", ? Dia bertanya

        "Hanya sayur kangkung", Rani menjawab datar sambil menengok kearah wanita tersebut

Nurhayati, bersedekap sambil, mengamati kagum putri satu - satunya itu, dan Kurdi baru saja pulang dari Pasar Sukawati, dan memperlihatkan senyuman lebar kearah, anak perempuan tersebut.

       "Wow, rupanya ada ibu calon rumah tangga disana", dia memuji Rani.

       "Yah, sifatmu sesuai namamu yang diberikan oleh mamamu nak, Maharani....", Kurdi meneruskan kata - katanya.

        "Banyak yang mengatakan indah sekali namaku, namun aku merasa biasa saja", Rani ikut menyahut.

         "Secantik dirimu juga, pada saat mengenakan hijab, kamu tahu nak, aura kecantikkan seseorang terpancar pada saat mengenakan hijab", Nurhayati ikut berbicara, dulunya pada saat dia belum memeluk Islam, namanya adalah Sri Devi, namun pada saat sudah menjadi seorang mualaf, namanya diganti menjadi Nurhayati, meskipun nama depannya tidak dihilangkan, dia sudah dengan ikhlas, sepenuhnya akan menyembah Tuhan yang satu yaitu Allah, bahkan keluarga itu, meninggalkan Pura, demi melakukan sholat di mesjid, hidayah ini diterimanya pada Nurhayati dan Kurdi baru saja menikah, dulunyapun Kurdi bernama Nyoman.

      Kala itu, sepasang suami istri, sedang berjalan, di pesisir pantai Kuta, dan disana ada sebuah rumah yang terdengar seorang membacakan Al Quran, suaranya terdengar merdu, hingga nyaring sampai ke pelosok pantai.

    Pada akhirnya, sepasang suami istri tersebut, tergerak hatinya karena panggilan Tuhan, untuk memeluk islam, air matapun menetes di kala dengan sukarela, meninggalkan apa yang telah dimilikinya selama ini, meski harus mengorbankan hati sekalipun.

        Sulitnya menerima, pengakuan keluarga yang masih beragama Hindu, jika mereka telah mengislamkan diri mereka.

         Namun cobaan itu, tidaklah lama, akhirnya mereka semua mau mengakuinya, menerima kenyataan jika hanya keluarga Rani yang pergi mesjid untuk lebaran, dan mereka pergi 0ke Pura pada saat hari nyepi, menjadi yang berbeda daripada yang lainnya.

     Sederhana, namun bahagia, karena tidak banyak pelik dalam hidup Rani, seperti yang dialami oleh Ucok

      Meskipun dalam kehidupan pribadipun, ekonomi mereka rendah, Rani bisa masuk kuliah, karena biaya dari hasil tabungannya sendiri, yang sering rajin menabung, di kala dia mendapay songkongan darj pihak sana saudara, yang awalnya membenci mereka, tetapi akhirnya mengasihi mereka.

   Akhirnya apa yang dibuat oleh Rani, sudah jadi dia tinggal menaruhnya di dalam mangkok  besar, dan menyediakannya diatas meja, sambil menutupinya dengan tudung saji, lalu masuk ke dalam kamarnya, untuk merapikan pakaian di dalam lemari, yang masih berantakkan sejak tadi pagi.

     Dan Rani mulai menaruhnya di keranjang, cucian lalu mulai mencucinya, disana pada saat yang bersamaan berkalj - kali Ucok menelepon dirinya, namun Rani tidak mendengar bunyi telepon sama sekalj, karena ssdang berada jauh dari kamar.

       Dan setelah selesai, mencuci dia baru saja kembali ke dalam kamarnya, dan menunggu Rani di pantai Kuta, itu adalah pesan whatsapp dari Ucok.

     Terlihat dari kata - katanya, ada kisah yang ingin dituturkannya kepada Rani, kisah yang sedang baru saja di hadapinya, setelah selesai sholat maghri Ranipun menemui sahabatnya itu.

MAHARANI ( pengembangan cerita ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang