Part 25 Pada Saat Memasukki Bab 3 Skripsi

65 0 0
                                    

Pikiran Rani, bukan hanya terkontaminasi dengan masalah Awwut atau Ucok saja, pada saat di tengah bab 3 skripsinya, tetapi hal yang tersulit pada bagian skripsinya, dan Rani ingin bertanya kepada seorang senior untuk sekedar konsultasi saja.

Dan senior tersebur bernama Agnia Putu Gede, dia seorang mantan ketua senat juga, pada waktu masih kuliah dulu di kampus yang sama dengan Rani, dan Rani mendapat alamat rumah Agni di bagian seketariat kampus yang memberikannya.

Jl. Tukad Badung no 331, Renon

Denpasar, Bali

Rani membaca secarik kertas, berisikan alamat itu sebelum akhirnya memasukkannya ke dalam ransel, dan lalu berjalan menuju kearah gerbang kampus, dan berjalan kearah halte disana dia duduk, sambil menghadap kebawah kakinya, dan memantul bayangan dirinya tidak lama kemudian, bis yang di tunggunya datang, tanpa Rani sadari jika Ucok, duduk di belakangnya, dan melihat kalau di depannya itu adalah Rani, karena Rani berjalan naik ke dalam bis agak menunduk jadi dia tidak melihat adanya Ucok disana.

Dan pada saat bis itu berhenti di halte berikutnya, dan Ucok yang turun lebih dulu, Rani tersadar jika itu Ucok, dan mata mereka saling melihat, awalnya Ucok mencoba menghindar untuk pura - pura tidak kenal, namun tatapan mata yang melihatnya tidak bisa diingkari olehnya.

"Ucok apa kabar", ? Rani bertanya dengan terbata - bata, mencoba menjauhi tatapan mata Ucok juga.

"Baik", dia menjawab kaku.

"Aku minta maaf jika persahabatan itu aku mengubahnya menjadi cinta, dan menghancurkan dirimu karenanya....", Rani melanjutkan kata - katanya.

"Tidak ada yang salah bagi cinta, tapi yang salah adalah hidup....", Ucok berkata sebelum akhirnya dia turun dari bis.

Air mata Rani, dia meenetes di pipinya tanpa terasa, meskipun Ucok memang ada di sekitarnya dia benar - benar telah jauh darinya, Rani turun dan berusaha mencari dirinya lagi namun batang hidungnya tidak terlihat lagi, seperti hantu yang tiba - tiba saja menghilang.

Akhirnya Rani memutuskan untuk, menelusuri jalanan komplek, dan disana dia mengetuj salah satu pintu rumah dengan gaya sederhana dan pagarnya berwarna hitam.

"Asalamualaikum....",

Terdengar suara orang membuka pintu dari dalam rumah, lalu membuka pintu pagarnya seorang gadis dengan rambut bergelombang panjang mengenakan celana pendek, dia menatap heran Rani, karena tidak mengenalnya.

"Siapa yah...", ? Dia masih berdiri di depan pintu pagar yang belum dibukanya.

"Saya Rani, dari angkatan 2009, Kak Agni kan....", ? Rani memperkenalkan dirinya.

"Oh teryata kamu dari kampus yang sama", Agni baru sadar.

"Saya mengambil jurusan yang sama dengan Kak Agni, dan ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan dengan Kak Agnj, mengenai skripsi saya di bab 3...", Rani menjelaskan maksud kedatangannya.

"Ayo masuk dulu", Agni mempersilahkan dengan ramah, dan pada saat masuk ke dalam rumahnya Rani melintasi halaman yang rumputnya hijau nan asri.

"Aku bisa tahu alamat ini, dari seketariat kampus yang memberikannya...", Rani bercerita kepadanya.

"Oh yah Rani, siapa nama lengkapmu, aku melihat dirimu, kamu adalah orang Bali asli", Agni mengajaknya ngobrol kearah lebih akrab.

"Aku memang, lahir disini, dan sebenarnya keluarga kami adalah mualaf, tadinya memang beragama Hindu, tapi aku dan keluargaku masuk Islam, karena panggilan hati, dan itu terjadi pada saat orang tuaku mendengar orang membaca Al Quran, dan setelah aku juga mencoba mempelajarinya teryata islam itu indah, itulah sebabnya kami masuk Islam, dan aku mengenakan hijab...", Rani bercerita panjang lebar.

"Dan pengalamanku, seperti dialami juga oleh seorang laki - laki Thailand, yang mendengar suaraku membaca Al - Quran, namun dia justru orang yang resah dalam hidupnya.,,, sudahlah kita bahas mengenai bab 3 saja dulu...", Rani berbicara panjang lebar tapi memotong pembicarannya sendiri.

"Oke aku akan berikan contohnya...", Agni terlihat masuk ke dalam kamarnya, dan memberikan lembaran kertas contoh bab 3nya.

"Memang di bagian itu adalah yang sulit, tapi aku yakin kamu orang yang sanggup untuk mengerjajakannya...", Rani berkata yakin kepadanya.

"Insya Allah...", Rani berkata sambil mengangguk, lalu melirik jam tangannya, dan suda menunjukkan sore hari, Rani berpamitan untuk kembali ke kafe tempat kerjanya, pada saat di dalam bis, dia berharap kalau akan bertemu lagi dengan Ucok namun teryata tidak.

MAHARANI ( pengembangan cerita ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang