Part 12 Menghadapi Badria.

9 1 0
                                    

Dengan berani, Ucok mengajak Rani ke rumahnya, dan tentu saja, Badria merasa di tantang oleh sikap seperti ini, pada saat itu, ada Berljan dan juga keluarganya untuk membicarakan acara lamaran mereka.

          "Mamak, ini adalah pilihanku....", ! Tegas Ucok.

          "Heyy kauuuu", !! Badria berteriak sambil menunjuk kearah Rani.

          "Sebaiknya, jika mamak ingin bersikap kasar, jangan kepadanya tapi kepadaku", dengan terang - terangan Ucok, membela Rani.

         "Kau ini punya mata atau tidak, kalau aku adalah calon tunangan Ucok.....", !! Berlian ikut berteriak dengan tegas.

           "Yah, aku tahu tapi tidak lebih baiknya, bertanya lebih dulu dengannya....", Rani malah menantang dirinya, dan sekarang satu tamparan melayang di wajahnya, tapi Rani justru membalasnya.

           "Asal kamu tahu, jika kita sama - sama perempuan, maka yang di rasakan itu adalah sama, kecuali kamu adalah perempuan iblis", Rani berdesis sengit.

          "Tinggalkan perempuan ini....", ! Dengan keras Badria memerintah Ucok.

           "Jika aku meninggalkannya, maka aku tidak pernah akan melupakannya", ! Ucok kembalu membalasnya dengan tegas.

            "Ucokkkk, kau sudah lancang dengan orang tua karena, perempuan ini", !!! Badria menunjuk kearah Rani, dan Alika tanpa sadar mencengkram tangan Rani untuk mengusirnya dari rumah, dia melempar tubuhnya keluar pintu rumah.

          "Apa yang kalian lakukan, sama halnya membuatku akan menjadi anak durhaka, maaf aku mau pergi dari rumah ini, lebih baik jangan anggap aku bagian anak di rumah ini lagi", !!! Ucok berteriak keras, hingga nafasnya tersenggal.

        Keputusan tersebut, membuat Badria terus menghujat dan memaki, anaknya tersebut tanpa sadar, tetapi ada satu hal yang takut dia lakukan, adalah melemparkan kata sumpah kepadanya.

     Dia merasa takut, jika perkataanya akan di dengarkan oleh Allah, air mata Ucok tidak henti, luka di hatinya semakin menyayat jiwa, dia mengambil ransel dan meninggalkan rumah yang sudah menjadi neraka baginya.

     Hatinya yang teriris perih, dengan sayatan tajam, tiba - tiba saja di tengah jalan tubuhnya menjadi lemas, entah kenapa dan dia terjatuh di aspal, ada seseorang pria yang menemukan dirinya, tengah lemah meskipun, tubuhnya berusaha untuk kuat, air mata luka sangat pedih di hati dan memguras tenaganya karena tidak henti untuk keluar, orang itu menepuk pipinya dengan menyadarkan dirinya.

         "Anda, tidak apa - apa...", ? Dia bertanya.

         "Maaf, saya harus pergi...", jawab Ucok.

         "Anda, kabur dari rumah...", ? Orang itu menebak dirinya.

         Ucok hanya mampu, mengangguk dengan lemah, dengan menunduk tanpa sebuah kata - kata yang panjang.

         "Tidak ada yang peduli dengan saya disana, kecuali Allah, saya hanya punya Allah,  tidak terkecuali dengan mamak saya sendiri....", Ucok berkata dengan suara tidak berdaya.

          "Sebaiknya anda pulang, apapun itu adalah ibu anda sendiri....", orang itu menasehatinya, dan akhirnya tiba - tiba saja, Ucok berpikir jika yang di katakan ada benarnya, dia kembali kerumahnya meskipun ada ribuan pahit yang lebih pilu disana, meskipun pilihannya harus meninggalkan Rani, dengan sangat terpaksa Ucok harus meninggalkannya yang di takuti dalam hidupnya adalah menjadi anak durhaka, diapun merasa berdosa dengan apa yang telah di lakukannya hari ini.

MAHARANI ( pengembangan cerita ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang