Pada hari berikutnya, hari keempat Ujian Akhir semester, Rani pulang dari kampus, dia kembali bekerja di kafe, dan entah bagaimana pada saat sedang melayani tamu, Awwut yang tengah duduk disana, mencengkram pergelangan tangannya pada saat Rani, menyediakan minuman di mejanya, nampaknya dia tengah mabuk berat dan tidak sadar meraba tubuh Rani, diapun menjerit histeris, dan entah bagaimana Aroon datang dan memukulnya dari belakang.
"Maaf teman saya sedang mabuk berat, dan biar saya yang tangani", Aroon berkata
"Oke...", Rani mengangguk.
Gadis itu kembali melangkah untuk berlalu, untuk meninggalkan, kafe karena sudah waktunya pulang, perasaanya masihlah sangat kaget, dengan apa yang di lakukan oleh Awwut kepadanya, dia hampir ingin mengambil kesucian Rani, nyaris mengotori tubuhnya, gadis itu melangkah dengan gusar menuju halte, lalu menunggu bis disana.
"Ya Allah untung saja.....", dia berkata dari dalam hatinya.
Rani memegang kepalanya, dengan perasaan resah, lalu mengucap istighfar dengan berguman pelan, tidak lama kemudian, bis yang di tunggunya datang.
Rani, melayangkan pandangan matanya keluar jendela, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, dan pada saat Rani sudah sampai dirumahnya, dia langsung masuk ke dalam kamarnya, dan mengganti bajunya, kemudian mengambil air wudhu, untuk mulai melakukan sholat Isya.
Dalam waktu bersamaan, Awwut baru saja kembali ke dalam penginapannya, dalam keadaan mabuk, dia terlelap di ranjangnya, tetapi entah bagaimana dia terbangun pada malam hari, pikjrannya teringat kembali dengan apa yang di lakukan Aroon, dia tersadar jika Aroon membela gadis berhijab yang nyaris tanpa sadar ingin disentuhnya dengan cara seenaknya.
Seolah ingin mengotori kesuciannya, dan semua hal mengenai Aroon, lamban launpun, Awwut merasa ada yang janggal dengan sikap dirinya, selama ini dia tidak pernah ikut untuk, menjkmati tubuh wanita, tetapi untuk gadid berhijab itu seakan Aroon membelanya.
Perlahan, Awwut keluar dari kamarnya, dan mengetuk kamar Aroon, nampak dia belum tertidur pada saat membuka pintunya, tapi Tv di kamarnya menyala.
"Chan, txngkar phud", Awwut menatap serius dirinya ( aku ingin bicara ) dan Aroon mempersilahkan dirinya masuk.
"Apa kamu terpikirkan untuk jatuh cinta dengan seorang gadis...", ? Awwut mulai bertanya dengan terbata.
"Khun, xiccha kab, phunying chan....", Aroon mulai menebak sikap Awwut ( kamu cemburu dengan gadis itu )
"Kamu jatuh cinta dengannya.....", pada saat mendengar kalimat ini Awwut hanya menelan ludahnya.
"Asalkan kamu tahu saja, yang kamu lakukan sepertinya, dia bukan target untuk di rayu olehmu...", Aroon memberikan nasehat padanya.
"Lalu kenapa kamu sendiri tidak ingin ikut bermain dengan gadis, menikmati lekuk tubuhnya..., memangnya kamu tidak ikut tergairah juga...", ? entah bagaimana kata - kata itu terlontar dalam mulut Awwut begitu saja.
Dan Aroon, sama sekali hening, tidak meresponnya, akan kalimat yang di katakan, oleh Awwut tersebut tatapan matanya kosong menatap kedepan.
Keesokan harinya.....,
Hari ini sudah mulai libur, kuliah jadi Rani fokus dengan pekerjaannya, di kafe dan pada suatu saat dia mengobrol dengan Dayu, di belakang kafe tepatnya di dalam dapur.
"Laki - laki yang sering duduk disana, sepertinya dia bajingan....", ! Belum pernah satu kalipun keluar kata umpatan dari mulut Rani.
"Husss, jaga bicaramu, kamu ini kan mengenakan hijab...", ! Dayu menegur dirinya.
"Tapi dia hampir memegang tubuhku dengan seenaknya....", Rani menekankan suaranya
Pada saat yang bersamaan, entah kenapa, pikiran Awwut mulai mengambang tentang Rani, dia seakan merasa bersalah dengan apa yang di lakukannya olehnya.
"Rasanya aku minta maaf padanya....", entah kenapa tiba - tiba saja Awwut menyesalu dengan apa yang telah di lakukannya, dan pukulan Aroon padanya, seakan itu hidayah untuknya, hidayah atas perbuatannya.
"Kamu ingin minta maaf padanya....", ? Aroon bertanya dengan tenang, dan melihat kegusaran hati Awwut.
"Yah....", Awwut hanya menjawab singkat.
"Berapa lagi kita di Bali...". ? Entah bagaimana Awwut menanyakan akan hal itu kepada Aroon.
"Minggu depan kita sudah kembali ke Thailand...", jawaban Aroon membuat hati Awwut semakin resah.
Pada saat mereka sedang di pantai, Awwut berusaha untuk menemui, Rani dia berlari pada saat melihatnya dari jauh, dan berusaha mendekatinya, saat yang bersamaanpun Aroon, menatap mereka berdua dengan pandangan dingin.
"Aku minta maaf...., atas kelakuanku kemarin", dia menunduk di depan Rani.
"Aku maafkan, tapi aku hanya kaget", pandangan Rani sekarang kepadanya berupa kebencian, dan entah bagaimana, kali ini dia benar - benar di rundung penyesalan, jika sesungguhnya lebih baik tidak mempermainkan wanita, penyesalan itu membuat hidup Awwut semakin merasa tidak tenang, dia berusaha untuk terus berjuang agar dia bisa memperbaiki kesalahannya, meskipun yang terjadi sudah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHARANI ( pengembangan cerita )
SpiritualSinopsis : sosok gadis berhijab meskipun dia seorang gadis Bali dengan wajah manis bernama Maharani dan dia biasa disapa Rani, memiliki sifat yang lemah lembut, segala apa yang ada dalam dirinya nyaris sempurna. Sejak kuliah, Rani memiliki sahabat l...