Part 16 Uluwatu

9 0 0
                                    

Pada sudah saat sampai di Pantai Uluwatu, tiba - tiba saja, pikiran Awwut tentang suara perempuan mengaji itu menjadi hilang, ketika dia melihat pesona cantik, seorang gadis yang sedang memakai bikini berjemur di pantai, dia hendak mengajak Aroon untuk menggodanya, namun entah kenapa Aroon menolak, selama ini yang di lakukan kepada Awwut, hanya menawarkan gadis yang mau di rayunya tetapi dia tidak ikut untuk melakukannya, bahkan seperti tidak memiliki nafsu tersebut, namun dalam pikiran Awwut sama sekali tidak terbesit yang macam - macam mengenai Aroon.

       Aroon sambil sedekap, melihat apa yang di lakukan Awwut, terhadap gadis tersebut, sebenarnya dia memandang cemburu, karena tidak ikut melakukannya, tetapi entah apa yang sebenarnya juga tersjmpan di hati Aroon.

        Awwut, mulai menyentuh bagian dada gadis jtu, dan dja segera berdiri ketika menyadari apa yang di lakukan Awwut kepadanya, matanya tajam kearah Awwut, dan satu tamparan melesat di pipjnya sambil menjnggalkannya pergi.

          "Kamu gagal....", Aroon berkata dari jauh.

           "Chokh ray.....", ! Awwut mengeluh ( sial )

           "Aku akan mencari perempuan lainnya.....", Awwut bersikukuh.

           "Carilah sana, karena kalau kamu terlalu sibuk untuk balas dendam, karena tidak mendapatkan perempuan yang satu itu, kamu justru menghilangkan moment ini, untuk memotret", Aroon melihat kearah langit, dan dia mengeluarkan kameranya, dan akan memulai memotret panorama, yang tengah indah tersebut, di Uluwatu, pandangannya memang indah
Apalagi ketika berada diatas tebing, Aroon sama sekali tidak ada gairah, terhadap apa yang Awwut lakukan, dia berjalan sendiri dan naik ke tebing untuk sekedar memotret.

         Dan pandangan matanya, menatap kearah bawah, dimana Awwut baru saja menyusulnya, keatas sambil berjalan, diapun berpikir, rasanya Aroon seperti memang tidak ada gairah untuk ikut bermain dengan perempuan.

              "Lihat, mataharinya indah kan...", Aroon menunjuk ke langit, dan Awwut hanya mengangguk kemudian memotret.

             "Jangan waktumu, hanya sibuk berurusan dengan perempuan saja", nada suara Aroon seperti agak di tinggikan pada saat mengatakan hal itu.

            "Nanti setelah ini saja, aku mau mencoba lagi....", Awwut bersikeras.

            "Dasar mata keranjang....", Aroon menyimpulkan senyuman sinis sambil sedekap, dan meninggalkannya disana, dan Awwut sekarang di sibukkan dengan mengabadikan panorama alam.

             "Jangan lupa untuk tujuan awal kita, di Bali ini....", Aroon berteriak keras dari bawah.

Dan memang tujuan awal mereka, adalah mengambil foto pemandangan alam, sebagai tugas dari komunitas fotografer, dan yang nanti akan di pamerkan di Thailand, pekerjaan Awwut hanyalah dari komunitas fotografer, sekalinya lain waktupun Awwut sering menerima tawaran foto dari seorang model.

        Meskipun hanya sedikit demi sedikit, uang yang di perolehnya, tetapi cukup untuk bisa membiayai keluarganya, namun kadang dia gunakan juga untuk membeli minuman, sekedar untuk kesenangannya.

            Hal itu di lakukan, karena semenjak, ayahnya pergi dari rumah, Awwut merasa kesepian, karena ibunya selalu sibuk bekerja juga di salah satu perusahaan di Bangkok, dan tidak sempat memerhatikan anaknya, dengan sangat dalam, meskipun Awwut yang memberikan perhatian kepada keluarganya, namun hal itu tidak tercurahkan sebagai balasannya, Malee sendiri, dia sibuk dengan kuliahnya, dan kalau sudah mengerjakan tugas biasanya menginap dirumah teman.

             Meskipun begitu, mereka sekeluarga tidak lepas untuk rajin setiap harinya, ke Pura, sebenarnya dibalik sifat mata keranjangnya, Awwut memiliki sifat baik yang orang lain tidak tahu, walau juga di bibirnya penuh bir.

          Dia hanya sosok yang kesepian akan perhatian dari seseorang, karena itulah dia merasa cocok bersahabat dengan Aroon karena, dia telah memberikan apa yang Awwut belum pernah dia rasakan, perasaannya belum sempurna jika belum mendapat perhatian seperti apa yang diinginkannya.

         Seperti biasanya, ketika mulai menjelang maghrib, Awwut yang selalu pulang ke penginapan pada waktu itu, mendengar kembali suara perempuan mengaji di salah satu rumah tersebut, dan lamban - laun, hatinya seperti ini mencari tahu, siapa perempuan tersebut, jika dia menebak itu suara pelayan kafe tersebut yang mengenakan hijab belum tentu juga dirinya.

MAHARANI ( pengembangan cerita ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang