Part 6 Rasa Kesepian Ucok

12 0 0
                                    

Perasaan kesepian, yang menghantui hidup Ucok, semakin merajai hidupnya, meskipun kesendirian itu pada akhirnya seperti pada akhirnya dia nikmati sendiri juga.

        Ucok, menunduk pada saat, Badria dan Alika, masuk ke dalam kamarnya, dengan mata melotot marah, kemudian Badria merampas Hp, Ucok dia membaca banyaknya pesan whatsapp dari Rani, dan entah bagaimana tamparan melesat di pipi Ucok.

          "Apa maksud kauuuuuu, dengan semua ini, kau menceritakan aib dengan orang lain, bahkan dia seorang perempuannn......", !!! Badria berteriak melengking.

          "Kamu hendak jadi anak durhakaaaa, memang, dengan menentang adat. Heyy kau, ini adalah laki - laki batak, bersikaplah seperti laki - laki batak, yang harus menikah dengan sepupumuuu...", Badria menampar sekali lagi wajah Ucok.

          "Aku sudahhhh bersikap, segimananya laki - laki yang terlahir di kota Medan, tapi juga sudah dewasa, tidak seharusnya aku di perlakukan demikian. Maafkan ucapanmu mamak..", Ucok pada akhirnya mengeluarkan suaranya.

          "Manaaaa, perempuan itu aku ingin bertemu....", Alika menantang Ucok, sambil berkacak pinggang.

       "Tidak tahu, siapa kauu, dari keluarga ini dia itu...., mestinya kau beritahu, kau sudah punya calon istri, dan pergaulanmu tidak penting, dan kau tahu, aku tidak peduli temanmu oti mau entah sjapa namanya, dia laki atau perempuan, ingin membahas tugas denganmu", Alika menunjukkan jarinya ke wajah Ucok.

      "Bawa dia kesini, atau mamak akan adukan kepada keluarga, Berlian, hah kau ini, sudah hidup dengan enak, masih saja tidak bersyukur, mamak turuti kau untuk kuliah, meskipun itu bukan keinginan, masih saja kau tidak bersyukur.....", suara Badria terdengar mengeluh.

      "Tapi mamakkk, menuruti keinginanku, bukan karena mamak berharap aku bisa punya masa depan, jika aku punya istri mau diberi makan apa anakku nanti, mamak tidak pikirkan hal itu. Mamak aku sayang dengan mamak, meskipun mamak memperlakukan aku seperti ini...", suara Ucok terdengar berat.

    "Yah, memang hanya menuruti keinginanmu, mau kuliah, hanya karena mamak punya uang banyak dari hasil peninggalan hasil bapakmu dulu....", kata - katanya, membuat Ucok menangis tersedu di kamarnya, meskipun dia laki - laki dewasa, dia juga bisa menangis jika itu  sangat memberatkannya.

      Keesokan harinya.....

Ucok menyampaikan hal itu kepada Rani, dan dia hanya terdiam sejenak, mengulam bibirnya sambil menatap kearah bawah.

      "Mereka ingin bertemu kamu, karena membaca pesan whatsapp aku untukmu....", kata - kata Ucok terasa terengah - engah saat dia berbicara, wajahnya di palingkan sejenak kearah tempat lain, dia membayangkan yang sudah pasti akan terjadi juga, jika Badria akan mengadukannya kepada Berlian bahkan dengan keluarganya.

   Entah kenapa, juga ada rasa yang lain dibalik perasaan keduanya, dimana kalau saja Rani, selalu membela Ucok, kadang bersikap seperti lebih dari seorang sahabat, bahkan Ucok sebaliknya, bisa jadi perasaan itu adalah cinta yang mereka belum menyadarinya, karena terjadi mereka sering bersama, dan Rani sebenarnya jatuh cinta pada Ucok, begitupun sebaliknya, karena Ucok, adalah laki - laki misterius tapi istimewa, dia introvert, namun sebenarnya mudah bergaul dengan orang lain, dan hanya karena tekanan dari keluarganya saja, sebaliknya Rani, dia lebih terbuka daripada Ucok, tapi memliliki perasaan yang sangat dalam kepada orang lain.

    
     Pada hari itu, Rani menemui, Badria dan Alika bersama Ucok, dia mencoba untuk tetap tenang meski apapun yang terjadi disana, bahkan disanapun juga ada Berlian, gadis itu terlihat  melepas rambutnya yang panjang sebahu dengan lurus, dan tangannya mulai melayang untuk akan menampar Rani, namun Ucok menahannya.

           "Jika kamu, seorang wanita, jagalah perasaan wanita lainnya, setidaknya kalian di ciptakan sama, lebih baik tamparlah aku....., aku sudah biasa dengan penderitaan...", ! Perkataan tegas Ucok, membuat Berlian mengurungkan niatnya, namun dia menunjuk dengan jarinya kearah Rani, sambil berkata kepada Badria.

        "Tante, lihat anak laki - laki tante ini, malah membela perempuan lain, kalau ingin aku bunuh ku pilih gadis ini saja.....", !! Dia berteriak keras.

        "Hey, kamu aku disini, hanya ingin mengklafirifikasi masalah yang sebenarnya, jika aku hanya sebagai sahabat pendengar baik, anak tante Badria ini, dan tidak ada dasar hakku ikut campur, sebaiknya kamu tutup mulutmu, aku ingin bicara dengan yang lebih tua, maaf kata - katamu, seperti menginjak harga diriku....". ! Rani berkata sengit kepada, Berlian dan mulai menghadapi Badria.

          "Tante, Badria, saya tidak ada maksud ikut campur, dan itu bukan hak saya juga, karena ini masalah keluarga, tetapi saya hanya ikut prihatin dengan Ucok yang mengeluh kepada saya, tante mestinya, membuka mata hati tante, bagaimana kalau kelak, anak tante sudah lulus kuliah, dan ingin mencari pekerjaan tetapi tidak ada teman satupun, karena mereka menjauhinya, semestinya jika tante ingin yang terbaik, memikirkan juga masa depannya, maaf kalau saya lancang mendikte orang tua. Saya tidak sanggup melihat orang lain menderita", Rani berkata sambil menunduk.

      "Ucok, bicaralah pada ibumu, jika kamu punya impian besar.....", Rani berbisik kepadanya.

Namun Ucok, hanya diam seribu bahasa, dia tidak sanggup melawan ibunya, meski apapun itu dan kini tamparan melesat di wajahnya.

       "Buang semua mimpi - mimpimu, apa itu mimpi, apa itu kuliah, dan apa itu teman, dan apa itu tugas, mamak tidak peduli dengan semua itu, yang mamak pedulikan hanya kau menikah dengan Berlian, kau tidak perlu memikirkan masalah uang, mamak bisa membayar segalanya, termasuk keinginan yang tidak penting itu, mamak membiaya yah hanya untuk kau bisa bersenang - senang saja....., " perkataan tersebut sangat menusuk hatinya, air mata Ucok menetes, dia tidak sanggup berkata apa - apa lagi.

       "Demi Allah, aku ini terlahir dari perut siapa....", dia terisak, tidak sanggup meneruskan kata -katanya.

      "Impianku hanya sederhana, aku bisa bahagia mamak, dan mencurahkannya kedalam lukisan, hal ini ku sembunyikan karena mamak tidak akan mendengarkannya....", dia berkata pelan.

      "Ahhhhh..., apa itu melukis....", Alika ikut - ikutan menirukan kata - kata Badria, dan kata  - kata itu sangat mencabik hati Ucok.

      "Sudahlah kau tinggalkan saja dia....", Berlian bersedekap memandang Rani.

MAHARANI ( pengembangan cerita ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang