Part 17 Pada Saat Ujian Akhir Semester.

17 0 0
                                    

Akhirnya Rani, telah menempuh ujian akhir semester, enam dan mata kuliah terakhir yang diambilnya lulus semua, dengan mengucap syukur akhirnya dia bisa menempuh skripsi, kala itu Rani, sedang berdiri memandang pantai Kuta, dari kejauhan dia melihat Awwut yang sedang sibuk memotret.

      Rani menoleh kearahnya, dan kembali menghadap ke pantai dan deburan ombak, terasa suaranya keras, Awwut menoleh kearah Rani, namun dia terlihat acuh, dan Awwut kembali memotret, perlahan pada akhirnya Awwut menghampiri dirinya.

         "Are you people original in here..", ? Awwut bertanya

         "Yes, i'm born in here....", Rani menjawab datar.

          "Can I help you, are you from Thailand right, saya sering mendengarmu bicara bahasa Thai meskipun tidak tahu artinya, tapi saya tahu itu bahasa dari sana...", Rani berkata panjang lebar.

         "Yah dan kamu, asli orang Balikah...", ? Dia bertanya lagi, Rani hanya mengangguk.

         "Where is the place wonderfull other in here...", ? Awwut bertanya lagi.

         "Ubud...., saya akan bantu carikan taksi kalau mau kesana...", Rani menjawab mulai ra ah kepadanya, dan mengantarkan Awwut berjalan kearah keluar pantai, dan keduanya mengobro, disana.

        "Kamu tinggal dimana disini...", ? Awwut bertanya lagi.

        "Kuta, rumahku tidak jauh dari pantai", Rani menjawab sambil menundukkan wajah, entah bagaimana perasan mata keranjang Awwut, mulai terangsang dengan lekuk tubuh Rani, dia ingin meraba buah dadanya, namun entah kenapa, ada sesuatu yang menahan tangannya, dengan sangat keras, mungkin itu adalah peringatan Tuhan, agar tidak sembarangan kepada gadis berhijab.

    Tiba - tiba saja, dia tersandung batu, dan "awww", Awwut menjerit kaget, untung saja dia tidak terjatuh, Rani menoleh ke belakang, dan melihat sikap anehnya.

       "You strengh", dia menggeleng sambil terkekeh perlahan.

       "Kamu yang sering makan di kafe tempatku bekerja kan...", ? Rani bertanya lagi.

       "Yah benar, dan kesini hanya untuk project fotoku, aku seorang fotografer....", Awwut mengiyakan, tangan Ranj menunjuk kearah pangkalan taksi di depannya, sambil berkata kepada Awwut.

        "Disana, banyak taksi, tinggal bilang saja mau ke Ubud, disana panoramanya juga sama indahnya...", Rani memberi tahukan dirinya, dan meninggalkan Awwut.

         Keesokan harinya di kampus, adalah hari kedua Ujian praktek, pikirannya tiba - tibamsaja sekarang mengambang tentang Awwut, tetapi juga Ucok, ingin rasanya kerumah Ucok sekedar memberi tahukan, Ucok jika semester depan dia akan menempuh skripsi.

         Namun jika dipikir lagi, tidak semudah itu pada saat dia harus berhadapan dengan Badria serta Alika.

          Pada saat di dalam kelas, Rani memang berusaha konsentrasi untuk menari, namun pikirannya sedang mengambang tentang Ucok, yang kali ini dia sedang pikirkan, pada saat sudah selesai ujian pertama, sepertinya biasanya dia mengobrol dengan Kadek dan kali jni dengan Ketut juga di kantin.

            "Rasanya, aku ingin kerumah Ucok, hanya ingin menyampaikan beberapa kata saja dengannya....", Rani mengungkapkan perasaannya.

           "Abaikan saja orang itu lebih baik.....", Kadek berkata dengan acuh.

           "Aku sudah pernah bilang......", kata - kata Ketut yang menimpali Kadek, terhenti pada saat Rani menggebrak meja.

           "Kaljan tahu, kalau hati itu adalah misteri, bahkan orang yang terdekatpun belum tentu persis merasakannya, dan aku mampu bisa merasakannya karena Allah, bahkan sampai aku merasakan yang sebenarnya tidak ingin aku rasakan, dan merasa bersalah karenanya yaitu cinta....", ! Tegas Rani.

          "Rani..., akhirnya inilah yang ku dengar, karena akupun sebenarnya memang merasa demjkian, kamu juga jatuh cinta padanya, maaf memang cinta itu datang begitu saja entah kepada sjapapun....", Ketut akhirnya seperti menang berdebat dengan Rani.

           Rani hanya diam, dan mimik wajahnya dia menunjukkan kalah debat dengan Ketut, dan kalau bukan karena rasa cinta, dia tetap akan terus bicara.

             Pada hari kedua, Ujian Akhir Semester, keputusan Rani seakan sudah bulat, dia pergi kerumah Ucok, tetapi sambil membawa alat lukis yang baru untuknya, dengan penuh keberanian Rani mengetuk pintu pagar rumahnya, nampak ada seseorang yang menyalakan lampu dari luar, lalu membuka pintunya, seorang gadis yang nampak seumuran dengannya melotot tajam berjalan kearahnya dengan penuh rasa marah, dia adalah Berlian, bagi Rani dia tidak akan takut kepadanya, bahkan kepada siapapun yang di hadapinya, karena dia hanya takut kepada Tuhan.

         "Astragfirullohhhhhhh....., mau apa kau kesini lagi heyyy...., dan kau lihat, aku dan Ucok sudah menikah.....", !!! Dia berteriak keras.

       "Orang semacam kamu, tidak pantas untuk menyebut nama Allah....", !! Rani berkata dengan pedas, dan satu tamparan melesat di pipinya, namun dia bukan orang yang akan menjadi lemah justru membalasnya,

        Ucok, yang mendengar keributan diluar dia segera, lari keluar rumah dan melihat Rani, wajahnya nampak tersentak.

        "Ucok, jadi kamu telah menikah, meskipun kamu harus menderita, dan kamu memilih jalan ini, biarpun kamu tidak bahagia...", Rani berkata dan dia hanya meneteskan air mata hanya didepan Ucok bukan perempuan tersebut,

        "Ucokkk, kubunuh gadis ini...", !! Dia berkata dengan emosi.

        "Berlian masuklah ke dalam, karena kalau kau terus diluar, setan akan terus merasuki pikiranmu, ayolah cepat baca ayat suci Al Quran, agar menyadarkan dirimu....,, kau telah berkata seakan sumpah, ayo cepat...", !!! Ucok berkata keras.

       "Jangan sok suci kau karena perempuan ini....", !! Berlian masih menunding kearah Rani, namun dia menurut kearah Ucok, karena rasa cintanya adalah yang penting baginya.

        Kini akhirnya tinggalah Rani dan Ucok berdua saja, air mata Rani masih menetes, namun laki - laki yang di depannya juga sama, Rani mengeluarkan suatu benda di dalam ransel.

         "Aku minta maaf, kalau pada akhirnya jatuh cinta denganmu adalah salah, tapi aku juga jngin memberikan ini, setidaknya kamu masih bisa meneruskan impianmu untuk jadi seoranh pelukis, aku hanya ingin menyampaikan juga, kalau sekarang kami sudah semester enam dan sebentar lagi akan skripsi seandainya hal itu bisa di lakukan bersama - sama", Rani berkta dengan penuh haru.

        "Ran..., aku telah gagal menjadi manusia yang sebenarnya, tapi aku tahu yang terbaik untuk hidupku, suatu saat keluargaku akan menyadarinya, dan aku hanya berharap kepada Allah...., aku menghancurkan mimpiku sendiri demi mereka, terutama mamakku, meskipun aku berani dengan sejuta manusia, aku hanya takut kepada seorang ibu yang dosanya lebjh besar, dan sekarang aku terima barang jni, tapi maaf tolong jangan kerumah lagi, aku tidak dikutuk oleh seorang ibuku, aku tidak takut pada Kak Alika atau Berlian, tapi hanya kepadanya, meskipun mencoba melawannya tapi tetaplah aku tidak bisa melakukannya....", air mata Uvok mengalir, dan mereka saling memeluk.

       Mungkin memang saatnya, untuk Rani menghargai keputusan Ucok, dia akan melupakannya dan memulai hidup barunya.

MAHARANI ( pengembangan cerita ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang