Part 29 Pada Saat Mulai Bab Lima.

11 0 0
                                    

Sebentar lagi, Rani akan menghadapi sidang, dia sudah memasuki bab lima skripsi, dan memang tidak banyak revisi, selama di hadapi Rani, jadi bisa kemungkinan Rani, akan menyelesaikan skripsinya dalam waktu yang tepat, dan sebentar lagi akan memasukki bab enam.

    Entah kenapa, hatinya masih berandai - andai, mengenai Ucok, meskipun sudah ada seseorang yang bisa jadi itu adalah jodohnya, baginya apa yang pernah di lakukannya dengan Ucok tidak pernah bisa dilupakannya dengan mudah, meskipun yang di lupakan Rani hanyalah perasaan yang pernah ada, itupun sangat sulit.

     Sebenarnya, perasaan bersalah itupun, ada karena Rani jatuh cinta kepada Ucok, yang tidak mungkin menerimanya, dan diantara persahabatan mereka harus retak karena cinta, jika saja dari awal Rani boleh memilih lebih baik menjadi sahabat daripada cinta, jika pada akhirnya menjadi duri bagi hati Rani.

    Dia berjalan perlahan di dalam kampus, dan duduk di anak tangga, fakultas rasanya seperti mengulang kembali kenangannya bersama Ucok, dirinya menatap kearah kedepan dan pada saat yang bersamaan, Kadek yang melihatnya dari jauh, dia mendekati dirinya.

      "Bagaimana bimbingannya...", ? Dia bertanya.

       "Untuk bab ini, revisinya tidak terlalu banyak yang harus aku perbaiki, tapi ada yang harus aku perbaiki dalam hidupku sendiri, yaitu aku mencintai Ucok yang salah....", Rani berkata sambil mendesah.

        "Kamu menyalahkan dirimu, karena cinta padahal tidak ada yang salah untuk cinta, dan sebenarnya aku pula berpikir soal itu, aku menyesal sudah salah paham dengan dirinya selama ini, kami semua salah menilai tentang dirinya...", Kadek menatap Rani dengan mata berbinar.

Awwut yang sudah berada di Thailand, bahkan sudah kembali pada pekerjaanya, dia memperlihatkan foto - foto tersebut kepada manager Production House tempatnya bekerja dia bernama Decha, dan pria itu melihat fotonya, sambil memangut - mangut.

     "Saya sangat suka dengan kerjamu, hasil fotomu bagus - bagus....", dia memuji.

     "Yah, dan saya disana memang mengelilingi semua pantai yang ada di Bali...", Awwut berkata sopan.

      "Semua pantai yang ada....", ? Decha bertanya.

       "Tidak secara keseluruhan, mungkin jika ada yang berkurang saya bisa kembali lagi...", Awwut nampak berjanji padanya, dan entah kenapa dalam kata - katanya tersembunyi, sebuah pikiran jika masih ingin untuk bertemu Rani lagi, selesai dalam pekerjaannya Awwut kembali kerumahnya, dan pada saat dia menonton Tv, adiknya Malee menghampiri dirinya.

      "Bagaimana di Bali kemarin.,,", ? Dia bertanya.

      "Prasbkarn, thi mi khad, fan makmay...", Awwut menjawab pelan. ( banyak pengalaman yang tidak terduga )

   Yang mungkin sulit juga untuk di ceritakan....", Awwut meneruskan kata - katanya.

Dan pada saat yang bersamaan, Pe Chan, ibu mereka datang dan ikut mengobrol di ruang Tv tersebut.

       "Hal apa yang sulit di ceritakan...", dia menimpali.

      "Aku tidak bisa menyebutnya satu demi satu mom....",Awwut menggelengkan kepala, tentu saja dia sulit menyebutnya, karena tidak tahu tentang apa itu Al Quran, yang dibaca oleh Rani, namun entah kenapa sepulangnya dari Bali, sikap Awwut memang berubah, dia tidak lagi minum - minuman keras, dan meninggalkan semua yang memang menyimpang dengan aga,a dan rasanya minuman itu tidak memberikannya apapun kecuali nikmat dunia semata.

   Pada hari sabtu, Pe Chan, mengetuk pintu kamar anak laki - lakinya, dan Awwut membuka dengan lesu karena hari ini masih pagi.

        "Tumben kamu belum bersiap - siap...., biasanya kamu jarang bermalas - malasan di pafi hari, atau memang kamu ada masalah waktu di Bali...", akhirnya Pe Chan mencoba mengorek isi hati Awwut, namun dia hanya menggeleng lemah.

        "Kalian sudah siap pergi untuk ke Vihara kan...", ? Awwut sudah menebak dengan apa yang di lakukan oleh keluarganya, jika pagi hari, pada hari libur.

         "Yah, dan biasanya kamu bersemangat...", Pe Chan, menyahutnya sambil menunjukkan wajah bingung dengan Awwut, dan diapun sedikit berbisik kepada Malee.

       "Kakak, kamu tidak cerita apapun memang...", dan Malee hanya menggeleng dengan tanda tanya.

     "Dia bisa jadi hanya merasa bosan, karena kesibukkan mom, yang tidak banyak memerhatikan dirinya..., sepertinya Awwut hanya butuh ketenangan hati...", Malee menebak dirinya.

MAHARANI ( pengembangan cerita ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang