Part 35 Kembali Ke Bali

262 0 0
                                    

Akhirnya Rani kembali ke Bali dalam kehampaan yang di terimanya, dia pula kini mulai akan kembali ke tempat kerjanya, namun pada saat baru saja mulai hari kerja pertamanya, Ibu Ayu memanggil dirinya secara empat mata.

Tatapan mata Ibu Ayu memandang Rani seolah ada masalah yang sangat penting, ingin dibicarakannya entah kenapa perasaan Ranipun jantungnya berdebar keras, seakan ada sesuatu yang akan terjadi nanti.

"Rani, bisa ikut saya ke kantor sekarang...", Ibu Ayu tidak biasanya melantangkan suaranya seperti itu terhadap Rani, dan wajah Rani, tiba - tiba saja menjadi pucat, rasa ketakutan mulai merasuk ke dalam dirinya.

Langkah Rani, berjalan dengan kaki gemetar mengikuti dari belakang langkah kaki Ibu Ayu, menuju ruangan kantornya, dan disana Ibu Ayu, membuka pintu kemudian masuk ke dalam lebih dulu sambil mempersilahkan Rani masuk ke dalam, diapun duduk di kursi hadapannya, sebelum mengatakan sesuatu Ibu Ayu melipat kedua tangannya diatas meja sambil mencodongkan badannya kedepan.

"Ada hal yang saya ingin katakan denganmu, apa benar kamu juga terlibat dalam peristiwa tamu restoran yang bernama Awwut Dang, orang berasal dari Thailand itu, katanya kamu justru yang menduku hubungan itu, pada saat melakukannya, dan kamu memang ikut merencanakan semuanya....", tuduhan tersebut membuat air mata Rani meleleh di pipinya.

"Ibu Ayu, sama sekali saya tidak ada urusan dalam hal itu, justru sayapun kaget mendengarnya karena saya baru tahu tentang hal itu....", Rani mencoba berkilah.

"Saya mendapat telepon oleh seseorang yang bernama Aroon dia yang mengatakan hal itu...", mendengar kalimat ini, mata Rani langsung terbelalak dan perih mulai menyerang hatinya.

"Sama sekali saya tidak berpikir apapun tentang itu, dan saya juga berpikir, kaget dengan apa yang di lakukan olehnya...", Rani berkata dengan mata berkaca - kaca.

"Demi Allah, saya tidak memiliki niat atau pikiran apapun...", Rani melanjutkan kata - katanya dia berusaha tegar di depan Ibu Ayu, walau air mata semakin deras turun di pipinya tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Jangan berpura - pura bodoh dengan bawa - bawa nama Tuhanmu...", perkataan yang menusuk hati Rani semakin membuatnya semakin terasa teriris di ulu hatinya.

"Ibu Ayu, saya memang dekat dengan Awwut Dang, tapi terus terang saya sendiri juga tidak percaya mendengarnya...", Rani berkata dengan terbata.

"Jangan sok suci kamu...", kata - kata menghina Ibu Ayu, semakin membuat perasaan perih itu bertubi - tubi di jiwa Rani.

"Mulai sekarang dengan berat hati saya harus memecat dirimu untuk bekerja disini....", mendengar kalimat tersebut membuat air mata Rani mulai jatuh tidak tertahankan lagi ini adalah awal cobaan hidup yang harus dihadapinya.

Yang mungkin juga saat berat dan harus dengan langkah terseok untuk bisa melaluinya hatinya tidak percaya jika Aroon teryata belum berubah, bahkan setega itu kepadanya.

"Ya Allah, cobaan jni memang berat untukku namun aku harus lalui....", Rani berkata dari dalam hatinya sambil berjalan juga mengelus dadanya, sedangkan Aroon yang melakukan semua itu dia berdiri di depan cermin, dengan tersenyum atas kemenangan yang di perolehnya, baginya teryata tidak mudah begitu saja untuk menghilangkan nafsunya kepada sesama jenis, dan sekarang nafsu itu semakin menjadi - jadi untuk bisa memiliki Awwut.

  "Awwut, sebenarnya dibalik rasa sesal itu, aku juga merasakan lamban laun, sebenarnya aku tidak harus melakukannya, dan aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri atas apa yang ingin aku lakukan..", Aroon berkata dari dalam hatinya.

Pada saat itu juga, dia mendapat telepon dari Awwut, Aroonpun langsung mengangkat telepon tersebut.

       "Yah hello...", Awwut menyahut telepon dari Aroon.
     
        "Awwut I need to talk with you.....", Aroon langsung menyampaikan kalimat yang ingin diucapkannya kepada Aroon.

MAHARANI ( pengembangan cerita ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang