Part 4 Cerita Hati Ucok Kepada Rani

8 0 0
                                    

Ucok, berdiri di tepian pantai, sambil bersedekap, dia mengenakan kaos berwarna biru yang sering di gunakannya, rambut gondrongnya diterpa angin, hingga menutupi sedikit kacamata yang dikenakannya, dia memandang deburan dengan tatapan sayu, dan Rani berjalan perlahan di belakangnya untuk mendekati dirinya.

   Kemudian ikut berdiri di sebelahnya, sambil ikut menatap gelombang, dia mulai ingin mengatakan sesuatu yang ingin diucapkannya di mulutnya.

       "Ucok, aku bisa merasakan apa yang menjadi derita dalam hidupmu, dan kamu tahu aku berbeda dari Kadek atau teman lainnya....., dalam menilai dirimu, aku tidak memandang apa yang terlihat dari luar, aku sangat memahamimu....", Rani berkata pelan.

       "Aku berharap, aku akan gila dengan beratnya hidupku ini, dan Allah lebih mengasihiku karena aku kehilangan akal warasku.......", dia berkata dengan nada suara gusar.

      "Aku ingin benci pada hidupku sendiri......", dia meneruskan kata - katanya.

      "Ucokkkkk....., jika kamu membenci dirimu sendiri, kebencian itu justru akan membuat duri yang kamu tanam sendiri, kamu sudah terluka, jangam kamu malah lukai dirimu sendiri, tidak sanggup hatiku melihat ini.....", Rani berkata dengan nada suara cemas.

          "Ran...., aku memang orang gila, yang hanya selalu sendiri", perkataan Ucok, membuat air mata Rani menetes.

         "Ucok, jangan pernah menghakimi dirimu sendiri, biarlah mereka berkata apa, karena hati tidak semua akan mampu melihatnya, kecuali seseorang yang mau menyelaminya", ! Tegas Rani dengan terengah.

     Meskipun seorang sahabat, dan tidak lebih dari itu, perasaan yang dimiliki Rani, amatlah besar kepadanya.

       Rani, bukan mengasihinya, tapi tidak sanggup melihat penderitaan orang lain, kadang apakah dengan berdoa segalanya belumlah cukup, semua yang di butuhkan dalam hidup tifak hanya itu saja melainkan keinginan menjalani hidup.

Pasrah, adalah salah satu jalan, dimana waktu telah menyesatkan dan berserah kepada Tuhan, agar semua jalan dapat dimudahkan.

dia masih mengingat kata - kata itu, mungkin Rani sendiri adalah orang yang hampir gila, karena dikucilkan oleh keluarganya, dulu meskipun sekarang tidak.

        "Ucok, aku juga sebenarnya seorang mualaf, aku dan keluargaku, pada awalnya aku di asingkan oleh sanak saudara, aku dan orang tuaku, hanya terperangkap dalam sepi tidak memiliki siapapun dalam hidupku, tapi Allah membuka pikiran mereka, membiarkan aku dan orang tuaku beribadah dengan cara Islam, meskipun mereka tidak. Mereka tetap pergi ke Pura segimana yang diajarkan oleh agama Hindu...", Rani berkata panjang lebar.

        "Akhirnya, memang mereka mau menerima perbedaan kami, sanak saudaraku dengan keluargaku....", Rani bercerita panjang lebar, dan kisah itu membuat terperanga mendenhar kisah tersebut.

      "Jadi kamu.....", ? Dia bertanya heran.

       "Yah, aku seorang mualaf....", dia mengangguk halus.

MAHARANI ( pengembangan cerita ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang